Re: [Urang Sunda] Kronologis Pembunuhan

Abdul Kudus
Wed, 14 Jun 2006 01:50:19 -0700
  Bilih peryogi BERITA PENYEIMBANG...

http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/
Polisi dan Pers hanya mencari sensasi dalam musibah meninggalnya 3 kakak
beradik? <http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/>

Teman saya di Salman diberi ujian yang sangat berat dari Allah, semua
putranya (3 orang) meninggal serentak pada hari Jumat kemarin. Saya turut
berduka dan simpati yang mendalam kepada teman saya itu. Beberapa hari ini
saya sering tercenung, bagaimana beratnya dia menanggung ujian tersebut?
Bagaimana menghadapi rumah yang tiba-tiba sunyi dari tawa dan tangis
anak-anak? Ya Allah ya Rabbi, kuatkanlah hatinya dengan kesabaran dan
keimanan.

Perasaan saya terus galau beberapa hari ini tiap kali teringat musibah itu.
Sampai tiba-tiba siang tadi saya membaca harian Pikiran Rakyat, dan saya
sangat terpukul. Judul beritanya kurang lebih adalah "Tiga bocah kakak
beradik dibunuh ibunya?" Masya Allah, dalam kondisi menanggung duka,
keluarga teman saya itu sekarang diteror oleh polisi dan pers. Tanpa
menunggu lewatnya masa berduka sedetikpun!

Polisi -yang menurut saya bertindak bagai pahlawan kesiangan tak diundang-
merasa bertanggungjawab untuk mengusut kejadian naas tersebut. Karena itu
istri teman saya diinterogasi. Hasilnya, menurut Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) si ibu mengaku telah membunuh anaknya! Masya Allah!

Saya, yang mengenal langsung teman saya itu, menjadi geram, jengkel, sedih,
marah. Saya tidak terima dengan perlakuan seperti itu. Semestinya kalau
polisi berempati dia akan memberi waktu kepada keluarga yang ditimpa musibah
itu. Semestinya mereka sadar, menginterogasi seseorang yang sedang dalam
kondisi kejiwaan terguncang tentulah jauh dari valid. Bisa jadi menjawabnya
asal-asalan, atau salah berbicara. Saya menduga BAP tersebut bias, bisa
karena penjawabnya sedang kurang sadar, atau karena penanya mengarahkan
jawaban, atau bahkan penanya sembarang menyimpulkan. Bukankah siapa yang
menulis, dia yang memegang kendali? Jawaban seperti apapun akhirnya akan
menurut kepada siapa penulisnya.

Misalkan Anda sedang stress berat karena anak Anda meninggal mendadak (maaf,
ini cuma andai), mungkinkah Anda menjawab pertanyaan para polisi yang tidak
empatik itu dengan pikiran jernih? Atau, andai si ibu itu teman Anda yang
mengalami musibah luar biasa dengan meninggal anaknya, lalu dia berkata,
"Saya membunuhnya… saya membunuhnya…" yakinkah Anda bahwa itu adalah suatu
bentuk ekspresi penyesalan mendalam dari seorang ibu yang sedang terguncang
jiwanya, dan BUKAN BERARTI memang membunuh?

Dugaan terkuat saya adalah : si ibu melakukan tindakan (misalnya memberi
obat atau melakukan tindakan perawatan) namun ternyata berakibat fatal,
karena kebetulan beberapa hari itu ketiga anak tersebut sakit demam. Tentu
ada banyak hipotesis lain, namun saya berpegang pada beberapa hal mendasar :

   1. saya kenal betul betapa alimnya teman saya itu (si suami) sehingga
   peluang terbesar dia adalah memilih istri yang mirip karakternya
   2. ketiga anak itu sakit beberapa hari sebelum meninggal
   3. mengingat karakter suami (yang tentu mempengaruhi iklim kehidupan
   rumah tangga) saya merasa mustahil ada niatan membunuh dalam diri si ibu

Saya menduga ekspresi si ibu bahwa dia membunuh anaknya adalah 'asumsi si
ibu itu sendiri' bahwa karena tindakan yang dia berikan (pemberian obat atau
tindakan perawatan) ternyata berakibat fatal bagi semua putranya itu. Sangat
wajar bahwa perasaan bersalah tersebut muncul menjadi ekspresi ingin
menanggung semua beban tanggung jawab atas kematian semua putranya tersebut.

Dan saya menjadi sangat geram hari ini membaca judul di koran yang sangat
tendensius dan memojokkan. Sepertinya tak ada simpati sama sekali atas
musibah besar yang melanda keluarga teman saya itu. Berita itu seakan-akan
bukan lagi dugaan, dan tidak ada pernyataan pengimbang dari pihak keluarga.
Berita tersebut berat sebelah! Ini sepenggal cuplikan berita di Pikiran
Rakyat<http://khairulu.blogsome.com/go.php?http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/13/0103.htm>:

*Namun Adardam belum bersedia membeberkan ihwal kronologis kejadian,
termasuk soal modus dan motif yang melatari pembunuhan itu. "Saya takut
salah. Benar klien kami sudah mengaku membunuh ketiga anaknya. Tapi,
bukti-bukti lain yang mendukung ke arah tersebut belum ada," katanya.*

Kata-kata 'sudah mengaku' di situ maknanya apa? Apakah maksudnya setuju
dengan pemikiran penanya?

*Polisi masih enggan mengungkapkan modus dan motif pembunuhan. Berdasarkan
penelusuran, polisi menduga kuat ketiganya dibunuh dengan cara dibekap
menggunakan bantal. "Bahkan ada indikasi, sebelum dibekap, tersangka
mencekik korban. Untuk jelasnya, kita tunggu hasil autopsi," ujar sumber
"PR" di Mapolresta Bandung Timur.*

Saya menganggap pernyataan itu adalah dugaan polisi yang diberitakan
'seakan-akan kesimpulan sementara'. Si sumber "PR" itu memang sudah meneliti
atau cuma duga-duga? Saya semakin sedih saat makam ketiga putra teman saya
itu dibongkar kembali atas dugaan BAP tersebut. Padahal jelas-jelas pihak
keluarga tidak setuju dengan otopsi.

Saya mengungkapkan hal ini karena merasa hal tersebut sudah menjurus menjadi
teror kepada keluarga teman saya. Saya melihat pers juga kini seperti
kehilangan etika dalam menyajikan berita, terutama yang berkaitan dengan
musibah. Apa yang diberitakan pers (dan juga polisi) tak jarang justru
memperkeruh hati, menimbulkan kecemasan, memunculkan prasangka-prasangka,
yang ujung-ujungnya ternyata … tidak berguna!

Mari kita cermati cara pers menyajikan judul,

*Tiga bocah kakak beradik dibunuh ibunya? *

Judul ini tendensius untuk mengekspos BAP polisi tentang pengakuan
pembunuhan.

Bagaimana kalau judulnya diubah menjadi begini,

*Polisi menyatakan tidak ada bukti pembunuhan.*

atau * Pengakuan ibu korban tidak bisa dijadikan bukti mengingat kondisi
psikologisnya.*

Tentu saja judul alternatif yang saya usulkan jauh dari "nilai jual
infotainment"!

Coba saja, apakah judul yang saya pasang untuk tulisan ini "Polisi dan Pers
hanya mencari sensasi dalam musibah meninggalnya 3 kakak beradik?" akan
membuat nyaman Anda pak polisi dan pak wartawan? Saya tegaskan, judul itu
hanya dugaan saya! Dan saya yakin dugaan yang disampaikan seakan-akan
'kesimpulan' tersebut akan menimbulkan perasaan tak nyaman bukan? Kalau Anda
tidak nyaman dengan judul itu, bagaimana dengan teman saya (dan seluruh
kerabatnya) ketika membaca judul dan berita kalian?

Pak polisi dan pak wartawan, bisakah Anda turut berempati dengan musibah
teman saya tersebut? Bisakah melakukan penyelidikan tanpa menciptakan teror
semacam ini? Bukankah semua acara interogasi, otopsi, menjadikan tersangka,
dll, bahkan sampai menambahkan dengan opini dari dokter ahli jiwa, itu akan
menambah berat musibah keluarga mereka? Dengan ini saya sampaikan, saya
mengajukan keberatan dan protes terhadap cara pemberitaan musibah teman saya
itu.

Jika betul pak polisi dan pak wartawan melakukan ini hanya untuk "cari-cari
kerjaan dan sensasi", maka saya bilang perbuatan kalian itu sungguh
keji! *Laknatullah
'alaikum!* (karenanya semoga Anda tidak melakukan hal keji itu)
*Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan pra-sangka , karena
sebagian dari pra-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujuraat 49 : 12)*

On 6/19/06, Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> lupa kisahnya .. :p
>
> Bandung, 12 Mei 2006, digegerkan oleh peristiwa pembunuhan 3 orang anak
> yang dilakukan oleh Ibu kandungnya sendiri. Ibu itu membunuh ketiga
> anak-anaknya dengan cara membekapnya sampai kehabisan nafas. Ibu itu
> bukanlah orang yang bodoh juga tidak taat beragam, pun bukan dari latar
> belakang keluarga yang kacau. Ibu itu seorang aktivis di Salman ITB (Insitut
> Teknologi Bandung), pun dia adalah seorang yang cerdas dan alumnus dari
> perguruan tinggi favorit itu.
> Bagaimana dengan suaminya, dia adalah alumnus ITB juga yang sekaligus
> Kepala Lembaga Wakaf dan Zakat Salman ITB. Tentulah bukan seorang yang tidak
> tahu dalam urusan agamanya.
>
> Tragis, mengenaskan, meyedihkan, mengerikan. Itu yang terbersit dalam
> pikiran saya. Saya tak habis pikir atas peristiwa ini. Karena factor
> ekonomikah? Tidak, sang suami menyangkal di antara isak tangisnya ketika
> wartawan menanyakan sebab mengapa sang istri tega melakukan hal itu.
> Teman saya di Jombang, mengirim pesan pada saya mungkin karena suami yang
> terlalu sibuk di Salman. Entah, belum jelas. Mungkin saja.
>
>  Peristiwa seorang ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri bukanlah hal
> yang baru lagi di jaman ini, tapi dilakukan dengan profil orang seperti itu
> tentunya sangat mengejutkan kita. Berbeda dengan yang sering saya lihat
> dalam tayangan Buser, Sergap, dan kawan-kawannya, seorang Ibu yang melakukan
> perbuatan dosa tersebut, adalah sosok yang bukan lulus dari perguruan
> tinggi, bukan pula seorang aktivis, dan suaminya bukan pula seorang yang
> menangani urusan umat.
>
> Saya hanya bisa menangis, jaman ini telah kehilangan kebaikan, kemaksiatan
> bukan lagi hal yang aneh, kezaliman adalah bagian dari keseharian, dosa
> bukan lagi momok bagi setiap manusia.
> Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya, di tengah derita yang saya
> tanggung dalam kehidupan ini, saya masih bisa mengerem untuk tidak melakukan
> dosa, terhadap siapapun.
>
> Ah, bagaimana jika Bunda telah menjadi mesin pembunuh bagi anak yang
> dilahirkan melalui rahimnya? Inikah akhir dunia?
>
>
> On 6/19/06, aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> >    Terima kasih Jazakillah khoir katsir mengingatkan saya. Skizofren
> > memang penyakit aneh...mungkin karena saya sendiri juga kadang masih menebak
> > juga apakah itu semacam penyakit genetik juga. Agak awam saya mengenai
> > penyakit ini, sehingga ketika orang bilang penyakit ini pun, saya masih
> > menaruh keraguan. BTW sekali lagi trims mbakyu Fau
> >
> >
> > Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal.
> > Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg
> > dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli
> > dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari
> > Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu
> > mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita
> > kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit.
> >
> > Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang
> > bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang
> > asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar.
> >
> > Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya
> > memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu
> > hanya pemicu bukan penyebab.
> >
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com <ppiindia%40yahoogroups.com>, aris
> > solikhah wrote:
> > >
> > > Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus.
> > INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan
> > melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia
> > (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal
> > yang pasti terjadi.
> > >
> > > Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
> > > Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau
> > khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi,
> > karena sisi ekonomi , dia mampu.
> > >
> > > Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru
> > mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli
> > anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya
> > untuk pendidikan si anak.
> > >
> > > Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas
> > ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut
> > mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap
> > berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan
> > pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh
> > seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak
> > menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat.
> > >
> > > Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh
> > adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada
> > pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman
> > pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab
> > >
> > > salam,
> > > aris
> > >
> > >
> >
> >
> > ***************************************************************************
> > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
> > yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
> > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> >
> > ***************************************************************************
> > __________________________________________________________
> > Mohon Perhatian:
> >
> > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg
> > otokritik)
> > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> > 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> > 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]<ppiindia-digest%40yahoogroups.com>
> > 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]<ppiindia-nomail%40yahoogroups.com>
> > 6. kembali menerima email: [EMAIL 
> > PROTECTED]<ppiindia-normal%40yahoogroups.com>
> >
> > Yahoo! Groups Links
> >
> > The great job makes a great man
> > pustaka tani
> > nuraulia
> >
> > __________________________________________________
> > Do You Yahoo!?
> > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
> > http://mail.yahoo.com
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >  
> >
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke