ARTI PENTING KESADARAN DALAM BERAGAMA Banyak peristiwa dan berita yang sering didengar oleh telinga kita, bahkan dilihat oleh mata kita. Mengenai permusuhan dan kebencian terhadap agama lain. Sehingga pertengkaran dan pertikaian banyak terjadi dimana-mana. Genjatan senjata pun telah menjadi makanan pokoknya, demi membela agamanya. Padahal masalahnya hanya berkutat pada sebuah ketidak cocokan antara koridor agama yang satu dengan yang lainnya. Serta adanya kesalahpahaman interviu. Kata yang satu, "agamaku adalah agama yang benar." Sedangkan yang satunya lagi mengklaim bahwa "agamakulah yang paling benar dari pada agamamu." Maka terjadilah pelecehan agama antara yang satu dengan yang lainnya. Dan masalah seperti ini, penulis kira tidak akan berujung pada perdamaian, bahkan tidak akan ada putus-putusnya. Karena semua pemeluk agama itu tidak akan pernah menerima jika agamanya dicaci maki, apalagi diklaim sebagai agama yang tidak benar. Dari sinilah, sebenarnya yang dibutuhkan pemeluk agama itu adalah KESADARAN DALAM BERAGAMA. Karena setiap agama tentunya akan memunyai pedoman (Kitab) tersendiri, dan itu merupakan hal yang terpenting dalam hidupnya. Dan bukanlah insan yang perfect jika harus menopang dan menganggap kitab dari agama lain itu salah. Karena setiap agama tentunya memiliki pedoman masing-masing. Dalam islam umpamanya, al-Quran adalah kitab yang selalu menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Ada hukum perniagaan, pertambangan. Industri dan lain sebagainya. Dan bukankah islam telah berpesan bahwa hubungan antara manusia adalah hubungan persaudaraan, bukan hubungan take and give. Persaudaraan ini menuntut hubungan yang serasi dan jalinan kasih sayang. "Kunjung-mengunjungilah, bertukar hadiahlah." Demikian sabda Nabi saw. Itulah sebabnya agama tidak melarang penerimaan maupun pemberian hadiah dari dan kepada siapa pun selama hal tersebut tidak mencemarkan aqidah. Nabi sendiri menerima hadiah dari penguasa Mesir yang beragama Kristen. Lalu, pantaskah kita menyalahkan dan meneror suri tauladhan kita sebagai Singa yang tidak mengenal belas kasihan terhadap sesamanya. Padahal dalam agama kita telah mengklaim dirinya sebagai agama " rahmatan li al amin ". Menapa kita tidak sadar akan hal tersebeut ?! Benar, menjalin hubungan kasih sayang dengan musuh adalah terlarang. Namun perlakuan adil terhadap sesama manusia adalah kewajiban, demikian al-Quran surah Al-Mumtahanah ayat 8 telah menegaskan. Bahkan, lanjutan ayat itu menyatakan : " Allah tidak melarangmu sekalian berbuat baik dan memberi sebagian dari hartamu kepada yang tidak seagama denganmu, selama mereka tidak memusuhimu dalam agama atau mengusirmu dari kampung halamanmu." (QS. 60:9) Di sinilah, sebenarnya kita diharapkan oleh islam tuk dapat bersikap bijaksana dan bisa menghormati agama lain. Bukankah dalam PPKN itu telah tercantum, sikap toleransi, tenggang rasa, dan hormat-menghormati terhadap agama lain. Dan bahkan kita dianjurkan bersikap saling menolong sesama manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sangat tepat sekali pabila Syaikh Muhammad Abduh, seorang pemikir ulung yang namanya sudah tak asing lagi dalam dunia islam, bahkan pernah menjabat sebagai syaikhul azhar, beliau berkata : "Seorang Muslim tidak dinamai Muslim sebelum ia menjadi Masihi. " Tapi kenapa kita lupa akan hal itu ?! Dalam kenyataannya, memang agama kitalah (Islam) yang benar di sisi Tuhan. Tapi pantaskah kita bersikap mencela apalagi membenci agama lain dan memusuhinya ? Dari konteks inilah Nabi saw., bersabda : "Mereka adalah saudaramu, berilah mereka makan dari apa yang kamu makan, serta pakaian seperti apa yang kamu pakai." Intinya adalah kesadaran kita terhadapat kewajiban sebagai sesama manusia dan makhluk ciptaan Tuhan YME. Bukan lantaran perbedaan agama, lalu kesadaran itu berubah menjadi kebencian dan ketidak adilan, serta hilangnya kasih sayang. Sangat menyesal sekali kiranya Tuhan menganugerahkan akal fikiran pada manusia, tetapi tidak digunakan sebagaimana mestinya. Dan juga sangat menyakitkan sekali, jika fikiran kita digunakan pada jalan yang salah. Tulis Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud dalam bukunya, " Berfikir yang benar adalah bagian dari keberagamaan yang fundamental, dan sebaliknya pemikiran yang tidak sahih alias tidak berbasis pada prinsip epistemologi islam akan berdampak ** Fasad ** terhadap kehidupan keberagamaan dan peradaban islam. " Jadi kesadaran berfikir itu sangat penting bagi siapapun orangnya, dan apapun agamanya. Karena dengan itu, akan kita temukan arti penting dari sebuah kehidupan dalam beragama dan bermasyarakat. Kedamaian dan ketentraman hidup beragama, bermasyarakat akan kita rasakan dengan sendirinya jika kesadaran itu telah tepatri dalam diri. Tergantung nanti, bagaimana kita mempersikapkannya ! Sekian Cairo, 07 July 2006 ** Fath el Wafie **
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/