Kriteria kemiskinan BPS rendah amat: Orang miskin pendapatannya: Rp 152.847/kapita/bulan. Artinya cukup buat makan saja. Tidur hanya beralaskan langit, sebab untuk kontrak saja minimal rp 150 ribu/bulan.
Tidak sekolah atau minimal tidak beli buku atau seragam. Tidak beli baju atau sepatu karena sepatu paling murah rp 20.000. Yang kerja 1 jam per minggu sudah bukan penganggur lagi. Padahal jam kerja dalam 1 hari saja minimal 8 jam. Akibatnya bangsa Indonesia berdasarkan kriteria itu banyak yang kaya dan banyak yang bekerja. Benar-benar suatu tipuan yang halus...:) --- irwank <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Revrisond gak takut meninggal terkena serangan > jantung seperti > Alm. Riswanda Imawan, Alm. Baharuddin Lopa & Alm. > Agus WK? > > http://www.antara.co.id/seenws/?id=39429 > http://www.google.co.id/search?hs=IT5&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&q=riswanda+meninggal+dunia&btnG=Cari&meta= > > http://www.tempo.co.id/harian/fokus/70/2,1,11,id.html > http://www.google.co.id/search?q=agus+wk+meninggal&start=0&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official > > http://www.suaramerdeka.com/harian/0107/08/nas6.htm > http://www.google.co.id/search?q=baharuddin+lopa+meninggal&start=0&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official > > Atau bahkan diracun seperti Alm. Munir? Koq > nyindir"/nyerang" terus ya? :-p > CMIIW.. > > Wassalam, > > Irwan.K > > ~upps.. gw sendiri nyindir/nyerang juga gak ya? > > On 9/4/06, Ananto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Kata sebagian orang: "Berfantasi memang nikmat... > " > > > > On 9/4/06, Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > REPUBLIKA > > > Senin, 04 September 2006 > > > > > > > > > Kemiskinan Fantasi > > > > > > Oleh : Revrisond Baswir > > > > > > > > > Kontroversi angka kemiskinan dan pengangguran > yang muncul belakangan ini > > > tidak dapat disederhanakan sebagai persoalan > ketidaktersediaan atau > > > ketidakakuratan data. Secara mendasar, > kontroversi tersebut berkaitan > > dengan > > > dua persoalan berikut. > > > > > > Pertama, sehubungan dengan naskah pidato > kenegaraan Presiden, jika > > > dicermati pilihan data yang ditampilkan, > terjadinya rekayasa sistemik > > dalam > > > penulisan naskah pidato sulit dihindarkan. > Secara kronologis, corak isi > > > pidato ditetapkan terlebih dulu, setelah itu > baru dipilih angka yang > > sesuai. > > > Indikasinya dapat ditelusuri dengan mencermati > pilihan tahun angka > > > kemiskinan dan pengangguran yang ditampilkan. > > > > > > Sehubungan dengan angka kemiskinan, misalnya, > tahun yang dipilih untuk > > > dibandingkan dengan kondisi Februari 2005 adalah > 1999. Ini bukan tanpa > > > alasan. Sebagaimana diketahui, tahun 1999 > kemiskinan tercatat sebesar > > 23,5 > > > persen. Dua tahun berikutnya turun menjadi 19,1 > persen dan 18,4 persen. > > > Artinya, jatuhnya pilihan untuk menampilkan > angka kemiskinan 1999 > > > dimaksudkan untuk menampilkan efek dramatis > dalam panurunan angka > > kemiskinan > > > di Indonesia. > > > > > > Hal sebaliknya terjadi dalam menampilkan angka > pengangguran. Untuk > > periode > > > 1999 sampai dengan Februari 2005, jumlah > pengangguran meningkat dari 6,4 > > > persen menjadi 9,9 persen. Angka-angka ini jelas > tidak sesuai dengan > > corak > > > isi pidato yang direncanakan. Agar sesuai dengan > corak isi pidato, maka > > > pilihan dijatuhkan pada angka pengangguran > November 2005 dan Februari > > 2006. > > > Pada November 2005 pengangguran tercatat sebesar > 11,2 persen. Sedang > > pada > > > Februari 2006 turun menjadi 10,4 persen. > > > > > > Sebagaimana digugat oleh Tim Indonesia Bangkit, > keputusan untuk > > > menampilkan angka kemiskinan 1999-Februari 2005 > secara politis tidak > > dapat > > > dibenarkan. Kabinet Indonesia Bersatu secara > resmi baru mulai bekerja > > sejak > > > Oktober 2004. Sebaliknya, jika angka > pengangguran yang ditampilkan > > meliputi > > > periode Februari 2005-Februari 2006, > pengangguran justru naik ari 9,9 > > persen > > > menjadi 10,4 persen. > > > > > > Kedua, sehubungan data kemiskinan dan > pengangguran yang dilansir Badan > > > Pusat Statistik (BPS), jika dicermati > metodologinya, terjadinya rekayasa > > > sistemik dalam melakukan pendataan sulit pula > dihindarkan. Ini tidak > > hanya > > > berkaitan dengan proses pengumpulan dan cara > pengolahannya yang sering > > > berubah, tetapi juga sehubungan dengan > definisinya. > > > > > > Sehubungan dengan angka kemiskinan, misalnya, > BPS secara tegas membatasi > > > diri dengan mendefinisikan kemiskinan sebagai > ketidakmampuan dalam > > memenuhi > > > kebutuhan dasar minimal. Pada tingkat > pengukuran, definisi itu > > diterjemahkan > > > menjadi dua indikator, yaitu nilai rupiah untuk > memenuhi kebutuhan > > enerji > > > minimal sebesar 2.100 kalori/kapita/hari, dan > nilai rata-rata (dalam > > > rupiah) dari 47 hingga 51 komoditi dasar non > makanan. > > > > > > Muaranya, berdasarkan hasil survei terhadap > 10.000 rumah tangga miskin > > > yang dilakukan pada Februari 2005, garis > kemiskinan per Februari 2005 > > hanya > > > berjumlah sebesar rata-rata Rp > 129.108/kapita/bulan. Sedangkan proyeksi > > > untuk Maret 2006 hanya berjumlah sebesar > rata-rata Rp 152.847 > > /kapita/bulan. > > > Dengan garis kemiskinan yang sangat minim > tersebut, mudah dimengerti > > bila > > > jumlah penduduk miskin di Indonesia cenderung > sangat rendah. Masalahnya, > > > jika garis kemiskinan dinaikkan sedikit, jumlah > penduduk miskin langsung > > > membengkak. Sebagai perbandingan, jika diukur > berdasarkan garis > > kemiskinan > > > sebesar Rp 18.000/kapita/hari atau setara Rp > 540.000/kapita/bulan, > > jumlah > > > penduduk miskin langsung membengkak mendekati 60 > persen. > > > > > > Hal serupa terjadi pula sehubungan dengan data > pengangguran. Sebagaimana > > > diketahui, angka pengangguran BPS didasarkan > pada definisi bekerja yang > > > dibatasi selama sekurang-kurangnya satu jam > dalam seminggu yang lalu. > > > Artinya, jika pada saat pencacahan seseorang > mengaku melakukan pekerjaan > > > sekurang-kurangnya satu jam dalam satu minggu > sebelumnya, ia tidak akan > > > dicatat sebagai penganggur. > > > > > > Akibatnya, jika definisi bekerja dinaikkan > menjadi beberapa jam, angka > > > pengangguran langsung membengkak. Tahun 2002, > misalnya, jumlah > > pengangguran > > > terbuka hanya 9,1 persen. Namun, jika definisi > menganggur digeser > > menjadi > > > bekerja kurang dari 15 jam dalam seminggu yang > lalu, angka pengangguran > > > bertambah sebesar 7,2 persen menjadi 16,3 > persen. Bahkan, jika definisi > > > menganggur dinaikkan menjadi bekerja kurang dari > 25 jam, angka > > pengangguran > > > membengkak menjadi 27,5 persen. > > > > > > Sebab itu, dalam wacana pengangguran di > Indonesia, dikenal dua kategori > > > pengangguran, yaitu pengangguran terbuka bagi > mereka yang bekerja kurang > > > dari satu jam dalam seminggu yang lalu, dan > pengangguran terselubung > > atau > > > setengah penganggur bagi mereka yang bekerja > kurang dari 35 jam dalam > > > seminggu yang lalu. Tahun 2002, secara > keseluruhan pengangguran tercatat > > > sebebsar 34,3 persen. > > > > > > Mencermati kedua persoalan tersebut, dapat > disaksikan bahwa masalah > > > mendasar yang dihadapi ketika berbicara mengenai > data kemiskinan dan > > > pengangguran di Indonesia tidak hanya terbatas > pada soal ketersediaan, > > > keakuratan, atau pada cara menampilkannya. > Tetapi berkait erat dengan > > > kuatnya kecenderungan untuk mengingkari realitas > dan mengedepankan > > fantasi > > > dalam melakukan pengukuran. > > > > > > Dengan latar belakang seperti itu, munculnya > kemiskinan dan pengangguran > > > fantasi dalam Pidato Kenegaraan Presiden pada 16 > Agustus lalu, harus > > > dipahami sekedar sebagai babak lanjutan dari > kecenderungan untuk > > berfantasi > > > ria tersebut. Selamat berfantasi. > > > [Non-text portions of this message have been > removed] > > === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://www.media-islam.or.id __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/