Republika, Minggu, 20 Agustus 2006

Jalan Islam 

Oleh : Haedar Nashir 

Banyak jalan orang menjadi Islam. Menjadi lebih
Muslim. Meningkat lagi jadi mukmin. Amar bin Yasir
sekeluarga pada awal masuk Islam sempat tak tahan oleh
siksaan kaum Quraisy, sehingga seolah berubah akidah
dan menimbulkan gunjingan di kalangan para sahabat
kala itu. Tapi Nabi sangat memercayai dan
memakluminya. Sahabat Nabi yang satu ini akhirnya
menjadi sahabat akbar. Umar bin Khattab masuk Islam
melalui proses yang kontoversial, tetapi akhirnya
menjadi tokoh penting dalam barisan depan Islam.
Menjadi Khalifah yang ternama, populis, jujur, dan
egaliter.

Para Wali dan pendakwah generasi awal memiliki cara
sendiri dalam menyebarkan Islam di Nusantara tercinta
ini. Dengan pendekatan yang lentur dan penuh damai,
penduduk negeri ini secara mayoritas kemudian menjadi
Muslim. Tapi kisah sukses Islamisasi tersebut tak
sekali jadi. Tidak linier. Islamisasi berlangsung
secara kultural, bagai air mengalir. Menurut Benda
Islamisasi itu berlangsung dalam dinamika persambungan
sekaligus perubahan. Di Jawa prosesnya menurut Geertz
melahirkan komunitas santri dan abangan, yang kini
melakukan konvergensi. Sehingga menjadi Islam tidak
berarti melucuti diri secara total dari akar kultural
sebelumnya. Selalu hadir dialektika yang unik, kadang
penuh mozaik.

Tapi di kemudian hari memang tumbuh kerigidan. Pola
ortodoksi hadir dengan kuat hasil transmisi Islam
Timur Tengah akhir abad ke-19. Mengalir deras arus
pemurnian dalam gelombang yang cenderung keras. Islam
kemudian menjadi kaku dan mudah memvonis. Islam harus
identik dengan kesantrian dalam orientsi ortodoksi
yang serba formalis. Sedangkan dunia abangan menjadi
sesuatu yang diasingkan, seolah bukan Islam. Kendati
kata Nakamura ada sisi lain, melahirkan sosok
kesalehan khas orang Jawa. Atau menampilkan format
lain, dalam sosok Kyai Dahlan yang mujadid (reformis),
berorientasi amal-kemajuan, dan menampilkan warna
kesalehan sufistik (ihsan).

Karena pola ortodoksi yang kuat, tabligh pun lantas
kehilangan kearifan. Kehilangan hikmah. Kurang
sentuhan edukasi. Kering dialog yang cerdas. Kurang
pemahaman tentang proses menjadi Islam. Menjadi
Muslim. Menjadi mukmin. Menjadi muhsin. Tabligh hanya
mengenal satu jalan, serba memvonis. Sangat sensitif
terhadap perbedaan. Mengasingkan keberislaman orang
lain yang dianggap kurang Islami. Atas nama tabligh,
dengan mudah memandang orang tak sepaham sebagai
sesat, tidak Islami. Tabligh berarti kaku, serba
keras. Menjadi penafsir tunggal dan otoritatif. 

Padahal Tabligh sejatinya menyampaikan risalah Islam
"bi al-hikmah, wa al-mauidhƒt al-hasanat, wa jadil-hum
bi al-lati hiya ahsan (QS. An-Nahl: 125). Arus-utama
tabligh ialah "mencegah kemunkaran dengan
kekuasaan/tangan, lisan, dan hati" yang mendahulukan
kekuatan karena hati adalah selemah-lemah iman. Atau
memakai pandangan yang populer, "sampaikan kebenaran
walaupun pahit", qul al-haqq wa law kana murran.
Tabligh pun serba pahit seperti pil kina. Katanya,
obat memang harus pahit. Menjadi Muslim dan juru
dakwah pun lantas menjadi sulit untuk tersenyum.
Menebar sukma kasih sayang.

Atasa nama tabligh, di antara kita sering dengan mudah
memandang orang lain sesat paham dan tidak Islami.
Menganggap bengkok dalam ber-Islam. Lalu perlu
diluruskan. Lahirlah pandangan Islam jalan lurus.
Tabligh dalam praktik lebih mengedepankan tandhir
sambil mengabaikan tabsyir. Akibatnya Islam yang
ditampilkan dalam tabligh menjadi kehilangan hikmah.
Telunjuk dengan mudah melihat orang lain serba salah,
diri sendiri paling benar. Kadang kehilangan muhasabah
diri, apakah kita telah benar-benar Islami lahir dan
batin, lisan dan tindakan. Islam yang menjadi teladan.

Maka sungguh tak mudah menampilkan risalah Islam yang
lentur, damai, dan berproses kultural. Islam warna
kasih sayang, Islam rahmat bagi semesta alam. Islam
yang hikmah, Islam yang maudhitaltul hasanah. Islam
yang dialogis. Islam yang penuh tasamuh, toleran.
Islam yang menampilkan suasana tuma'ninah. Islam
tawashut, jalan tengah. Islam yang lemah-lembut. Islam
moderat, tanpa harus kehilangan pondasi keyakinan
Islami. 

Kenapa tak mudah? Karena Islam rahmat pun akan
didekonstruksi oleh pandangan lain yang kontras. Bahwa
Islam mewajibkan umatnya untuk taat dan yakin total
tentang kebenaran agamanya, tanpa kompromi. Bahwa
toleransi dan damai ada batasnya. Bahwa umat Islam pun
harus membela diri, tidak boleh berdiam diri dan
menyerah. Bahwa pada kenyataannya, banyak musuh-musuh
Islam. Islam damai dianggap tak mampu menghadang dunia
serba keras terhadap Islam. Islam moderat pun dianggap
mandul dan tak memberikan solusi. Tandingannya ialah
Islam yang formalis dan keras, karena dari model
seperti itulah Islam dan umat menemukan eksistensi
dirinya. Itulah Islam yang tak "tercemar", Islam
"murni".

Di sinilah dilema teologis Islam damai. Islam rahmat.
Islam kultural. Pada akhirnya harus memiliki teologi
yang kokoh, yang akan berhadapan dengan perspektif
teologi yang lain, yang menampilkan Islam yang "haqq",
Islam yang "murni", dan Islam "ideologis". Sekali
bandul risalah Islam damai diayunkan, maka ayunan itu
akan berputar-putar di lahan umat Islam sendiri yang
beragam-macam pandangan-pandangan keislamannya. Pada
titik inilah risalah Islam damai dan Islam rahmat
tidak akan mampu menembus dinding dan tembok teologis
Islam yang mengeras. Lebih-lebih ketika
ideologi-politik Islam ikut masuk di dalamnya, maka
Islam kian mengeras. Kehilangan daya lentur. Jalan
Islam yang mengeras selalu punya dalih teologis hingga
sosiologis. 

Bahkan seolah menjadi solusi tunggal dari
hingar-bingar liberalisme-sekulerisme yang naif dan
dicemaskan. Dari politik global yang memusuhi Islam
hingga beragam paham yang dipandang sesat. Lalu Islam
yang mengeras tampil ke permukaan. Para tokoh atau
aktivisnya pun menjadi idola baru, sebagai penjaga
Islam garis lurus. Pemilik ghirah Islam garda depan.
Penjaga Islam murni, Islam ideal. Lebih-lebih ketika
kaum liberal-sekuler pun menampilkan radikalisme atau
sikap fundamentalis yang tak kalah garangnya. Islam
jalan "lurus" jadi pilihan.

Di sinilah dilema Islam damai. Islam moderat.
Bagaimana Islam damai dan moderat hadir di tengah
ketidakadilan dunia yang serba mengancam dan
memporakporandakan tatanah kehidupan, termasuk yang
menimpa umat Islam sedunia. Islam damai bahkan
didekonstruksi karena ketakberdayaannya melawan
kekerasan terhadap umat Islam. Islam moderat pun
dipandang kehilangan karakter Islamnya yang murni.
Begitulah logika teologis dan sosiologis yang
memperlemah peran Islam damai, Islam rahmat, Islam
moderat.

Di tengah perbenturan dunia kehidupan yang serba
ekstrem itulah, tak mengherankan jika sementara aktor
Islam pun harus menyerah terhadap keadaan yang serba
dilematik. Setidak-tidaknya mencari cara yang lebih
aman. Kadang menampilkan sisi lain, yakni berayun-ayun
di banyak medan gerakan. Tentu ada nilai plusnya,
untuk merawat keseimbangan. Tapi jika tanpa
pencerahan, yang tinggal adalah pengawetan ortodoksi.
Kekakuan tetap tak pernah beranjak dari tempatnya.
Bahkan telah menjadi "true believers", yang bersikukuh
menempuh jalan yang cenderung mengeras dalam klaim
Islam jalan lurus.

Kita tak tahu persis corak jalan Islam yang dapat
memberi harapan baru di masa depan. Akan seperti
apakah wajah dan tampilan Islam di negeri tercinta
ini. Alih-alih sambil menanti pergumulan yang tengah
berlangsung, tak ada salahnya menengok pula dunia umat
di akar bawah, juga di sebagian lingkungan elite dan
aktivis. Benarkah kita sungguh-sungguh telah menjadi
otentik dalam ber-Islam? Jawabannya harus faktual,
bukan idealisasi. 

Sementara di dunia nyata beragam masalah masih terus
melilit umat ini. Dari perkara-perkara politik yang
sarat dilema hingga ke masalah sosial-ekonomi yang
terus mengalami marjinalisasi. Keduanya tak kalah
krusial menyelimuti tubuh umat Islam saat ini.
Padahal, kemarjinalan yang terawetkan, dengan mudah
dapat menjadi katalisator bagi tampilan Islam yang
serba mengeras. Lalu, --jangan sampai-- jalan Islam ke
depan akhirnya bergerak ke ranah terjal di Republik
ini.[]


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke