MEDIA INDONESIA Kamis, 06 Juli 2006 EDITORIAL
Berdamai demi Kemajemukan DUA kelompok anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang bertikai soal peraturan daerah yang bernuansa Islam akhirnya berdamai. Mereka sepakat tidak melanjutkan ribut-ribut mengenai masalah yang bakal mengundang debat tidak berujung. Debat itu, bila tidak berhenti, bisa mengundang sentimen primordial yang membahayakan. Perdamaian itu tentu saja adalah kesadaran agung. Agung bagi keindahan dan keutuhan negara dan bangsa yang majemuk ini. Juga agung bagi semangat dan hakikat demokrasi. Akan tetapi keagungan itu menemukan wujud hakikinya, dalam konteks berbangsa dan bernegara, apabila perdamaian yang disepakati tidak sebatas berhenti bicara soal perda-perda itu. Perdamaian itu baru bermakna agung bila diikuti dengan kesadaran terhadap substansi demokrasi, berbangsa, dan bernegara. Substansi tentang negara Indonesia yang satu dari Sabang sampai Merauke, dan substansi tentang negara sebagai rumah bersama. Para pendiri bangsa telah mewariskan ideologi mulia bernama Pancasila. Ideologi yang memayungi dan menyinari jiwa dan semangat anak negeri ini dalam mengelola bangsa menjalani kehidupan bernegara. Pancasila adalah simpul dari kesadaran faktual tentang negeri Indonesia yang multikultural. Kultur yang hidup dan dibesarkan karena kemajemukan dalam bidang agama, suku, daerah, ras dan sebagainya. Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamendemen mencerminkan kesepakatan untuk mengelola negara dalam jiwa dan kehendak Pancasila dan berselera demokrasi. Ketika sebuah bangsa yang majemuk memilih bersatu dalam rumah bernama negara, semangat yang mendasari adalah semangat pengorbanan. Pengorbanan yang banyak demi yang sedikit dan pengorbanan yang sedikit demi yang banyak. Pengorbanan kita demi mereka dan pengorbanan saya demi dia. Kekitaan dengan demikian menjadi kata kunci yang menguatkan sendi-sendi multikulturalisme. Siapakah yang berkewajiban menjaga keindahan dan keagungan pluralitas Indonesia? Jawabnya adalah para elite dan cerdik pandai. Mereka itu adalah presiden beserta seluruh menteri dan aparatur negara, para anggota parlemen, elite partai politik, organisasi kemasyarakatan termasuk LSM. Ya, kita semua pada akhirnya. Demokrasi adalah sebuah selera pengelolaan negara yang indah sekaligus kompleks. Demokrasi tidak hanya soal pemilu dan mekanisme mayoritas dalam pengambilan keputusan. Demokrasi, lebih dari itu, adalah juga soal toleransi, soal dialog, soal hak asasi manusia, penegakan hukum, dan soal perlindungan hak minoritas dan mayoritas, dan banyak lagi. Oleh karena itu, sebuah pengambilan keputusan oleh mayoritas yang mengganggu sendi-sendi kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara, pada hakikatnya tidak demokratis. Karena demokrasi sebenarnya hanya memberi kita separuh dari hak, karena separuhnya lagi adalah hak orang lain yang harus kita hormati. Perda-perda bernuansa Islam di berbagai daerah yang diributkan itu, betul dari sisi proses pengambilan keputusan tetapi mengganggu hakikat kemajemukan kita. Betul karena ada aspirasi yang kuat tentang itu, tetapi bila mengganggu rasa kebersamaan dan kekitaan dalam rumah bersama Indonesia, seyogianya tidak dipaksakan. Ini sekali lagi mengingatkan para politisi agar membiarkan agama mengelola dan meyakini seluruh prinsip keagamaan dalam wilayah agama sendiri. Agama apa pun di Republik ini agar janganlah terlalu bernafsu memaksakan kebenaran agamanya menjadi aturan formal negara. Hanya dengan begitu kita merawat dan membesarkan Indonesia yang majemuk ini. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/