RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Ooohhh . . . ! Indonesia, - negeri kayaraya, gemah ripah loh jinawi . . .
Merdeka, Bung !
Sekali merdeka, tetap . . . SENGSARA !

"... sangat sukar masuk di akal bahwa manusia bekerja
sedemikian rupa,  ... hanya untuk mendapatkan 0,85 $ sehari !"





"... mereka keluar dari kampunghalaman,
menggantungkan impian akan nasib yang lebih baik"

RedTOLERANSI*RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR

*Perputaran Uang Rp 100 Juta per Hari
Jerit Tangis dari Tumpukan Sampah*
Oleh
*Jonder Sihotang

*BEKASIĀ–Suami-istri, Hendra dan Ny Iyas bersama empat anaknya, termasuk di
antara sekitar 5.000 pemulung yang menggantungkan hidup di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi. Keluarga asal Kecamatan
Tanjungpura, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, ini sudah tiga tahun menapaki
hidup sebagai pemulung.
Keluarga ini beruntung karena selamat dari musibah longsor timbunan sampah
setinggi 30 meter di zona tiga TPA sampah Bantar Gebang, Sabtu (8/9) dini
hari.
"Alhamdulillah, tak seorang pun dari kami yang jadi korban, padahal saat itu
saya sudah pakai sepatu bot mau berangkat mengais sampah," tutur Ny Iyas,
ibu beranak lima.
Kepada SH, Ny Iyas menuturkan musibah longsor sampah di TPA Bantar Gebang
yang menewaskan tiga pemulung, rekannya itu. "Tepat pukul 24.00 WIB tengah
malam, saya baru selesai makan. Saat itu setelah mengenakan sepatu karet
warna hitam panjang (bot), saya siap berangkat mencari rezeki di tengah
tumpukan sampah zona tiga TPA yang berlokasi di Kelurahan Ciketingudik
Bantar Gebang itu," ungkapnya.
Dia pun membangunkan suaminya Hendra yang sedang tidur bersama empat
anaknya, Indra, Andri, Didik, dan Ila. Anak pertama mereka sudah berkeluarga
dan kebetulan sudah pulang ke Karawang.
"Suami saya menyuruh mencuci muka dan mengganti dengan pakaian kerja,"
katanya. Hendra dan istrinya berikut empat anak tinggal di gubuk reot di
sekitar TPA sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi.
Beberapa saat ketika Ny Iyas ingin berangkat, tiba-tiba saja peristiwa yang
menggemparkan itu terjadi. Gunung sampah setinggi 30 meter, tiba-tiba
longsor. Ketika itu, puluhan pemulung tengah sibuk mengais tumpukan sampah
mencari sisa-sisa barang bekas yang laku dijual.
Mendengar kejadian itu, Hendra bersama istrinya segera mempercepat langkah
dan langsung menuju tempat kejadian yang berjarak hanya 150 meter dari gubuk
reot tempat mereka tinggal.
Jerit tangis pun lantas merobek keheningan malam itu tepat ketika gerhana
bulan tengah berlangsung.

Puluhan pemulung berhamburan dari tumpukan sampah. Mereka berlari dari
ketinggian untuk menghindari dari longsor sampah.
Talib, kakak Sanip (34), korban ketiga yang ditemukan dari tumpukan sampah
juga ikut nimbrung bercerita. Talib, asal Indramayu, Jawa Barat, itu mengaku
saat kejadian itu dirinya tengah mengais sampah. Dia pun langsung ambil
langkah seribu menghindari longsoran sampah berikutnya.
Talib selamat, tapi adiknya Sanip, tertimbun tumpukan sampah sampah bagian
atas yang ikut longsor. Tubuh Sanip terlempar ke saluran air. Ayah dua anak
itu pun tewas dan mayatnya ditemukan Jumat (8/9) pukul 11.00 WIB terkubur di
saluran air.
Seorang saksi mata menyebutkan, seorang ibu pemilik warung bernama Ny Warsih
diduga masih tertimbun sampah. Hingga Jumat (8/9) malam, jenazahnya belum
ditemukan.

Ladang Cari Nafkah
Keberadaan TPA sampah Bantar Gebang seluas 108 hektare milik Pemerintah
Daerah (Pemda) Jakarta di tiga kelurahan Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi
telah berfungsi sejak 1985 dan menjadi ladang mencari nafkah bagi ribuan
pemulung sampah. Sebagian besar pemulung berasal dari Indramayu, Cirebon,
Karawang, Subang. Dari Bekasi pun, banyak yang mencari nafkah di tengah
tumpukan sampah itu.
Menurut Ny Iyas dan suaminya Hendra, sehari-hari mereka harus bergelut di
tengah tumpukan sampah mencari barang-barang bekas yang masih mempunyai
nilai ekonomis. Tak peduli malam atau siang, bagi pemulung asal kondisinya
kuat selama 24 jam, dapat mencari nafkah ditumpukan sampah.
Rata-rata, tambah Ny Iyas, seorang pemulung dapat meraup penghasilan Rp
25.000 per hari. Dia mengaku keluarganya setiap hari dapat mengais Rp
150.000 dari hasil memulung sampah.
Itu karena keempat anaknya juga ikut membantu. Biasanya, barang bekas yang
menjadi incaran ribuan pemulung adalah plastik kresek. Barang bekas itu laku
dijual kepada bos pengumpul seharga Rp 500 per kilogram. Kemudian, kaleng
bekas seperti kaleng susu dan lainnya dijual Rp 200 per kilogram, termasuk
botol bekas, beling dan kertas bekas juga laku dijual Rp 200 tiap kilogram.
Di TPA sampah Bantar Gebang terdapat ratusan kelompok pemulung yang mengais
untuk memperpanjang hidup. Setiap pemulung memiliki seorang bos. Sang bos
inilah yang menyiapkan gubuk bagi pemulungnya, termasuk memberikan bon
makan.
Biasanya, tiap 20 hari, para pemulung baru menjual hasil kerjanya kepada
bos. Kemudian, uang hasil penjualan dipotong biaya makan selama 20 hari
pula. Tapi yang jelas, ungkap Ny Iyas, dalam hitungannya, sehari seorang
pemulung dapat mengantongi uang Rp 20.000 setelah dipotong biaya makan.
Jika di TPA sampah Bantar Gebang terdapat 5.000 pemulung dan dikalikan
penghasilan sebesar Rp 20.000, sekitar Rp 100 juta per hari perputaran uang
pemulung di TPA itu. Hitungan itu baru di tingkat pemulung saja. Lain lagi
untuk tingkat bos pemulung. (*)
*http://sinarharapan.co.id/berita/0609/09/sh04.html
*--
****************************************************
"Ada dua hal yang tidak terbatas, yaitu: Alam Semesta ini dan Kebodohan
Manusia;
namun mengenai Alam Semesta tersebut masih saya ragukan . . ." (Albert
Einstein)
****************************************************


[Non-text portions of this message have been removed]





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to