Orang miskin dilarang sekolah?         Selasa, 18 Juli 2006 - 10:05:58 
WIB       Masih banyak ironi yang seringkali dipertontonkan oleh negeri ini, 
khususnya bidang pendidikan. Banyak anak tak bisa sekolah,  tapi kita bisa 
mengirim puteri Indonesia untuk pamer syahwat 

  
[Surat untuk mister Presiden]

 
Oleh: Wildan Hasan*
 

Seorang anak SMA berlari meninggalkan barisan pramuka di lapangan Kiarapayung, 
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Ahad siang kemarin, saat pembukaan Jambore 
Nasional 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Siswa SMA kelas II IPS 
Sandy Putra, Bandung tersebut, berlari menuju podium dimana presiden berada. 
Dimas Gumilar Taufik, sesampainya di podium langsung menyerahkan sebuah map 
putih kepada presiden tanpa berkata-kata. Hanya matanya nampak memerah dan 
berkaca-kaca menyiratkan sesuatu yang tidak sulit untuk dibaca. Malu, tapi 
harus dilakukan.
 
Aksi mengejutkan ini ternyata luput dari pengawasan pasukan pengamanan presiden 
(paspampres), yang langsung mengamankannya seusai kejadian. Ada apa gerangan? 
Kenapa Dimas begitu nekat menghampiri presiden? Apa yang diinginkannya? 
Ternyata aksi yang dilakukan Dimas “hanyalah” untuk meminta bantuan biaya 
sekolah kepada presiden. Memakai kata ‘Hanyalah” dalam tanda kutip disini, 
karena bagi sebagian orang, soal biaya sekolah tidak perlu melakukan aksi gila 
seperti itu atau langsung mencemooh apa yang dilakukan Dimas, sebagai cari 
sensasi dan memalukan. Ciss....
 
Namun Dimas mengatakan, dirinya sangat ingin sekolah dan menuntut banyak ilmu. 
Apa mau dikata kedua orangtuanya menganggur tanpa pekerjaan. Dirinya bingung 
hendak meminta bantuan pada siapa. Sedangkan semua saudaranya juga sama-sama 
susah dan miskin. Boro-boro untuk nyekolahin anak, buat makan sekali sehari 
saja susahnya minta ampun.
 
Aksi yang dilakukan siswa cerdas dan aktif  ini, memang sengaja dilakukannya 
dan sudah ia persiapkan sebelumnya. Terbetik pikiran menyampaikan masalahnya 
langsung kepada presiden. Kenapa tidak? Toh bukan aksi kejahatan, bukan pula 
salah kirim. Ia berikan langsung kepada Presiden, karena di tangannyalah nasib 
pendidikan jutaan anak bangsa, termasuk dirinya. Tidak sesuai prosedur? Memang, 
tapi Dimas sadar jika sesuai prosedur, suratnya tidak akan sampai ke tangan 
presiden. Surat apa sih di negeri ini, kalau tanpa ada uang pelicin akan 
berhasil dengan sukes.
 
Presiden kaget memang, menerima surat tersebut. Namun dengan bijak ia 
menerimanya dan ia simpan untuk ditindak lanjuti. Namun sampai kapan akan 
disimpan kita tidak tahu, jikapun ternyata ditindak lanjuti dan Dimas dibantu 
biaya sekolahnya. Haruskah berjuta-juta pelajar di negeri ini pun melompat 
menghadap presiden dan menyampaikan permohonan bantuan biaya pendidikan? 
Seperti yang dilakukan Dimas?. Karena, selama ini mereka menangis , berteriak, 
berpeluh basah dan berdarah-darah, tidak jua diperhatikan oleh anak buah mister 
presiden tersebut. Atau haruskah mereka meneladani aksi teman-temannya, 
menggantung diri, menyisit urat nadi, meminum jus obat nyamuk, memenggal kepala 
orangtua. Dan bisa jadi tidak sesadis itu, cukup dengan pergi ke jalanan, 
kumpul-kumpul dengan para preman, kemudian berbangga menjadi sampah masyarakat.
 
Ironis memang, nasib bangsa ini. Di saat melimpahnya kekayaan dan hidup mewah 
dinikmati segelintir orang di negeri ini. Di saat pejabat yang telah salah kita 
pilih menumpuk-numpuk uang haram, sebagai ganti pengeluarannya saat pemilihan. 
Di saat pemerintah pusat disiplin menggelar gaji ketiga belas. 
   
  Di saat orang kaya bingung membelanjakan uangnya. Di saat yang sama pula, ada 
seorang ibu yang mengutil demi sekolah anaknya, ada seorang bapak mencuri 
sepeda demi SPP anaknya yang nunggak lima bulan. Ada seorang ibu yang 
menghabisi anak-anaknya karena tidak kuat membiayai sekolah mereka. Ada jutaan 
anak yang terpaksa terjun ke jalanan, mengemis dan menghiba recehan untuk 
sekedar bisa makan. Dan ada seorang siswa yang berlari menghiba kepada presiden 
agar dibantu biaya sekolahnya.
 
Masih banyak ironi yang seringkali dipertontonkan oleh negeri ini. Ada tim 
pelajar Indonesia untuk olimpiade matematika internasional, gagal total 
mengikuti ajang tersebut gara-gara pemerintah malas mengurusi visa mereka, yang 
hanya bisa diurus dengan dua atau tiga hari saja. Padahal mereka telah bersusah 
payah mengikuti seleksi, dilatih berbulan-bulan dan siap mengharumkan nama 
bangsa. Tapi pemerintah senantiasa rajin dan sangat bersemangat mendukung 
keberangkatan duta kehancuran moral bangsa, puteri Indonesia untuk beradu 
keberanian mengumbar syahwat dan aurat di ajang Miss Universe.
 
Anggaran pendidikan bertambah? Tidak kemudian menjadikan pelajar optimis akan 
tenang belajar tanpa dikejar-kejar guru BP menagih uang SPP. Hingga saat ini 
kita terus berharap sampai kapan mimpi buruk ini akan berakhir. Sampai puisi 
kehilangan kata-kata indah, sampai kata-kata kehilangan maknanya dan sampai 
makna malu mewarnai pendidikan negeri ini. Kosong, hampa tanpa jiwa.
 
Apalah mau dikata, pendidikan di negeri ini statusnya belum meningkat. Masih 
sebagai anak tiri. Kalau penulis bisa diberi kesempatan bertemu Presiden RI, 
mungkin, panulis akan bertanya, "Mister Presiden, benarkan orang miskin di 
negeri ini dilarang sekolah?"
   
  
 * Penulis adalah penyiar radio Dakta 107 FM

http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3384&Itemid=60

The great job makes a great man
  pustaka tani 
  nuraulia

                                
---------------------------------
Want to be your own boss? Learn how on  Yahoo! Small Business. 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke