http://www.indomedia.com/bpost/082006/30/opini/opini3.htm
Dunia Pendidikan Di 61 Tahun Indonesia Merdeka Oleh : Alfian R Kabis Eksternal Badko HMI Kalselteng Perlu kesadaran kolektif bagi seluruh komponen pendidikan termasuk di dalamnya segala lapisan masyarakat, agar tujuan dunia pendidikan bukan lagi sebagai ajang coba-coba. Sejarah biasa ditafsirkan sebagai potret peristiwa masa lalu yang dapat diambil pelajaran. Maka, tidak heran jika hampir dari seluruh manusia becermin dari sejarah yang dialaminya ketika bangsa ini mengukuhkan dirinya sebagai bangsa yang merdeka 61 tahun silam dengan dibacakannya teks proklamasi oleh 'sang singa podium' waktu itu, hingga membangkitkan adrenaline ribuan anak bangsa yang jenuh dan bosan pada semua yang berkaitan dengan penjajah. Senandung proklamasi tersebut disambut gembira, bagaikan kokok ayam jantan menyambut pagi nan cerah dan penuh harapan. Hari demi hari berjalan, minggu demi minggu berlalu, tahun demi tahun terlewati. Sampai saatnya semangat kemerdekaan itu hanya serentak dikumandangkan satu tahun sekali, ketika perjuangan tidak lagi diartikan mengangkat sebatang senjata tapi lebih pada mengangkat sebatang pena. Di sisi lain, perlu dievaluasi alangkah merasa berdosanya kita yang telah mempercayakan ujung tombak bangsa ini kepada manusia yang mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk kepentingan pribadi, keluarga dan konco-konconya. Tatkala, bangsa ini asyik mengasah mata pena mereka di sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang diharapkan bisa mempertahankan dan memperkuat kedaulatan bangsa di masa mendatang. Sekolah atau apa pun istilahnya, tempat putra-putri harapan bangsa mengasah mata penanya dan menghiasi diri mereka dengan kepribadian. Melalui, tahapan birokrasi atau prosedur teknis dan nonteknis hingga nanti dianggap mampu berpartisipasi aktif dalam tata dan aturan main masyarakat modern serta berpendidikan baik di tingkat individu, nasional bahkan internasional. Agar yang kita harapkan dapat tercapai, maka perlu kesadaran kolektif bagi seluruh komponen pendidikan termasuk semua lapisan masyarakat agar tujuan dunia pendidikan bukan lagi sebagai ajang coba-coba (kurikulum yang berubah-ubah), unjuk gigi demi kepentingan mikro bukan makro,bahkan sebagai lahan empuk bagi pakar yang notebane adalah hungang dengan berdalih pada proyek peningkatan dan pengembangan pendidikan. Tak heran, proyek pendidikan dijadikan ajang main-main. Maka, perubahan kultural pada sistem dan standarisasi kemampuan pendidikan sebagai tolak ukur keberhasilan atau semua yang berkaitan dengan perubahan, cenderung lebih diminati. Karena, anggaran yang akan diperoleh pasti sangat banyak, padahal omong kosong belaka. Timbul pertanyaan, apakah semua yang telah terjadi ini peningkatan kualitas atau pembodohan massal? Kalau kemarin kita ramai-ramai membahas sampai menolak terbitnya salah satu majalah luar negeri yang berlogo kepala kelinci, tapi justru tanpa sadar ternyata semua peserta didik di negara ini malah menjadi 'kelinci saikungan' karena tujuan inovatif yang kita harapkan tak lebih dari seumur jagung. Hal ini membuktikan, masa depan bangsa ini tidak lagi terlalu serius dipermasalahkan. Sudah menjadi top secret di masyarakat, secara teknis pelaksanaan pendidikan khususnya di daerah tertentu terdapat banyak sekali kekurangan. Karena, dunia pendidikan sangat tergantung situasi dan kondisi politis pusat yang lebih mengutamakan banyak kepentingan, sehingga konsep pendidikan jelas kelihatan simpang siur. Kalau memang negara yang kaya ini bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka timbul sebuah pertanyaan yang tak perlu dijawab sekarang. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Kenapa, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan diubah dengan berbagai alasan yang salah satunya adalah keterbasan biaya? Atau, karena kebobrokan pemimpin bangsa yang mempercayakan dunia pendidikan kepada intelektual kadondong sehingga tidak mampu memikirkan hal yang demikian. e-mail: [EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/