Sebelum membaca artikel ttg Bob Sadino,kami infokan bahwa Yayasan 

Bina Karsa Mandiri akan mengadakan :

Seminar Entrepreneur Day yang ke-7 " Seminar dan Pameran Wirausaha" 

yang
akan kami selenggarakan di :
JDC ( Jakarta Design Center )
Jl. Gatot Suroto Kav.53
Slipi Jakarta
Hari : Sabtu, 5 Agustus 2006
Jam : 09.00 - 14.00 WIB

ACARA
A.Seminar I dengan tema : " Mengelola Usaha dengan Tepat "
Pembicara :
1. Bob Sadino (pengusah KemChick, Kem Farm dll )
Lihat profil Bob Sadino di :
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/b/bob-sadino/index.shtml
2. Miranty Abidin ( CEO Fortune Indonesia )
3. Jackie Ambadar ( Managing Director Le Monde Baby )

B. Seminar II dengan tema " Berbagai Peluang Usaha" dan Presentasi
peluang Usaha
Pembicara : Yanti Isa ( Managing Director PT. Maagfood Inovasi 

Pangan/PT
Red Crispy International ).

Investasi :
- Rp. 175.000 (umum ) ---> bagi yang mendaftar sebelum 15/7/06,
akan mendapat BUKU "Mengelola Usaha dengan Tepat", buku
ke 6 seri wirausaha praktis
- Rp. 150.000 (Anggota yg mendaftar sebelum tanggal 15 Juli 2006)
(sudah termasuk lunch + sertifikat + makalah)

Tersedia stand pameran peluang usaha : Rp. 100.000- (harus juga menjadi 

peserta seminar)

Cara Pendaftaran :
1. Kirim alamat Anda via sms/tlp ke :
Rulan Kis R
HP : 08562156794
email : [EMAIL PROTECTED]

2. Nanti akan kami antar buku dan tiketnya

Kami juga menerbitkan buku seri wirausaha praktis, saat ini sudah ada 6 

judul yang beredar baik di Gramedia, Gunung Agung, dll, rencananya akan 

terbit 10 judul buku



MAKNA SUKSES BAGI BOB SADINO


Sukses bagi seorang entrepreneur sejati seperti Bob Sadino, ternyata
begitu 

sederhana. "Kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan besok 

saya dapat makan, saya sudah sukses," ungkap bos Kemchicks Group ini. 

Ia bilang, banyak orang tidak pernah memahami arti sepiring nasi. Makan 

dianggap sebagai kewajaran jika orang tidak punya masalah untuk 

mendapatkan makanan. Tapi bagi orang yang pernah lapar, pernah tidak 

makan, sepiring nasi mempunyai arti yang sangat besar dan sangat 

mendalam. "Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa 

begini hari ini," tutur Bob, yang pernah jadi sopir taksi dan nguli di
Jakarta 

dengan upah Rp100 per hari.

Bob, yang lulus SMA tahun 1953 itu mengkritik keras kecenderungan para 

orang tua yang malas mendidik sendiri anak-anaknya. Para orang tua itu 

melepaskan tanggungjawab mendidik anak dan seenaknya membebankan 

tugas itu pada sekolah. Akhirnya, sering mereka memaksakan kehendak 

pada anak-anak dalam hal memilih jenis pendidikan. Padahal, kata 

pengusaha gaek yang pernah ikut-ikutan temannya kuliah di Fakultas 

Hukum UI ini, semua anak bebas menentukan pilihan. Namun itulah 

egoisnya orang tua. Tanpa sadar mereka sedang memperkosa pikiran 

anak-anak.

Bagi Bob, keteladanan sangat bermakna untuk membangun mental 

seseorang. "Bukan dengan memicu dan memacu, karena banyak orang 

yang tidak mau dipicu dan dipacu," tegas Bob. Ia mengaku sangat keras 

dalam mendidik anak-anaknya, tetapi juga memberi pilihan 

sebebas-bebasnya. Disiplin harus ditegakkan, tapi kemandirian juga harus 

ditumbuhkan. Itulah semangat Bob dalam menggerakkan para karyawan di 

Kemchicks Group, yang mana mereka dianggapnya sebagai anak-anak 

sendiri.

Teramat sayang jika orang hanya mengingat seorang Bob Sadino sebagai 

pengusaha nyentrik, yang kemana-mana pakai celana pendek. Makin digali, 

makin ketemulah sosoknya sebagai seorang Master Kehidupan. Bahasanya 

bernuansa sufistik. Ungkapan-ungkapan yang sederhana, lugas, dan kadang 

provokatif namun kaya makna itu, menjadikannya bak seorang "Guru Zen" 

dalam hal bisnis. "Saya ini seperti sebuah gitar tua di atas meja. Apakah 

saya bisa mengalunkan irama yang indah atau buruk, tergantung siapa yang 

memetiknya," ungkap Bob saat didesak untuk mengeluarkan seluruh 

`ilmunya' oleh Edy Zaqeus.

Kalau pikiran ini kita umpamakan sebuah cangkir teh, maka kita tak 

bakalan pernah bisa mengenal "tehnya" Bob Sadino, jika kita tak lebih
dulu 

mengosongkan cangkir itu. Berikut petikan wawancara antara Bob Sadino, 

sang "Guru Zen" bisnis, dengan salah satu pengagumnya, Edy Zaqeus. 

Wawancara berlangsung sepanjang perjalanan dari rumah Bob di Lebak 

Bulus, Jakarta Selatan, sampai di kantornya di kawasan industri Pulo 

Gadung, Jakarta Timur. Wawancara ini merupakan salah satu bab dari 

buku best seller berjudul Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah! (Gradien, 

2004)


MODAL SERING MENJADI HAMBATAN BAGI YANG INGIN 

BERWIRAUSAHA. PANDANGAN ANDA?
Rata-rata kalau orang bicara modal, langsung otaknya bilang duit. Orang 

yang lebih canggih lagi, kalau bukan duit ya benda-benda modal seperti 

pacul, pikulan, atau becak. Itu modal yang bisa dilihat, dipegang,
dirasakan, 

modal tangible. Ada modal yang tidak bisa dilihat, dirasakan, dipegang. 

Umpamanya modal keberanian, kemauan, tekad. Saya pribadi, dari mana 

mulainya? Ya, dari yang tidak kelihatan tadi.

SOAL KETIDAKBERANIAN MENGAMBIL RISIKO, JIKA 

BERDASARKAN PERHITUNGAN RISIKONYA TERLALU BESAR. 

KOMENTAR ANDA?
Karena saya berangkat tanpa perhitungan apa-apa, bagaimana saya mau 

mengitung kalau duit saya tidak punya? Modal saya hanya kemauan, tapi 

saya punya kaki punya tangan, terus saya melangkah, saya berbuat!

APA CUKUP MENGANDALKAN KEBERANIAN AMBIL RISIKO 

SAJA?
Salah satunya iya. Kalau orang biasanya menghindari risiko, saya masuk 

kategori orang yang mencari risiko, kan? Masa bodoh akibatnya, yang saya 

cari itu risiko. Silahkan terjemahkan….

PERNAH MENGALAMI KEGAGALAN DALAM USAHA?
Ini pertanyaan yang sangat lucu… Kegagalan itu sudah termasuk dalam 

usaha. Cari risiko berarti cari kegagalan, kan? Berusaha itu modalnya 

bukan duit. Duit itu nomor ke seratus kali!

SOAL MENTAL KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT KITA?
Rata-rata orang Indonesia masih berpikir untuk jadi pegawai saja. 

Termasuk mereka yang sudah selesai sekolah, sarjana-sarjana itu. 

Kebanyakan orang tidak mau dipicu dan dipacu mental kewirausahaannya. 

Karena tidak mau, ya pendekatannya harus beda. Ya, keteladanan saja. 

Kalau orang melihat Anda berhasil, Anda hanya bisa berharap orang lain 

mengikuti Anda. Itu saja!

BUKANKAH ITU PASIF?
Memangnya kita bisa maksa orang? Kamu mau nggak dipaksa? "Kamu 

besok berhenti saja jadi wartawan, kamu ikuti jejak saya, mau nggak 

kamu?!"

KONON DALAM USAHA PERLU `NALURI BISNIS' (INSTINCT) 

ATAU FEELING. ANDA SENDIRI?
Dari pengalaman, saya tidak mengatakan bahwa instinct atau feeling itu 

faktor. Mungkin ada, Mungkin! Tapi itu kan sesuatu yang tidak ada 

jaminannya? Yang orang katakan feeling bagi saya, sebenarnya adalah 

karena saya sudah melangkah 999 langkah. Maka langkah saya yang 

ke-1000 itu, yang sebetulnya langkah berikutnya, itulah yang dikatakan 

orang instinct atau feeling.

KALAU SOAL `HOKI' ATAU KEBERUNTUNGAN?
Berapa persen sih orang yang bisa menyandarkan dan mengandalkan 

sebuah sukses dari faktor hoki? Kenapa nggak dilaksanakan saja, 

dijalankan saja? Mungkin hoki datang sejajar dengan itu, dengan
sendirinya. 

Kalau orang sejak awal percaya dirinya tidak bisa berhasil, maka seumur 

hidupnya, sepanjang hayatnya, dia tidak akan pernah berhasil.

BAGAIMANA DENGAN LEADERSHIP DALAM MENGHIDUPKAN 

USAHA?
Kalau ditanya definisinya saya nggak bisa jawab. Kalau ditanya hasilnya, 

saya punya 1.600 orang anak-anak. Mereka itu anak-anak, saya bapaknya, 

itu saja! Nggak pakai resep. Mereka itu mbututi (mengikuti) saya kok.
Jika 

kamu belum menikah, belum punya istri, belum punya anak, maka apa pun 

yang saya terangkan tentang `bapak', kamu tidak akan mengerti. Itu pun 

sudah merupakan jawaban!

KALAU ANAK-ANAK TIDAK MAMPU MELAKSANAKAN APA 

YANG ANDA INGINKAN?
Dibentur-benturkan aja kepalanya ke tembok! Apakah saya bisa andalkan 

anak saya dari pengetahuannya saja? Pengalaman. Anak pegang sepeda, 

kalau jatuh itu risiko saya. Si anak merasakan sakit. Tapi sebagai
seorang 

bapak, kalau anak luka, yang ngobatin luka itu siapa? Risiko si anak
sakit, 

luka, berdarah, teriak-teriak. Karena itu dirasakan anak saya, saya ikut 

merasakan. Saya sebagai bapak harus bertanggung jawab. Saya 

melaksanakan tugas saya sebagai bapak, sama dengan semua bapak di 

mana pun bapak-bapak berada. Tidak ada bedanya. 
Usaha sudah besar, urusan makin banyak, sistem makin rumit. Bagaimana 

mempertahankan semua ini?
Saya kan sama anak-anak, tidak sendirian? Harus dilihat saya bersama 

anak-anak itu sebagai sebuah kebersamaan. Sudah lama saya tidak 

mengambil keputusan. Anak-anak saya suruh belajar naik sepeda. 

Terserah mau ke mana dan bagaimana mereka naik sepeda. Kalau saya 

mengawasi terus, kapan dewasanya anak-anak?

TIDAK SELAMANYA ORANG BISA LURUS TERUS. KADANG 

MEYIMPANG, KADANG MELAKUKAN KESALAHAN?
Saya buka dan bebaskan. Kalau mau melakukan penyimpangan, melakukan 

kesalahan, silahkan! Bebas kok. Terserah. Seperti anak saya yang naik 

sepeda, kalau dia jatuh, dia sakit sendiri.

KESALAHAN YANG DISENGAJA MAUPUN YANG TIDAK?
Dua-duanya boleh. Merdeka kok!

KEDENGARANNYA KOK TIDAK ADA MEKANISME REWARD 

AND PUNISHMENT?
Punishment-nya itu bukan dari saya. Reward-nya juga bukan dari saya. 

Punishment juga karena kelakuan dia sendiri. Memangnya tugas bapak itu 

harus punish and reward? Memangnya polisi? Saya paling menghindari 

perkataan punishment.

LEBIH UTAMA PENGALAMAN ATAU SESUATU YANG 

DIDAPAT DARI BANGKU SEKOLAH?
Saya tidak bisa ngomong karena saya nggak sekolah. Menurut istilah 

Andrias (penulis buku-buku best seller: red), saya ini orang yang
belajar, 

tetapi orang yang tidak pernah sekolah.

SIAPA GURU-GURU TERBAIK ANDA?
Alam. Saya melihat anak-anak, saya lihat pohon, matahari, jalanan, batu, 

sekeliling saya aja. Apa orang itu ndak bisa belajar dari batu? Banyak 

orang tua yang tidak rela anaknya tidak sekolah.

MUNGKIN ADA KEKHAWATIRAN KALAU TIDAK SEKOLAH 

NANTI TIDAK BISA HIDUP?
Apakah mereka tahu dengan sekolah itu anaknya bisa hidup? Apakah 

nggak sebaliknya, malah karena sekolah dia nggak akan bisa hidup? Kalau 

saya jadi kamu, segera setelah jadi orang tua, yang saya ingat adalah 

obrolan saya dengan Bob Sadino. Apakah sekolah itu jaminan bahwa anak 

itu nanti akan berhasil? Saya hampir pasti kalau kamu jadi orang tua,
kamu 

akan paksa anakmu untuk sekolah. Kalau kamu orang tua yang percaya, 

bahwa dengan sekolah anak itu bisa sukses, saya cenderung 

mengkategorikan kamu sebagai orang tua yang tidak bener. Pertama, kamu 

malas tidak mau mendidik anak sendiri. Kedua, kamu mengandalkan orang 

lain. Kalau kamu menghendaki anakmu melakukan setiap yang kamu 

inginkan, kamu orang tua yang paling egois. Bukankah setiap anak itu 

bebas memilih apa pun yang dia inginkan? Tanpa sadar kamu sedang 

memperkosa pikiran anakmu. Itu menurut Bob Sadino!

ADA PEMIKIRAN, PENDIDIKAN ADALAH WARISAN TERBAIK 

BAGI ANAK?
Kalau semua orang bilang begitu, saya yang akan bilang tidak! Kamu 

belum menarik garis sekolah itu apa, belajar itu apa. Alangkah
prihatinnya 

saya. Kasihan sekali pada orang tua yang mendidik anaknya, dengan 

menyuruh si anak masuk di sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat 

dinding. Bukankah dunia ini lebar? Warisan disempitkan menjadi satu; 

sekolah. Yang lain-lain nggak dianggap warisan, alangkah sempitnya 

pemikiran itu. Anak-anak saya ya saya sekolahkan. Tapi setelah itu saya 

bebaskan, mau apa terserah. Tidak pernah saya paksakan. Dan walau 

anak-anak saya selesai sekolah, ternyata mereka juga ndak senang 

sekolah.

APAKAH IDE-IDE SEMACAM INI BAGUS UNTUK 

ORANG-ORANG DI BANGKU SEKOLAH?
Saya selalu mengatakan, bagi mereka yang memaksakan kepingin sukses, 

jawaban saya sangat sederhana dan sangat tidak populer. Kalau kamu mau 

sukses, besok kamu berhenti sekolah. Dan jelas tidak ada satu orang pun 

yang mau nurut kata-kata saya. Padahal dia sedang mencari dan mengejar 

sukses. 
Mungkin orang merasa tidak aman jika meninggalkan sekolah dan tidak 

punya ijazah?
Kamu tahu berapa ribu sarjana yang nganggur. Apakah itu aman buat 

mereka? Kemarin saya ke IPB sedang mewisuda 1.200 sarjana. Dari 

1.200 sarjana yang kemarin diwisuda itu, berapa yang dapat pekerjaan, 

saya tidak tahu. Yang saya tahu hanya beberapa gelintir saja. Artinya 

kamu menyekolahkan anak untuk mencapai suatu tujuan, yaitu masuk pada 

suatu tempat yang tidak aman. Itu jelas sebetulnya. Tapi mengapa 

paradigmanya tidak pernah mau digeser-geser? Karena itu budaya dari 

nenek moyang. Orang tua maunya gampang. Sebetulnya sekolah itu hanya 

wakil saja dari orang tua. Kalau orang tua yang prihatin, ya dia didik
sendiri 

anaknya.

WAKTU KECIL PERNAH PUNYA CITA-CITA?
Nggak punya cita-cita. Kamu bertanya, `benar nggak?' berarti kamu tidak 

percaya sama saya, kan? Karena aneh, kan? Orang selalu tidak percaya 

jika saya ngomong yang sejujur-jujurnya.

BAGI ANDA APA MAKNA SUKSES ITU?
Bilamana apa yang saya harapkan, itu yang saya dapatkan, itulah sukses. 

Jadi kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan besok saya 

dapat makan, saya sudah sukses. Buat saya nasi sepiring itu sudah baik. 

Orang mencari macam-macam itu kan karena tidak pernah menghargai 

nasi sepiring buat dimakan besok? Saya menghargai itu karena saya pernah 

lapar. Nasi sepiring itu punya arti besar, segunung sudah. Sesederhana
itu! 

Nasi doang itu bagi saya sudah lebih baik daripada saya tidak makan. 

Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini. 

Orang yang tidak bisa menghargai sepiring nasi doang, karena mereka 

belum pernah lapar, kan? Mungkin perbedaan yang paling mencolok antara 

saya dengan begitu banyak orang adalah itu. Makan dianggap taken for 

granted, kewajaran, karena orang itu tidak punya masalah dengan makan. 

Tapi orang-orang di pinggir jalan itu, kamu tanya mereka….

ADA SAAT-SAAT KHUSUS UNTUK MEDITASI ATAU REFLEKSI 

DIRI?
Walah… dengan saya bersosialisasi dan berkomunikasi dengan anak-anak, 

itu sebuah refleksi spontan, kan? Apakah itu sikap saya, tindakan
saya, atau 

pembicaraan saya, saya mendapatkan refleksinya. Jadi saya tidak perlu
lagi 

merenung. Saya bicara dengan Anda, saya mendapatkan refleksi dari 

Anda. Refleksinya…oh, segala pertanyaan yang saya jawab anak ini 

ternyata bingung sendiri ha..ha..ha..

SETELAH SEPERTI SEKARANG INI, KE DEPAN APALAGI YANG 

ANDA HARAPKAN?
Dari awal saya bilang, besok itu saya mengharapkan bisa makan. Dan 

keesokan harinya saya bisa makan, dan saya puas. Apalagi yang saya 

harapkan? Karena itu makna sukses, kan? Sudah cukup. Nah, pulang nanti 

kamu dipaksa merenung! Bisa nggak menerjemahkan sang sufi ini 

ha..ha..ha…Kamu mengukur saya itu sekarang, kamu melihat saya serba 

ada. Kamu lupa sepiring nasi buat saya itu ada, itulah titik ada pada
waktu 

saya punya sepiring nasi besok. Itu titik ada saya. Kalau saya melihat
titik 

pada waktu besok saya mau makan saya dapat nasi, itu sudah titik bagi 

saya.* 








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to