Surat Kembang Gunung Purei:




GEJALA APAKAH INI?



Dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0608/08/sh02.html , kubaca berita 
tentang "Mahasiswa Razia Warga Tionghoa"[lihat: Lampiran]. Razia terhadap warga 
Tionghoa yang dilakukan oleh para mahasiswa Makassar ini bukanlah untuk pertama 
kali dilakukan. Apa yang berlangsung pada tanggal bulan Agustus ini, hanyalah 
razia yang kesekian kalinya. Alasan razia dikatakan oleh berita Harian Sinar 
Harapan, Jakarta, adalah "kasus pemerkosaan yang dilakukan seorang warga 
keturunan terhadap pembantu rumah tangganya".

Pasti saja aku tidak membenarkan perkosaan oleh dan terhadap siapa pun. Kasus 
perkosaan tidak  bisa dikhususkan sebagai ulah keseluruhan etnik tertentu. 
Kukira yang masih mempunyai nalar dan mempunyai mata serta telinga, akan 
mengetahui soal ini dengan tanpa kesulitan, apalagi kalangan mahasiswa yang 
secara teoritis bisa dikatakan sebagai calon cendekiawan serta penanggungjawab 
esok negeri, bangsa dan negara. Kecuali orang-orang yang sekali pun mempunya 
telinga tapi tidak bisa mendengar, mempunyai mata tapi tidak bisa melihat, 
tidak buta aksara tapi tidak bisa membaca.

Jika benar, hakekat dari razia terhadap etnik Tionghoa di Makassar 
berlatarbelakangkan "kasus pemerkosaan terhadap pembantu rumahtangga", aku 
bertanya-tanya, apakah mahasiswa Makassar yang manusiawi dan heroik ini akan 
bersikap sama terhadap semua kasus pemerkosaan? Apakah para mahasiswa Makassar 
bersikap serupa terhadap perlakuan serupa atas para TKW Indonesia di Timur 
Tengah sehingga mereka berbondong-bondong turun ke jalan dan merazia 
kedubes-kedubes atau konsulat negeri-negeri terkait?   Tidak adakah 
latarbelakang lain lebih hakiki dari "kasus pemerkosaan pembantu rumah tangga" 
yang tidak diungkapkan berita sehingga "kasus pemerkosaan pembantu rumah 
tangga" pada dasarnya hanyalah suatu alasan pemicu? Jika ada, jika ya,  maka 
barangkali di sini, para wartawan ditagih ketajaman dan insting rasa ingin tahu 
guna menggapai hakekat, tidak membatasi diri sebatas gejala di permukaan 
sehingga berita yang disiarkan ke publik menjadi gamblang. Jika ya, maka, kasus 
razia oleh mahasiswa-mahasiswa Makassar ini, bisa dilihat sebagai usikan 
terhadap tanggungjawab para wartawan. Pertanyaan: apa-bagaimana menjadi 
wartawan itu. 

Melalui "Surat Kembang Gunung Purei" ini, aku ingin mendengar langsung dan 
sangat menagih pertanggunganjawab dan alasan para mahasiswa Makassar, atas 
razia mereka terhadap etnik Tionghoa, dari segi hukum, dari segi nilai 
republiken, berkeindonesiaan, kemanusiaan, dari segi filsafat, politik, sosial 
, keamanan, ekonomi dan kebudayaan serta intelektualitas. Mengapa kasus khusus 
dijadikan alasan untuk mengagresi suatu etnik secara umum. Apakah orang 
Makassar bebas dari soal pemerkosaan?

Bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan menagih tanggungjawab serta alasan di 
atas, aku pun menagih keterangan dari pemerintah daerah dan Jakarta, bagaimana 
hal liar begini mungkin terjadi di Republik Indonesia. Gejala apakah yang 
ditunjukkan oleh razia mahasiswa Makassar terhadap etnik Tionghoa di Makassar 
ini?

Aku hanya bisa mengutuk diri sendiri karena mencoba masih menjaga nurani, 
menjadi manusia yang punya perasaan dan nalar, betapa pun minimnya, serta 
"dikutuk" untuk mencintai republik dan Indonesia. Sementara agaknya atau 
barangkali Republik dan Indonesia tidak mengindahkan, mungkin juga tidak 
memerlukan  nurani, kemanusiaan dan nalar minimal serta nilai-nilai republiken 
serta berkindonesiaan dibandingkan dengan bahasa kekuatan, kekerasan dan 
kesewenang-wenangan. Salahkah pertanyaan-pertanyaan dan tagihanku?! 
Mudah-mudahan pertanyaan-pertanyaan dan tagihanku, bermula dari ketidakmampuan 
membaca gejala dan peristiwa hingga aku jadi luka sendiri dan orang-orang 
tertawa diam-diam melihat kedunguanku. Tapi barangkali juga, sebenarnya, di 
negeri ini kita sedang saling menertawai. Sementara "kekosongan", jika 
menggunakan istilah Alain Touraine  sosiolog Perancis  mengisi ruang hati dan 
kepala kita senyatanya. Yang jelas, razia yang dilakukan mahasiwa Makassar 
térhadap warga Tionghoa ini, sama sekali tidak membanggakan, sama tidak 
membanggakan dengan pembakaran hidup-hidup seorang maling yang tertangkap basah 
atau pun praktek-praktek lain sejenis yang "main hakim sendiri" dan keangkuhan 
mayoritas atas minoritas, penyingkiran warganegara sendiri oleh pemerintah. 
Beradabkah negeri dan bangsa kita jika demikian? Republik dan Indonesia kah 
ini? Ataukah kita berada di tahap "kegelapan", jika meminjam istilah 
Adonis,penyair kelahiran Syria ketika melukiskan keadaan di Timur Tengah 
sekarang. Indonesia memang "orang sakit Asia Tenggara". Razia terhadap warga 
Tionghoa di Makassar, kukira, hanyalah salahsatu ujud dari ulah "orang sakit" 
ini.

Dalam bidang sastra-seni: Apakah sastra-seni kita sehat?  

Tapi apa-bagaimana pun keadaanmu, Indonesia, aku masih mencintamu! Apalagi aku 
teringat selalu akan kata-kata Meldiwa, anakku: "Aku orang Indonesia, Pah!". 
Kata-kata anak tercintaku ini, mengingatkan aku akan kata-kata Mochtar Lubis 
alm. bahwa "Masih ada hari esok". 

Indonesia adalah nama dari rangkaian pertanyaan patut dijawab. Walau pun bisa 
jadi, dan serasa pasti,  waktu kita tak pernah padan untuk memberi jawab. Senja 
pun tiba-tiba sudah direnggut malam. Tenggelam di hulu tanpa kita sempat 
mengucapkan selamat jalan atau adieu!. Kalau kemudian, tiba-tiba di atas 
kuburku yang tanahnya masih basah, tumbuh mawar merah, barangkali , kau tahu 
artinya, o kehidupan yang garang, bahwa aku masih mencintaimu dan masih 
menyebut serta mengeja namamu di detik penghabisan.   ***

Paris, Agustus 2006.

JJ. Kusni



Lampiran:

Mahasiswa Razia Warga Tionghoa
Aktivitas Perekonomian di Kota Makassar 
Belum Pulih



Makassar-Situasi keamanan di Kota Makassar sudah kondusif setelah ada isu 
sweeping berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dengan latar 
belakang kasus pemerkosaan yang dilakukan seorang warga keturunan terhadap 
pembantu rumah tangganya. Namun, aktivitas perdagangan dan ekonomi di Jalan 
Sangir dan sekitarnya di Kota Makassar hingga Selasa (8/8) pagi ini belum 
pulih. 

Sejumlah aparat sudah ditempatkan mengantisipasi tindakan anarkis sebagai 
akibat sweeping yang dilakukan mahasiswa tersebut."Kondisi saat ini sudah aman. 
Namun bila masih dilakukan sweeping, petugas sudah dinstruksikan untuk 
melakukan penangkapan terhadap pelakunya," kata Wakil Kepala Divisi Humas Mabes 
Polri Irjen Anton Bachrul Alam kepada SH, Selasa (8/8) pagi.


Anton mengatakan polisi sudah mengamankan sejumlah objek vital yang berada di 
sekitar lokasi sweeping, termasuk gerai-gerai pruduk asing seperti Mac Donald, 
Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya


Meski demikian, aktivitas perdagangan dan ekonomi di Jalan Sangir dan 
sekitarnya hingga Selasa (8/8) pagi belum pulih. Sebagian pemilik toko memilih 
tutup menyusul terjadinya ketegangan pada Senin (7/8) petang akibat percobaan 
perkosaan yang dilakukan seorang warga negara keturunan China, pemilik toko di 
jalan itu, terhadap pembantu rumah tangganya.


Pemantauan di Jl. Sangir, Selasa pagi, arus lalu lintas di jalan itu sudah 
mulai normal, di ujung jalan masih terpasang barikade kawat berduri. Satu 
peleton personel polisi dari Polresta Pelabuhan Makassar masih berjaga-jaga di 
tempat kejadian perkara (TKP), yakni Toko Sangir Makmur milik Ch (32), yang 
dilaporkan melakukan percobaan pemerkosaan terhadap E (20), pembantu rumah 
tangganya pada Jumat (4/8) malam. 


Peristiwa itu dipergoki oleh istri Ch sendiri bernama Fatmawati yang kemudian 
melaporkan hal itu ke polisi malam itu juga. Ch kemudian melarikan diri namun 
pada hari Minggu (6/8), Ch menyerahkan diri kepada petugas Polwiltabes Makassar 
dan kini ditahan di Polwiltabes untuk kepentingan penyidikan, sedangkan korban 
E sudah dikembalikan kepada orang tuanya di Sinjai.
Setelah berita percobaan perkosaan itu tersiar, sejumlah mahasiswa melakukan 
aksi unjuk rasa ke Toko Sangir Makmur, Senin petang, dan melempari ruko 
tersebut sehingga menyebabkan kaca jendela pecah. Polisi kemudian menahan lima 
oknum mahasiswa yang dituduh melakukan tindakan anarkis pada peristiwa itu.


Ketegangan kemudian meluas karena toko-toko di sepanjang Jalan Sangir itu 
serentak tutup, bahkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah dan Universitas Islam 
Negeri (UIN) Makassar yang terletak di Jl. Sultan Alauddin menggelar demo di 
depan kampusnya dan merazia warga Tionghoa.


Namun, situasi Kota Makassar pada Selasa pagi sudah kembali pulih, termasuk di 
Jl. Sangir, meski penjagaan masih cukup ketat. Toko-toko milik warga keturunan, 
termasuk yang terletak di Jl. Sultan Alauddin yang dekat dengan kampus Unismuh 
dan UIN Makassar, tampak buka seperti biasa.
Pihak kepolisian tetap waspada karena diperkirakan, Selasa ini, aksi 
demonstrasi mahasiswa masih akan terjadi terkait peristiwa tersebut.

Sebelumnya, pada 9 Mei 2006, aksi berbau SARA seperti ini juga terjadi di Jl. 
Gunung Latimojong, Makassar, akibat seorang warga keturunan bernama WT 
menganiaya pembantunya bernama Hasniati hingga tewas. Selama hampir sepekan, 
kegiatan perekonomian di ibu kota Sulsel ini terganggu karena banyak toko tutup 
akibat kasus ini. WT sendiri kini sedang dalam proses persidangan di PN 
Makassar. 


Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin dan Kapolwiltabes Makassar Kombes Pol 
Andi Nurman Thahir telah meminta kepada warga agar menjaga keamanan Kota 
Makassar, tidak mudah terpancing dengan provokasi yang ingin merusak 
ketenteraman warga, serta memberikan kepercayaan penuh kepada pihak kepolisian 
untuk menangani kasus ini. Ch akan dijerat dengan Pasal 285 KUHP tentang 
percobaan pemerkosaan dengan ancaman hukuman penjara maksimal 12 tahun. (rafael 
sebayang/ant)

[Sumber:http://www.sinarharapan.co.id/berita/0608/08/sh02.html]






[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to