http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=246498


Rabu, 13 Sept 2006,



Berpikir Rasional di Ranah Publik


Oleh Djohansjah Marzoeki 



Berpikir rasional adalah berpikir menggunakan data yang ada untuk mencari 
kebenaran faktual, kegunaan, dan derajat kepentingannya. Berpikir rasional 
melakukan analisis yang logik dan relevan dengan suatu barang bukti yang riil, 
bukan rekayasa atau fantasi, serta adanya alat ukur yang disepakati atau 
universal.

Lawan berpikir rasional adalah berpikir emosional. Di sini tidak perlu ada 
fakta, atau pembuktian. Cukup dugaan, simbol, atau rekayasa atau fantasi yang 
keluar dari rasa senang tidak senang, suka tidak suka, benci, sayang, 
penghormatan, respek, persahabatan, dan kekeluargaan.

Apakah berpikir emosional itu salah atau tidak baik? Masing-masing punya 
manfaat dan tempatnya yang sesuai.

Berpikir rasional dipakai bila kita ingin maju, ingin mempelajari ilmu, dan 
bersaing untuk maju. Juga amat perlu bila kita bekerja untuk kepentingan orang 
banyak, dengan bermacam-macam pola pikir dan kepercayaan, karena kita bakal 
punya alasan objektif yang bisa ditunjukkan kepada orang banyak (transparansi), 
bisa diperdebatkan (argumentasi yang logik dan relevan), serta bisa 
dibandingkan karena punya alat ukur. Hal-hal yang emosional tidaklah demikian.

Berpikir emosional berguna untuk mendapatkan kesenangan, kebahagiaan, dan 
kepuasan pribadi, dan didasari selera. Tolok ukur selera berbeda pada setiap 
orang, yaitu tingkat senang dan tidak senangnya seseorang, artinya tidak 
universal. Berpikir emosional menjadi dasar ikatan-ikatan emosional dan 
tindakan-tindakan emosional.

Jadi, untuk kesenangan dan kepentingan pribadi atau kelompok yang punya 
kepentingan sama, bisa memakai cara berpikir emosional. Tetapi, dalam 
masyarakat yang berbaur, yang bineka, kita harus berpikir rasional.

Di negara Indonesia yang bhinneka tunggal ika, demi menghargai setiap orang 
atau kelompok orang, yang bineka, kita harus menerima cara berpikir emosional 
dalam wadah personal. Tetapi, kita pun harus menjunjung tinggi kepentingan 
bersama, yang eka, kepentingan seluruh macam orang di negara ini, dengan 
berpikir rasional dalam wadah publik. Tidak tercampur.

Jadi, kalau dilihat dari setiap orang, dia bisa memakai kedua cara berpikir 
itu. Berpikir emosional bisa untuk diri sendiri atau kelompoknya sendiri 
(personal domain), sedangkan yang rasional dia harus dalam posisi sebagai 
anggota masyarakat yang bineka dalam public domain. Tentu dia pun bisa memakai 
cara berpikir rasional ini untuk diri sendiri atau kelompoknya bila ingin maju.

Berpikir emosional: untuk diri sendiri dalam personal domain, untuk kelompok 
sendiri dalam personal domain, dan tidak untuk publik yang bineka dalam public 
domain.

Adapun berpikir rasional ialah untuk orang banyak yang bineka atau untuk ilmu, 
dalam public domain, dan untuk diri sendiri dan kelompok dalam personal domain. 

Dengan mengenal kedua cara berpikir dan kedua ranah ini, kita akan bisa 
menempatkan diri cara berpikir mana yang cocok untuk urusan pribadi dan mana 
yang cocok untuk urusan publik.

Ketertiban Masyarakat

Menjadi sangat penting untuk menjaga ketertiban masyarakat agar tidak jatuh 
dalam anarki, korupsi, nepotisme, dan terorisme. Anarki dan terorisme hanya 
terjadi bila kepentingan pribadi atau kelompok pribadi dipaksakan bagi kelompok 
lain atau masuk dalam domain publik. 

Sedangkan korupsi dan nepotisme terjadi bila mereka memakai fasilitas publik 
atau fasilitas negara, untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Kepentingan dalam publik haruslah kepentingan orang banyak. Artinya, setiap 
anggota masyarakat, lintas golongan, dalam domain publik itu membutuhkannya. 
Kalau ada satu kelompok saja dalam domain publik yang tidak membutuhkannya, 
masalah itu tidak bisa disebut masalah publik. Itu merupakan masalah pribadi 
atau personal. 

Produk negara serta cara-cara negara, seperti pemilihan umum, adanya partai 
politik serta UU seharusnya adalah hal-hal yang melulu kepentingan publik, 
kepentingan seluruh lapisan masyarakat yang bhinneka tunggal ika.

Tetapi, karena pengertian personal matter, public matter, dan personal domain 
serta public domain belumlah kuat, belum membudaya, banyak hal yang sifatnya 
personal sampai saat ini masih berkecimpung dalam public domain, atau ada yang 
mengupayakan masuk dalam public domain.

Reformasi yang digebrak 1998 mempunyai slogan hapuskan KKN. Korupsi, kolusi, 
dan nepotisme adalah gambaran betapa hebatnya masalah personal matter masuk 
dalam public domain. Masalah personal para pejabat masuk dalam negara, jadi 
urusan negara. 

Tetapi, saat itu tokoh reformasi, pimpinan politik, dan negara belum mampu 
menerjemahkan reformasi sampai ke akarnya dan tujuan yang ingin dicapai, yaitu 
menghindari tercampurnya masalah personal masuk public domain. 

Sampai saat ini belum ada suatu produk hukum yang keluar, yang mengatur secara 
umum untuk melarang personal matter masuk dalam public domain. Maka tujuan 
reformasi itu macet. KKN masih berjalan terus. Reformasi bukanlah kebablasan. 
Kalau kebablasan, artinya kita pernah sampai dan keluar menembusnya. Kita belum 
pernah sampai goal yang sesungguhnya.

Jadi, buah reformasi 1998 hanya bisa terwujud bila kita mau mengerti dan 
memisahkan antara masalah personal dan publik, serta tempat = ranah = domain 
personal dan publik. Keduanya, masalah dan tempat itu harus terpisah dan tidak 
tercampur. Masalah personal di personal domain dan public domain hanya berisi 
masalah publik.

Demokrasi berkecimpung dalam domain publik mengatur kekuasaan bagi publik. Dan 
hak asasi manusia mengatur hak-hak personal dalam personal domain. Keduanya 
mempunyai tempat yang terhormat dalam suatu negara dan saling dihargai.

Begitu pula bhinneka tunggal ika, kebinekaan berada dalam personal domain dan 
eka dalam public domain.


Prof Djohansjah Marzoeki, guru besar (LB) Unair.



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke