Sumber:
Diambil dari situs Jaringan Islam Liberal (JIL):

http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1092

==========

Ahmad Sahal:
Kita Perlu Lobi Tandingan Israel
31/07/2006

Kota-kota Palestina sudah luluh-lantak oleh tank-tank
dan senjata Isreal. Lebanon juga dibuat neraka oleh
serangan darat, laut, dan udara Israel yang
bertubi-tubi. Tapi PBB tak berkutik. Alih-alih
menitahkan Israel untuk berhenti, Amerika sebagai
superpower dunia, justru tampak membenarkan tindakan
biadab Israel itu. Ada apa? Berikut perbincangan
Novriantoni dari Jaringan Islam Liberal (JIL) Kamis
(20/7) lalu, dengan Ahmad Sahal.

NOVRIANTONI (JIL): Mas Sahal, mengapa Amerika bungkam
atas agresi Israel terhadap Palestina dan Lebanon yang
membabi-buta belakangan ini?

AHMAD SAHAL: Saya kita memang mengherankan ketika
Amerika bungkam ketika Israel membombardir Bandara
Internasional Rafiq Hariri dan beberapa infrasturktur
penting di Lebanon. Sementara itu, Presiden Amerika,
George W. Bush dengan enteng mengatakan bahwa Israel
punya hak untuk membela diri. Karena itu, penjelasan
lapisan pertamanya adalah karena mereka terjebak oleh
ulahnya sendiri di Irak yang sampai kini masih kacau.
Amerika juga terjebak dalam kasus pengayaan uranium
Iran dan isu Suriah. 

Tapi pada lapisan yang lebih dalam, pertanyaan yang
lebih layak kita gali adalah mengapa Amerika selalu
mendukung Israel tanpa syarat. Nah, beberapa bulan
lalu, ada satu tulisan menarik berjudul The Israel
Lobby and US Foreign Policy. Makalah itu ditulis dua
profesor hubungan internasional dari University of
Cichago dan Harvard University, masing-masing bernama
John Mearseimer dan Stephen Walt. Yang menarik dari
tulisan itu adalah pendapat yang menyatakan bahwa
dukungan Amerika yang tanpa syarat terhadap Israel,
justru akan merugikan kepentingan Amerika sendiri dan
juga merugikan orang Yahudi.

Dan memang, selama ini Amerika terlalu royal membantu
Israel, seperti dalam bantuan ekonominya. Paling
tidak, dalam setahun Isreal mendapat bantuan ekonomi
senilai 3 milyar dolar. Selain itu, ada juga bantuan
militer dan sistem persenjataan. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah bantuan diplomatik Amerika yang
sudah 32 kali memveto resolusi PBB menyangkut Isreal.
Saya kira, kita semua sudah sering kali mendiskusikan
itu. 

Tapi yang menarik dari tulisan dua profesor tadi,
adalah penekanan bahwa sebenarnya dukungan Amerika
yang luar biasa dan tidak kritis terhadap Israel itu
dikarenakan adanya peran lobi Israel yang kuat sekali
di Amerika. Jadi saya kira, kata kunci penjelas
bungkamnya Amerika di sini adalah soal lobi Isreal
yang sangat digdaya di Amerika. 

T: Di sana orang menyebut lobi, tapi di dunia Islam
lebih banyak bicara soal konspirasi Yahudi. Bagaimana
membedakan antara lobi dan konspirasi? 

J: Saya kira memang itu yang perlu digarisbawahi. Lobi
itu berbeda sekali dengan konspirasi. Sebab,
konspirasi biasanya dihubungkan dengan kekuatan yang
tak tampak yang sedang bermain dalam suatu perkara.
Sementara, lobi adalah hal yang biasa berlaku dalam
perpolitikan domestik Amerika. Nah, yang dimaksud lobi
Israel di Amerika itu kira-kira adalah kualisi
longggar dari sejumlah individu dan organisasi yang
secara aktif bekerja agar kebijakan luar negeri
Amerika selalu pro terhadap Israel. Jadi, yang namanya
lobi itu bukan gerakan bawah tanah yang kemudian
dikendalikan oleh suatu kekuatan gaib dengan
kepemimpinan yang tunggal. 

Lobi juga sesuatu yang dikerjakan oleh banyak kelompok
kepentingan lain, selain orang-orang Yahudi pro-Israel
seperti AIPAC (American Israeli Public Affair
Council). Kita mengenal banyak sekali kelompok
kepentingan yang juga aktif melakukan lobi di Amerika
selain AIPAC. Misalnya kelompok pengusaha tembakau,
kelompok pemilik senjata api, dan koalisi para
pensiunan. Di Amerika, semuanya aktif melakukan
lobi-lobi untuk mememangkan kepentingan mereka. 

Bedanya, lobi Israel memang begitu efektif. Dengan
kekuatannya yang mereka punya, mereka mampu
mempengaruhi satu Washington, seperti mayoritas
anggota Konggres dan kalangan Ekskutif. Mereka juga
efektif mempengaruhi opini publik di media massa. 

Jadi, lobi Isreal begitu efektif melakukan kampanye
supaya orang tidak bisa bersikap kritis terhadap
Israel di dalam banyak diskusi publik. Suasana seperti
itu berbeda sekali dengan, misalnya, di Eropa. Poin
kedua profesor tadi tentang lobi Israel adalah: semua
itu sesuatu yang wajar dalam politik domestik Amerika
dan memang dilakukan oleh kelompok kepentingan mana
pun. Bedanya, lobi Israel sangat efektif. 

T: Yang jadi pertanyaan, mengapa lobi Israel itu
begitu efektif dan seakan-akan mampu mempengaruhi
hampir semua kebijakan luar negri Amerika di Timur
Tengah? 

J: Saya kira, salah satu penjelasannya adalah karena
tidak adanya lobi tandingannya. Saya belum pernah
mendengar adanya lobi Arab atau Palestina yang
betul-betul kuat di dalam kancah politik domestik
Amerika. Kalau boleh berandai-andai, sekiranya
kelompok Arab atau Palestina dari dulu secara aktif
membangun lobi di kancah politik domestik Amerika,
ceritanya mungkin berbeda. Faktanya mereka justru
melakukan langkah-langkah yang kadang-kadang justru
kontraproduktif untuk memenangkan kepentingan mereka,
seperti mempertontonkan cara-cara kekerasan. Israel
juga melakukan kekerasan yang lebih brutal, tapi di
Amerika, suasananya memang agak aneh. 

Karena itu, dari sisi isu, sebenarnya tulisan dua
profesor tadi sudah sering kita dengar. Tapi yang
unik, kedua profesor dari universitas kenamaan Amerika
itu betul-betul sedang mendobrak tabu, dan dalam
publik Amerika, hal itu jarang terjadi. Padahal,
seperti yang saya bilang tadi, kritik yang lebih pedas
terhadap Israel di publik Eropa sudah sangat biasa.
Karena itu, salah satu media di Israel menganggap
tulisan ini penting sekali, karena banyak orang yang
sudah mencemaskan dukungan tanpa syarat Amerika
terhadap Israel. 

T: Anda mungkin punya penjelasan historis juga mengapa
Amerika begitu simpati, tidak kritis, bahkan suportif
habis terhadap segala tindakan Israel?

J: Beberapa waktu lalu, setelah tulisan dua profesor
tadi dimuat di London Review of Books, muncul tulisan
Tony Judd, seorang profesor sejarah Eropa dari New
York University di New York Times. Di situ Judd bilang
bahwa ketakutan terhadap stigma anti-Semit juga sangat
menakutkan bagi publik Amerika. Menurut dia, ketakutan
dituduh anti-Semit kalau mengkritik hubungan tidak
sehat antara Amerika dengan Israel itu begitu kuatnya
di Amerika, dan itu tidak terjadi di Eropa. Padahal,
dalam banyak hal, itu justru akan merugikan
kepentingan Amerika sendiri, Israel dan seluruh orang
Yahudi. Karena itu, bagi dia ketakutan akan stigma
anti-Semit ini harus dilawan, dan karena itu tulisan
dua profesor tadi dia sebut sebuah terobosan yang
menarik sekali di Amerika. 

Mungkin penjelasan itu berbeda dengan apa yang terjadi
di banyak negeri muslim dan Arab. Kalau di publik
Amerika ketakutan stigma anti-Semit melumpuhkan sikap
kritis terhadap hubungan Amerika dan Israel, di dunia
muslim, kita gampang sekali terjebak pada skenario
teori konspirasi. Jadi kita gampang terjebak dalam
penjelasan dengan menggunakan teori konspirasi. Sekali
sedikit-sedikit ada kejadian, kita menghubungkannya
dengan konspirasi Yahudi yang mengandaikan adanya
kekuatan tunggal terorganisir yang dilakukan
olehYahudi, mungkin dari Amerika atau dunia Barat,
untuk melumpuhkan dunia dan umat Islam. 

Menurut saya, kecenderungan berpikir konspiratif ini
juga sesuatu yang sudah saatnya dihentikan. Lebih baik
kita berpikir realistis. Artinya, kalau Amerika
habis-habisan mendukung Israel karena peranan lobi
Israel yang begitu hebat melalui proses politik yang
wajar di Amerika, mengapa umat Islam di Amerika atau
mungkin bangsa Arab di Timur Tengah yang juga tidak
miskin-miskin amat, tidak membangaun lobi yang sama.
Mulai sekarang, untuk kepentingan jangka panjang,
membangun lobi Palestina, Timur Tengah, atau Arab
untuk menandingi lobi Yahudi itu sangat perlu. Jadi
kita sedang bicara soal kenyataan politik Amerika yang
mensyaratkan demikian. Ini yang harus mulai kita
pikirkan sebagai strategi jangka panjang umat Islam
dalam menghadapi kekuatan Israel. 

Sayangnya, dunia Arab selalu tidak bisa bersatu, dan
bukan hanya itu, mereka juga kurang berpikir stategis
dalam kancah politik riilnya. Kalau mereka sudah tahu
bahwa Amerika selalu mendukung Israel karena ada
kekuatan lobi Israel yang begitu kuat di Amerika,
mengapa mereka selalu menuntut Amerika untuk menjadi
wasit yang adil tanpa pernah berpikir membangun
kekuatan dalam perpolitikan domestik Amerika? Karena
itu, lobi itu penting untuk menghadapi kekuatan yang
nyaris tak terkalahkan. 

Karena itu, menurut saya, untuk strategi jangka
panjang, cara-cara kekerasan seperti yang sudah sering
kita tempuh dan selalu gagal, sudah sebaiknya
ditinggalkan. Kini sudah saatnya kita memikirkan
supaya ada kelompok yang memikirkan kepentingan
Palestina di dalam kancah perpolitikan domestik
Amerika. Mereka harus rajin, giat dan aktif
mempengaruhi Amerika supaya kebijakan politik luar
negerinya berpihak kepada Palestina dan dunia Islam.
Jadi ini betul-betul pertarungan politik yang harus
dilakukan. 

T: Kalau Amerika ingin mendapatkan informasi tentang
situasi Timur Tengah, selama ini mereka otomatis
mencari dari organ-organ atau badan-badan pro-Israel
seperti AIPAC itu, ya? 

J: Sebetulnya tidak semonolitik itu, karena Amerika
juga negara demokratis. Salah satu kekuatan negara
yang demokratis adalah kebebasan berekspresi. Karena
itu, tulisan dua profesor yang saya sebutkan tadi
beredar luas juga di dalam dunia akademis Amerika.
Hanya saja, kritik-kriitik itu, dari segi intensitas
dan frekuensinya, tidak sepopuler di Eropa; di mana
ketakutan terhadap tuduhan anti-Semit tidak terlalu
kuat. 

Karena itu, kita tidak perlu lagi bicara tentang hak
Israel berada di Timur Tengah seperti yang sering
dikemukakan Presiden Iran, Ahmadinejad. Pada tahap
sekarang ini, sebenarnya pembicaraan sudah ada pada
gagasan bagaimana Israel dan Palestina itu bisa hidup
berdampingan. Dan karena itu, tindakan sembrono
seperti menculik kopral Israel seperti yang dilakukan
Hamas atau Hizbullah, dari segi stategi politik,
menurut saya ngawur. Tapi yang jauh lebih ngawur,
tentulah pembalasan Isreal yang membabi-buta. 

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan untuk menghadapi
Israel dan sekutunya, Amerika? Apa cukup dengan
menggembar-gemborkan kalimat al-Islam ya’lu wala yu’la
alaih (Islam itu jaya, dan tidak ada yang mampu
menandinginya, Red?) Bagi saya, kita tidak seharusnya
berhenti pada retorika, tetapi perlu mewujudkannya
secara kongkret dengan cara membangun kekuatan di
dalam dunia politik yang riil. Kita gampang sekali
tersulut emosi kemarahan karena diperlakukan secara
tidak adil, tetapi kemarahan itu tidak mampu kita
tranformasikan menjadi energi besar untuk membangun
kekuatan. Ini adalah soal serius: bagaimana staretegi
yang dibutuhkan untuk merealisir jargon itu tadi.

T: Ada banyak juga komunitas muslim dan Arab di
Amerika. Apakah mereka sudah berpikir untuk membangun
lobi yang bisa diperhitungkan? 

J: Sebenarnya sudah ada beberapa komunitas di Amerika
yang berpikir begitu, tetapi masih terlalu lemah.
Komunitas muslim di Amerika, dari segi mobilitas
vertikal dan tingkat kesejahteraan ekonominya, relatif
lebih cepat dibandingkan mereka yang ada di Eropa.
Dengan begitu, mereka mestinya lebih mapan secara
ekonomi. Hanya saja, secara politik, mereka memang
masih lemah. Saya kira, proyek membangun lobi Timur
Tengah atau Palestina dalam perpolitikan Amerika ini
memang proyek jangka panjang. Untuk itu, berhentilah
berpikir konspiratif, karena itu merefleksikan
teorinya orang yang malas, karena tidak berpijak pada
kenyataan. 

T: Kalau mau belajar dari lobi Israel, apa yang perlu
dilakukan untuk membangun lobi tandingannya? 

J: Wah, ini pertanyaan yang sangat pelik dan saya
tidak tahu bagaimana menjawabnya. Tapi yang saya tahu
dari pengalaman belajar di Amerika adalah fakta bahwa
komunitas Yahudi itu kuat, justru karena mereka tidak
seragam. Maksudnya, mereka begitu majemuk dalam segala
hal. Contohnya, baik di sayap politik konservatif
maupun liberal Amerika, banyak sekali orang Yahudi
yang hebat-hebat. Padahal, mereka saling bertentangan
dalam dua kecenderungan tersebut. Jadi Yahudi di
Amerika sendiri tidak tidak bersifat monolitik. Tapi
secara kualitas individu-individu, mereka begitu
mumpuni dalam banyak bidang. Jadi, lagi-lagi ini soal
kualitas SDM-nya. 

T: Kalau begitu, masa depan lobi tandingan Israel
sangat suram, dong? 

J: Itu soal persepsi, ya. Kalau dilihat dari sekarang,
kekuatan ekonomi kelompok Yahudi Amerika itu memang
begitu digdaya. Dan itu berdampak ke dunia politik
karena mereka bisa membiayai calon anggota Kongres
supaya terpilih dalam pemilu dan membela kepentingan
mereka. Namun, tidak tepat juga kalau dikatakan bahwa
ekonomi Amerika akan ambruk tanpa Yahudi. Tetapi kalau
dibilang kalangan Arab atau Timur Tengah miskin, tentu
tidak juga. Sebab kebutuhan Amerika terhadap minyak,
sangat bergantung pada pasokan Timur Tengah. Jadi
kalau bicara soal lobi untuk jangka panjang, saya kira
itu tidak mustahil. Banyak yang bisa dikerjakan dalam
dunia politik yang riil oleh kalangan Islam Timur
Tengah. Saya optimis, karena itu bisa dilakukan. [] 



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to