PEDAGOGY VS ANDRAGOGY - Pendidikan [6]

Pedagogy ini konsep yang biasanya dipakai di dalam pendidikan yakni bahwa 
Pendidikan itu menempatkan murid/siswa sebagai obyek di dalam pendidikan, 
mereka mesti menerima pendidikan yang sudah di set up oleh sistem pendidikan, 
di set up oleh gurunya/pengajarnya apa-apa saja yang harus dipelajari, 
materi-materi apa saja yang akan diterima, yang akan disampaikan, metode 
panyampaiannya,dll, itu semua tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada 
sistem. Murid sebagai obyek dari pendidikan.

Dari konsep ini kemudian muncullah konsep pendidikan fundamentalis, intelektual 
dan konservatif.

O'neil menjelaskan tentang Fundamentalisme pendidikan sebagai berikut :
".pada dasarnya anti-intelektual dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan 
pertimbangan-pertimbangan filosofis dan atau intelektual, serta cenderung untuk 
mendasarkan diri mereka pada penerimaan yang relatif tanpa kritik terhadap 
Kebenaran yang diwahyukan atau konsensus sosial yang sudah mapan." 

Kebenaran yang diajarkan di dalam pendidikan adalah kebenaran yang condong 
dikatakan mutlak benar, bersifat wahyu, relatif tanpa kritik.
Pendidikan yang seperti ini banyak di pakai di abad pertengahan oleh pihak 
agamawan, maupun sampai sekarang juga dipakai oleh pihak agamawan, tanpa 
memberi kesempatan kadang untuk siswa berpikir yang berbeda, atau meminimkan 
perkembangan intelektual dari siswanya. Perbedaan bukan dianggap sebagai hal 
yang biasa, melainkan sudah dianggap sebagai perselisihan yang kadang dianggap 
sebagai sebuah perlawanan atau pemberontakan.
Bisa kita pahami, mengapa ketika Galileo berbeda dari pihak gereja tentang 
pusat tatasurya, maka yang ada adalah anggapan pemberontakan yang berakhir di 
ujung kematiannya.

O'neil juga menjelaskan tentang Intelektualisme pendidikan sebagai berikut :
".pada dasarnya otoritarian.demi menyesuaikan secara lebih sempurna dengan 
cita-cita intelektual atau rohaniah yang sudah mapan dan tidak bervariasi."

Di dalam konsep intelektualisme pendidikan ini, tetap saja sifat murid sebagai 
obyek itu yang dipakai sebagai landasan, sistem dan guru tetap bersifat 
otoriter, intelektual dipakai dengan tidak bertentangan kepada nilai-nilai 
kebenaran yang sudah ada, yang sudah mapan.
Kita bisa memaklumi jika sekarang ini di salah satu perguruan tinggi terkenal 
di Indonesia, buku-buku teknik yang dipakai adalah buku keluaran tahun 1950. 
Bisa kita bayangkan, teknologi 1950, meski dengan alasan sebagai pondasi 
keilmuan, itulah yang diajarkan kepada siswanya. Intelektualisme pendidikan 
dilakukan, tetapi kebenaran masa lalu, nilai-nilai masa lalu itu yang diajarkan.
Kalau sekarang sudah teknologi tahun 2006, sedangkan yang kita pelajari baru 
referensi tahun 1950, lalu bagaimana cara kita bisa mengejar ketinggalan kita 
yang 56 tahun itu?


O'neil juga menjelaskan tentang Konservatisme pendidikan sebagai berikut :
"Konservatisme pada dasarnya adalah posisi yang mendukung ketaatan terhadap 
lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu (sudah 
cukup tua atau dan mapan), didampingi dengan rasa hormat mendalam terhadap 
hukum dan tatanan, sebagai landasn perubahan sosial yang konstruktif"
 
Pendidikan yang konservatif beranggapan bahwa sasaran utama sekolah adalah 
pelestarian dan penerusan pola sosial serta tradisi-tradisi yang sudah mapan.

Saya tidak mengatakan bahwa sistem konservatif ini jelek, harus dirubah atau 
mesti diganti tidak, tapi marilah kita melihat kenyataan bahwa sistem yang 
menggunana Pedagogy ini mengandung beberapa kelemahan meski juga mengandung 
beberapa kelebihan.
Kelemahannya adalah, bahwa dengan penerapan sistem pedagogy ini, manusia (dalam 
hal ini adalah siswa) yang memiliki ke unikan sendiri, yang memiliki talenta 
sendiri, memiliki minat sendiri, memiliki kelebihan sendiri, menjadi tidak 
berkembang, menjadi tidak bisa mengeksplor dirinya sendiri, tidak mampu 
menyampaikan kebenarannya sendiri, sebab yang memiliki kebenaran adalah masa 
lalu, adalah sesuatu yang sudah mapan dan sudah ada sampai sekarang.
Perbedaan bukanlah menjadi hal yang biasa, melainkan jika ada yang berbeda itu 
akan dianggap sebagai sebuah perlawanan dan pemberontakan.
Tetapi Pedagogy memiliki kelebihan tersendiri, yakni didalam menjaga rantai 
keilmuan yang sudah diawali oleh orang-orang terdahulu, maka rantai emas dan 
benang merah keilmuan bisa dilanjutkan oleh generasi mendatang. Generasi 
mendatang tidak perlu mulai dari nol lagi, melainkan tinggal melanjutkan apa 
yang sudah ditemukan, apa yang sudah dirintis, apa yang sudah dimulai oleh 
generasi mendatang.

Seperti sisi mata uang yang berbeda dari satu keping, kalau di satu sisi adalah 
Pedagogy, maka di sisi yang lain adalah Andragogy, yakni konsep pendidikan yang 
meletakkan siswa sebagai subyek dari pendidikan. Bukan lagi sebagai obyek, 
tetapi sebagai subyek dari pendidikan.
Inilah yang sekarang ini mau diterapkan di Indonesia dengan istilah konsep 
pendidikan yang berdasarkan pada "kompetensi". Siswa yang mesti lebih aktif 
dari gurunya, kadang ada yang berkata, keaktifan siswa adalah 70% di dalam 
proses belajar mengajar sementara guru keaktifannya cukup 30 % saja. Sebelum 
ini sebenarnya sudah dikenal CBSA, cara belajar siswa aktif, atau di tahun 70 
an ada sebuah proyek yang disebut dengan PPSP (Proyek perintis Sekolah 
Pembangunan) dimana pada waktu itu, siswa dibebaskan menentukan seberapa cepat 
dia bisa menyelesaikan masa studinya. Sudah disiapkan Lembaran Kegiatan Siswa 
(LKS) yang berisikan tentang teori-teori materi yang dipelajari, kalau siswa 
beranggapan sudah menguasai, maka diberi tersendiri lembar latihan dari LKS 
tadi dan kalau sudah merasa siap, maka siswa bisa mengambil sendiri Lembar Test 
Formatif yang sudah siap. Fungsi Guru pada waktu itu cuman menjelaskan apabila 
bertanya dan menilai hasil test formatif tersebut. Di PPSP ini, murid kelas 1 
SMP (waktu itu disebut kelas 6), itu bisa saja menempuh pelajaran kelas 2 SMP 
(kelas 7) maupun menempuh kelas 8 (3 SMP), sehingga pada waktu itu, cukup 
banyak yang mampu menempuh level SMP hanya dalam waktu 2 tahun. PPSP 
mencanangkan program SD cuman 5 tahun, SMP bisa ditempuh 2 tahun dan SMA juga 
bisa ditempuh 2 tahun juga, tergantung kepada kemampuan dari siswa.
Sayang banget, di Indonesia sudah sama-sama kita ketahui, ganti mentri ganti 
sistem pendidikan, jadilah Proyek yang sudah dijalankan tidak dilihat hasilnya 
bagaimana yang penting langsung diganti saja..

Dari konsep pendidikan Andragogy inilah, kita kenal istilah-istilah Enjoy 
Learning, Workshop, Pelatihan Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy 
inilah kemudian muncul konsep-konsep Liberal, Liberasionis dan Anarkis.
 William F. O'Neil menyebutnya dengan pendidikan Liberal yang oleh O'Neil 
dibagi menjadi tiga macam yaitu Liberalisme pendidikan, Liberasionisme 
pendidikan dan Anarkisme pendidikan.
O'Neil menjelaskan Liberalisme pendidikan sebagai berikut:
"..tujuan jangka panjang pendidikan adalah untuk melestarikan dan memperbaiki 
tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara 
menghadapi  persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif."
 
O'Neil menjelaskan Liberasionisme pendidikan sebagai berikut :
"Liberasionisme adalah sebuah sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti 
segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik (dan 
pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan 
individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin"
 
Sebagai contoh, Tahun 1950 atas ide dari Robert Mayard Hutchins, sistem 
absesnsi buat siswa sudah ditiadakan di sebagian Amerika dan juga sistem SKS 
sudah ditiadakan juga. Murid/siswa dibebaskan atas apa yang ingin mereka 
pelajari, sesuai minat dan bakat mereka masing-masing.
 
Bagi pendidik liberasionis, sekolah bersifat obyektif namun tidak sentral dan 
sekolah bukan hanya mengajarkan pada siswa bagaimana berpikir yang efektif 
secara rasional dan ilmiah, melainkan juga mengajak siswa untuk memahami 
kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam pemecahan-pemecahan masalah secara 
intelek yang paling meyakinkan. Dengan kata lain, liberasionisme pendidikan 
dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang terbuka. Secara moral, sekolah 
berkewajiban mengenalkan dan mempromosikan program-program sosial konstruktif 
dan bukan hanya melatih pikiran siswa. Sekolahpun harus memajukan pola tindakan 
yang paling meyakinkan yang didukung oleh sebuah analisis obyektif berdasarkan 
fakta-fakta yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang 
prinsip pendidikan yaitu sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari "yang 
obyektif" , melalui pengamatan atas kenyataan.

O'neil menjelaskan Anarkisme pendidikan sebagai berikut :
" ...seperti pendidik liberal dan liberasionis, pada umumnya (anarkisme 
pendidikan) menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian 
pengetahuan melalui penalaran ilmiah)."
Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan 
beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan 
pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti 
dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga.. Menurut anarkisme 
pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang 
mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang 
mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan 
sekalian.
 


Sekali lagi..sistem Andragogy pun memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. 
Beberapa kelebihan memang memberikan sarana, wadah dan sistem bagi talenta 
masing-masing orang untuk berkembang sesuai minat dan bakat masing-masing.
Coba kita bertanya kepada diri kita sendiri, mengapakah dulu kita memilih 
jurusan tertentu ketika kuliah ?
Maka kalau kita jujur, sebagian besar dari kita tidaklah memahami alasan yang 
ada pada diri sendiri, mengapa kita memilih jurusan tersebut?
Kita tidak mengetahui sebelumnya dan menjadi sebuah ironi setelah kita selesai 
lulus katakanlah selama 5 tahun, barulah kita menyadari bahwa jurusan itu tidak 
kita sukai. Tetapi sistem di kita belum memungkinkan adanya pindah jurusan 
seperti itu, yang disesuaikan dengan bakat dan minat dari siswanya.
Tetapi sistem Andragogy ini memiliki kelemahan pula. Salah satunya adalah bahwa 
bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya 
ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy 
hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk 
tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan?
Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? 
jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu 
tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada 
persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar 
ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan 
Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang 
bagi, dll.

Lalu bagaimanakah sebenarnya yang mesti kita terapkan kepada sistem pendidikan 
kita di Indonesia ini?
Pedagogy kah? Andragogy kah? gabungan keduanyakah?
atau ada alternatif lain?
Kira-kira..bisakah kita membayangkan sekarang? Setelah melihat bahwa Pendidikan 
bukan soalan yang mudah dan tidak sesederhana itu, Bagaimanakah menurut anda ? 
Jika di lingkungan Instansi pendidikan tidak diisi dengan orang-orang yang 
kompeten dengan pendidikan???!!!
Mau dibawa kemana pendidikan kita ini?

salam renungan
huttaqi

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke