On 8/23/06, aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mas Ari sendiri telah memberikan komentarnya mengenai pengalaman hidup
beliau yang kemudian menjadi salah satu prinsip hidup beliau. Sedih sekali,
bahwa seseorang yang sedari kecil dibina dengan agama tatkaa sudah besar,
ajaran agama itu ditinggalkan.

yk: Kenapa harus sedih mbak? Bukankah itu semua soal pilihan? Dan setiap
kepala memiliki standard rasionalnya sendiri? Artinya, pembobotan kita atas
bingkaibingkai cerita yang terjadi di depan mata mestinya bisa kita lihat
sebagai kewajaran.

Mungkinkah selama ini sistem pendidikan tempat kita berada itu hanya sebatas
tranfer ilmu saja bukan nilai atau membangun kesadaran berpikir. Pinter tapi
intelektual doang. yah seperti juga di IPB. Banyak lulusannya tapi
membutuhkan waktu adaptasi untuk siapa kerja atau mengaplikasikan ilmunya
dan agak minus di soft skill seperti sopan santun dan mental hidup...

yk: Masalahnya tidak spesifik IPB, Secara keseluruhan gambar dunia
pendidikan kita memang buram. Pendidikan semestinya terintegrasi, tidak
terdiri dari bingkaibingkai lepas (fractioned, punctuated). Pernah saya
katakan (lupa kapan) kalau pendidikan (anak) di Indonesia itu membingungkan
karena ketidakkonsistenan context. Di sekolah diajari kalau menyogok itu
tercela, di rumah dicontohkan menyogok polisi untuk menghindari tilang, oleh
guru mengaji diajarkan bahwa mengambil yang bukan hak itu bathil, tetapi
massmedia mengabarkan DR. KH Agil Siradj mantan menag divonis korupsi, dan
seabreg contoh lain.

Pandangan buram di atas sering mengacaukan kita dalam menentukan prioritas
untuk bertindak. Beberapa orang percaya bahwa semua harus dimulai dari diri
sendiri. Akibatnya nilai kebersamaan dinomorsekiankan. Beberapa lainnya
mengutamakan kebersamaan kelompok, ternyata hasilnya hanya kelompok
exclusive ellitis yang asing terhadap lingkungan. Beberapa lainnya lagi
mendambakan kebersamaan secara aggregate, ini juga menggantang asap karena
ketiadaan platform.

 Sistem pendidikan sekular... bahkan ilmu agama juga, betul kan?

yk: Saya masih sering bertanyatanya, apa sih pendidikan sekular itu.
Pendidikan dasar dan menengah di Belanda dan Jepang yang sedikit saya tahu
tidak mengajarkan agama, tidak juga moral. Dua aspek itu di dua negara tsb
hanya dicontohkan. Hasilnya? murid yang taat beragama tetap taat, taat pada
aturan social, dll. Hasil ini sangat berbeda dibandingkan dengan di
Indonesia.

Tahu nggak sih.. kadang jika saya lagi nyadar melihat orang lain yang banyak
kelebihan dibanding saya (entah intelektual, harta, posisi, keahlian dll).
Bhkan saya iri dengan kemampuan orang-orang di pesantren. Serta kadang
menyayangkan kemampuan mereka dalam agama tak selaras dengan ajaran agamanya
sendiri maaf.

yk: He, terang saja nggak mbak. Kalau saya sih melihat semua itu dengan
santai. (Lihat komentar paling awal di atas). Lagipula, bukankah Anda
(harus) percaya kalau setiap orang memiliki jalan hidup sendirisendiri dan
berikut dengannya juga nasib dan peruntungan sendirisendiri?

Klo yang Ngruki ini benar-benar menjadi harapan tersendiri.

Yk: Saya tidak tahu seberapa hebatnya system Ngruki. Untuk tidak terjerat
dalam myopia 'system Ngruki', mungkin perlu ada info tambahan.

Syahdan dahulu, di tahun 1950-an s/d akhir 1960-an di Irian diadakan
pendidikan berpola boarding school (sptnya Ngruki bgt juga kan?) yang
dikelola oleh gereja. Pendidikan spartaan ini menghasilkan pemimpin formal
papua dan elit masyarakat yg beberapa masih eksis sampai skrg. Dalam
perkembangannya kemudian, banyak terjadi friksi antara pemimpin formal
dengan informal. Ini adalah faultline tersendiri dalam masyarakat Papua yang
sering dimainkan untuk kebutuhan politik.

Info Papua ini saya ceritakan untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang dipahami
baik di awalnya, bisa menjadi sebaliknya dimasa datang. Artinya, claim baik
skrg bisa saja tidak valid overtime.

Beberapa diantara mereka pandai berdebat, berhujjah dengan berbagai dalil
namun sayang aplikasinya kadang maaf masih jauh dari harapan, bahkan malah
membuat umat muslim jauh dari agamanya.

Saya berpikir seandainya saja potensi itu sepenuhnya diabdikan untuk jalan
kebenaran, kejujuran, upaya membangun masyarakat pada ketaatan pada Allah
alangkah indahnya Indonesia.

Yk: Sebetulnya gambaran masa depan Indonesia seperti apa yg Anda punyai mbak
Aris?

yk


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke