Mawar Merah Café Bandar [17] KAPAL ALTERNAT
[1] Kapal Alternat [lihat: foto terlampir!] memang berbentuk sebagai sebuah kapal, tapi juga menjadi nama dari sebuah Organisasi Non Pemerintah [Ornop] Perancis yang dibentuk pada tahun1980. Dihitung dari sejak berdirinya maka sampai sekarang Alternat sebagai sebuah ornop sudah hampir berusia seperempat abad. Untuk memahami apa-siapa ornop yang menggunakan nama Alternat ini, mau tidak mau saya didorong untuk mencermati apa arti kata Alternat yang tentu saja tidak bisa dilepaskan dari kata itu sendiri. Karena pemilihan nama, penggunaan kata tentunya bukanlah sesuatu yang berada di luar kesadaran dan apalagi tanpa nama alias asal-asalan. [Dalam hal penggunaan istilah dan berkata-kata, barangkali orang Indonesia lebih suka berkata-kata daripada berbahasa dengan sadar. Secara lain, keadaan ini kunamakan sebagai "bisa berbicara tidak bisa berbahasa". Malangnya, kebarangkalian ini, terlalu banyak buktinya sehingga menggejala dan menggiring orang yang mencermati Indonesia untuk sampai pada hipotesa bahwa kesadaran berbahasa orang Indonesia masih minim. Orang Indonesia belum sampai pada tingkat kesadaran berbahasa, tapi baru sampai pada taraf berkata-kata, termasuk mereka yang ingin menjadi penyair dan menyebut serta minta diakui sebagai penyair -- orang-orang yang bekerja menggunakan bahasa dan kata. Lebih hebat lagi ada yang tanpa malu menyebut diri pujangga tidak sebanding dengan apa yang diungkapkannya jika ditakar dari makna pujangga itu sendiri! Akibatnya bisa dibayangkan, taraf yang bagaimana dan apa yang dicapai oleh sastra Indonesia, jika bertahan pada sikap ketidakacuhan akan kesadaran berbahasa. Apalagi jika ditakar dari taraf sastra dunia, sastra Indonesia seperti berada pada taraf bocah bermain-main kelereng, terutama semenjak dan setelah Orba. Barangkali, apabila mengikuti autran logika. Suatu hipotesa dan pertanyaan!]. Kata "alternat" berkaitan dengan kata dasar "altener" yang dalam bahasa Perancis menurut Winarsih Arifin dan Farida Soemargono berarti "berganti-ganti, berselang-seling, silih berganti, bergantian" [lihat: Winarsih Arifin & Farida Soemargono, "Kamus Perancis -Indonesia", Gramedia , Jakarta, 1991, hlm.31]. Dari kata dasar atau kata kerja "alterner" inilah kemudian lahir kata benda dan kata sifat "alternative] yang antara lain berarti "pilihan lain, antara dua kemungkinan; alternatif : mana yang benar dan mana yang tidak masuk akal [Ibid,hlm.31]. Sedangkan kata "alternat" yang muncul pertama kali dalam bahasa Perancis pada tahun 1797, berarti "hak untuk menduduki kedudukan pertama secara bergiliran" dan juga berarti "rotasi budaya" [Robert, 1981: 54]. Kamus Besar Bahasa Indonesia [Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Balai Pustaka, 1988], memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda: "pilihan di antara dua atau beberapa kemungkinan" [hlm.24]. Setelah mendengar keterangan Eric Sapin, penanggungjawab Kapal Alternat, saya kira kata "alternat" yang dijadikan sebagai nama ornop dan sekaligus sebagai nama kapal ini, secara ide memang dekat dengan pengertian "rotasi budaya", tukar-menukar budaya antar bangsa berangkat dari pandangan Paul Ricoeur, filosof terkemuka Perancis, bahwa "kebudayaan itu majemuk dan kemanusiaan itu tunggal". "Nama Alternat kami gunakan dengan merujuk pada ide altermondialisme, alterglobalisme. Merujuk pada sikap alternatif terhadap masalah lingkungan hidup, pada masalah Utara-Selatan, kemajemukan budaya, tunggalnya kemanusiaan dan keadilan serta HAM [hak asasi manusia]" , ujar Eric menjawab pertanyaan penulis. "Pandangan inilah yang menuntun kegiatan kami sebaga sebuah ornop dan secara kongkret di Kapal Alternat ini. Kapal Alternat merupakan forum bersama putera-puteri bumi yang mendambakan kehidupan manusiawi di planet kecil kita ini", tandas Eric Sapin. "Dengan berkembangnya Masyarakat Komunitas yang tahun ini beranggotakan 25 negara, kami merasa kian terdorong, karena dengan perkembangan jumlah anggota Komunitas Masyarakat Eropa, Komunitas makin mempunyai bobot dunia. Kami ingin memberikan sumbangan kepada dunia dan kemanusiaan dengan menggunakan bobot ini", tambah Eric. "Melakukan sesuatu di sini, dengan bobot Komunitas yang demikian akan mempunyai dampak solidaritas di negeri-negeri lain", lanjut Eric menjawab pertanyaan penulis.Sikap begini dirumuskan dengan slogan "Agir ici et là!" [Melakukan sesuatu di sini sekaligus melakukan sesuatu di sana!]. "Kapal AIternat adalah forum internasional untuk saling belajar dan saling mengenal bagi komunitas-komunitas berbagai bangsa dan negeri yang ada di Paris", lebih lanjut Eric menjelaskan tujuan Kapal Alternat. Kecil masih memang ornop Kapal Alternat ini sekarang. Dan ia merupakan satu-satunya ornop Perancis yang membuka forum internasional di atas sebuah kapal. Tapi apakah karena ia kecil lalu ia tidak mempunyai perspektif? Terhadap pertanyaan ini, saya ingin mengambil perbandingan Gerakan Hijau yang pada tahun-tahun pertama saya datang ke Perancis, masih sangat kecil. Tapi karena program mereka tanggap zaman dan aspiratif, sekarang Gerakan Hijau merupakan salah satu kekuatan politik yang tidak bisa diabaikan oleh siapapun. Pada saat Perancis dikuasai oleh koalisi majemuk partai-partai kiri, Gerakan Hijau telah turut ambil bagian. Dan sejak itu Paris khususnya, dan Perancis umumnya, melihat dampak serta pengaruh nyata dalam kehidupan dari Gerakan Hijau dalam soal lingkungan, seperti masalah polusi. Baik partai kiri atau kanan yang berkuasa, isu lingkungan senantiasa menjadi masalah yang tidak luput dari perhatian dan diurus oleh kementerian khusus. Pengaruh ini pun nampak dengan adanya jalur khusus bagi sepeda di Paris, denda bagi kendaraan-kendaraan yang menimbulkan polusi besar, adanya saat dalam satu minggu Paris bebas mobil, dan lain-lain....Gerakan Hijau banyak sekali melakukan dobrakan-dobrakan mengagetkan tapi disambut oleh masyarakat. Dalam konteks ini, barangkali gerakan alterglobalisme yang sedang mencari dan merumuskan bentuk dirinya, bisa dipandang satu alternatif bagi kehidupan bersama yang manusiawi di planet kita. Alternatif ini di Indonesia banyak didorong oleh ornop seperti INSIST Jogyakarta melalui penerbitan dan jaringan serta sistem pengkaderannya. Dalam hal ini secara serta-merta ingatan saya melayang kepada Anu Loenela [antropolog Finlandia] dan alm. Mansour Fakih. Meninggalnya Mansour adalah suatu kehilangan besar bagi gerakan alternatif negeri dan bangsa kita. Apa-bagaimana masyarakat manusiawi itu, kukira tidak bisa dilepaskan dari konsep pemberdayaan dan pembangunan yang menyeluruh. Jika memandang soal ini hanya dari segi sastra-seni belaka, aku tak begitu percaya, pertanyaannya akan terjawab. Pemberdayaan dan pembangunan adalah masalah beraspek majemuk maka pendekatannya pun perlu majemuk. Apabila manusia menjadi pelaksana alias aktornya maka yang kunci akhirnya adalah pola pikir dan mentalitas sang aktor itu. Kalau penglihatanku benar, kerusakan besar Indonesia sekarang justru terletak pada soal "pola pikir dan mentalitas" ini. Barangkali, dalam soal ini sastra-seni bisa berperan besar. Apabila kadar sastra-seni banyak ditentukan oleh kreatornya, maka pertanyaan berikutnya : Bagaimana mungkin sastra-seni memberi yuran dalam usaha besar dan mulia ini, jika mereka tidak selesai dengan diri mereka? Misalnya: Apa yang diharapkan oleh usaha besar dan mulia ini jika pendapat bahwa sastrawan-seniman "tidak punya beban tanggungjawab sosial" atau manusia yang "melayang-layang"? "Proses pencarian" dan "sadar memilih jalan melayang-layang" kukira ada perbedaan mendasar. Tapi aku mencoba memahami keadaan ini dari segi proses sebuah republik dan Indonesia yang sedang menjadi. Masih sangat beruntung jika untuk benar-benar menjadi Repbulik dan Indonesia, proses akan relatif rampung setelah satu setengah generasi. Sebab dihitung dari 1945 sampai sekarang [2006], setengah abad lebih, kita masih belum berhasil menjadi Republik dan Indonesia yang berkindonesiaan. Mimpi Kraeng Kalesong yang bergabung dengan Trunajaya dalam melawan Belanda jauh sebelum Republik Indonesia diproklamasikan, dan dimakamkan di Jawa Timur, agaknya terlalu agung dan awal. Tapi terlalu agung dan awal bukan berarti basi seperti halnya dengan mimpi Yesus, jika dilihat dari segi mimpi dan hakekatnya. Bukan dari segi iman dan keagamaan. Jika angkatan sekarang tidak mengenal apa-siapa Kraeng Kalesong, aku pun tidak menggugat, karena di negeri kita, pendidikan formal sering merusak diri kita sebagai manusia dan putera-puteri negeri sehingga tidak segan memutarbalikkan sejarah demi kepentingan sesaat penguasa dan politisi. Membuat kita asing akan diri kita sendiri seperti dikatakan oleh tetua orang Dayak "tempun petak batana saré, tempun uyah batawah belai, tempun kajang bisa puat" [punya tanah berladang di tepi, punya garam hambar di rasa, punya atap basah muatan]. Quo vadis [mau ke mana], agaknya tetap menjadi pertanyaan sentral kita hari ini. Alternatif mewujudkan Republik dan Indonesia, merupakan pertanyaan mendesak.*** Paris, akhir 2004- Juli 2006. -------------------------------------- JJ. Kusni [Bersambung...] Catatan: Foto-foto terlampir diambil oleh JJK. Foto pertama melukiskan keadaan Sungai Seine dengan latar belakang Gedung Perpustakaan François Mitterrand; sedangkan foto kedua, JJK sedang mewawancarai pimpinan Kapal Alternat, Eric SAPIN ditemani oleh Soejoso dari Tim Penanggungjawab Koperasi Restoran Indonesia, Paris. [Dari Dok. JJK]. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/