Surat Kembang Gunung Purei:

"TOAST" SEPI,  RINDU, HATI DAN TUBUH



2.


Bagaimana Xiao Lan membedah dan meracik dua permasalahan yang ia ajukan di 
atas? 

Untuk keperluan ini ,  Xiao Lan mengambil  bar sebuah café sebagai tempat 
berlangsungnya kisah. Dan tokoh utama cerita adalah si aku, Lan Fang, dan Cali, 
pekerja bar [bar man atau "bar tender" jika menggunakan istilah penulis Xiao 
Lan].  Dua tokoh ini masing-masing mempunyai permasalah cinta. Yang "bar 
tender" mencintai seorang penyanyi yang sering menyanyi di café tapi tiba-tiba 
menghilang sehingga cintanya menggelombangkan  kerinduan  hebat di dalam diri 
"bar tender". Sedangkan Lan Fang tidak puas dengan akan sikap dan perlakuan 
teman lelakinya. Sehingga Lan Fang merasakan cintanya disia-siakan dan 
penyia-nyiaan serta rasa disa-siakan ini kemudian menurunkan  badai sepi ke 
diri penulis cerpen.  Dengan perasaan  beginilah maka Lan Fang, si aku,  datang 
ke café dan mengambil tempat di bangku bar sambil mereguk seloki demi seloki 
"long island".  Di depan bar ini kemudian berlangsung dialog antara Cali dan 
Lan Fang mengenai dua soal di atas berlatarbelakang lagu-lagu yang mengalun 
dari suara penyanyi kekasih Cali yang juga pencintai seloki "long island".

Latar belakang café dan "long island" serta musik-musiknya yang mengalun, 
adanya tokoh "aku" yang melarikan kesepian dan kerinduan di café serta "long 
island",  bagiku jelas-jelas menggembarkan lapisan masyarakat mana yang digarap 
oleh Xiao Lan yaitu lapisan yang relatif berpunya. Lapisan kelas menengah yang 
oleh sementara politikolog dipandang sebagai dasar demokratisasi suatu negeri. 
Benar tidaknya, sepakat tidaknya kita akan teori ini, adalah suatu perdebatan 
panjang dan rinci yang bukan sasaran "surat" ini. Yang jelas aliran yang dianut 
oleh  politikolog yang bertahan pada pendapat "rakyat sebagai poros" tidak 
sepakat dengan pandangan demikian.

Tapi dengan latarbelakang dan tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh Xiao Lan dan 
karya-karya sastra Indonesia yang ditulis dalam bahasa Indonesia, dalam benakku 
muncul pertanyaan: Apakah keadaan begini tidak menunjukkan bahwa sastra 
Indonesia berbahasa Indonesia pada galibnya merupakan sastra kelas menengah 
suatu lapisan kecil dalam masyarakat yang bukan mayoritas?Penikmatnya pun tidak 
jauh-jauh dari lapisan masyarakat demikian juga. Karena merekalah yang 
mempunyai syarat untuk menikmatinya. Penulis-penulisnya pun apakah juga tidak 
jauh berada di sekitar kelas begini sebagaimana ujar pepatah tetua kita: "buah 
jatuh tak akan jauh dari pohonnya".  

Berdasarkan keadaan ini , maka aku memandang dengan serius perkembangan sastra 
berbahasa daerah, sekali pun bersifat lisan. Sastra jenis ini kukira merupakan 
ungkapan lapisan masyarakat luas dan lebih luas dari sekedar selingkup kelas 
menengah. Sastra berbahasa daerah, baik yang lisan atau pun tulisan, kukira 
merupakan bagian dari sastra Indonesia, dalam konsep Indonesia dan Republik 
yang dipilih oleh para pendiri Republik Indonesia ini pada 17 Agustus 1945. 
Maka bukan kebetulan jika "bhinneka tunggal ika" dipilih sebagai motto 
bernegeri, berbangsa dan bernegara. Ataukah aku keliru?! Ketika kita mengatakan 
 Republik Indonesia, aku tidak membayangkan sepintas pun bahwa teritorial 
geografis dan politis ini adalah suatu daerah kosong tanpa penduduk. Aku pun 
tidak pernah membayangkan bahwa yang minoritas menjadi tidak punya harga di 
mata mayoritas. 

Sastra daerah, kukira merupakan sastra mayoritas rakyat atau warganegara 
Republik dan Indonesia. Jauh lebih besar penggunaannya daripada sastra yang 
berbahasa Indonesia. Ungkapan langsung dari kehidupan nyata mayoritas 
warganegara. Sedangkan sastra kelas menengah lebih banyak melayani kepentingan 
kelas menengah yang umumnya hidup di daerah perkotaan. Sayangnya, sesuai dengan 
peranan kota dalam perkembangan masyarakat, maka nilai dominan, apalagi dalam 
perkembangan tekhnologi seperti sekarang, nilai kota dan kelas menenangahnya 
gampang menjadi dominan dan standar.

Tidak terbayangkan padaku bahwa mayoritas warga negara republik dan negeri ini 
bisa melalukan waktunya di café dan seloki "long island" di bawah buaian 
lagu-lagu pop dan Barat . Bahwa kesepian, kerinduan, cinta dan hubungan intim 
merupakan soal umum di mana pun, baik di pedesaan  atau perkotaan, di negara 
industri atau agraris, merupakan suatu kenyataan pula, tapi cara orang 
menghadapinya akan berbeda-beda. Betapa pun perbedaan ini,  apa yang dilukiskan 
oleh Xiao Lan,  tetap merupakan bagian dari kehidupan di Indonesia kekinian. 
Dari sini kita melihat adanya macam-macam Indonesia seperti juga para ilmuwan 
sosial pernah menulis bahwa Amerika Serikat itu ada tiga, Perancis pun tidak 
satu. 

Tentu saja, aku tidak mempunyai keberatan terhadap pelukisan kehidupan kelas 
menengah yang memang merupakan suatu kenyataan. Seperti halnya Honore Balzac 
selain melukiskan kehidupan kaum tani dan buruh tapi juga menulis tentang 
kehidupan borjuasi Perancis. Dan Balzac mengenal lapisan ini  dengan baik.  
Masalahnya di sini, kembali bagaimana kita meracik tema. Untuk apa dan dengan 
konsep bagaimana?  

Balzac atau Victor Hugo melalui karya-karya sastra mereka, memaparkan 
permasalahan perkembangan masyarakat zamannya, memperlihatkan pertarungan yang 
terjadi di dalam masyarakat dan bagaimana para cendekiawan, termasuk para 
sastrawan memberi sumbangan ide jalan keluar. Jalan keluar hanya mungkin 
ditawarkan apabila kita dekat dengan kehidupan dan atas dasar itu dengan 
menggunakan pisau analisa teoritis atau filosofis, dan lain-lain,  yang 
mengakar, tanggap dan aspiratif, bisa menawarkan usul jalan keluar dalam bentuk 
artistik.

Apa yang ditawarkan oleh Xiao Lan dari segi ini, jika menggunakan pendekatan 
perbandingan, terutama jika kita menggunakan karya-karya penulis berbagai 
negeri dan Indonesia sendiri dalam sejarah, sebagai perbandingan ? Apakah aku 
salah menggunakan perbandingan begini? Kalau aku salah, di manakah salahku? 
Apakah sastrawan kita, sastrawan Indonesia,  mau sekedar bangga menjadi "pipit" 
dan tidak mau jadi "rajawali"? Bangga sudah merasa punya nama di sekian milis 
dan daerah geografis sebesar tempurung, hingga tidak segan melakukan 
otoproklamasi ini dan itu, tak obah bayangan "katak mau menjadi lembu"? Mengapa 
tidak, kita menjadikan wilayah geografis bernama Indonesia hanya satu dermaga 
menyamudera sebagaimana, Paul Valery, penyair Perancis  mengatakan  "dari Paris 
kita menyamudera". Ketika bekerja di Kalimantan Tengah, ide begini kurumuskan 
dalam kata-kata: "Berdiri di kampung halaman memandang tanahair merangkul bumi 
demi memanusiawikan manusia, kehidupan dan masyarakat". Manusia, kehidupan dan 
masyarakat, kulihat sebagai samudera tak bertepi dan kita tak lain dari kapitan 
pinisi yang melayarinya sebagaimana Kraeng Kalesong melayari samudera mimpinya 
hingga ajal. Dari Kraeng Kalesong aku belajar bagaimana dari kampung-halaman 
kita menjadi anak bumi dan manusia yang manusiawi.  O, barangkali dunia sastra 
merupakan suatu kekecualian yang hanya sibuk dengan diri sendiri, asyik dengan 
kehidupan menara gading kelas menengahnya ?!  Jika demikian, pasti Republik dan 
Indonesia akan bertanya-tanya: Apakah aku kalian cuekkan?. Mungkin! Maklum aku 
hanyalah seorang awam di dunia sastra sehingga bertanya pun keliru dan bodoh. 
Hanya bisa bicara tetapi tak bisa berbahasa.***


Paris, Juli 2006.
---------------------
JJ. Kusni


[Bersambung....]


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke