Pengantar: Akhir pekan ini saya diminta berbicara dalam acara bedah
buku "Sepotong Surga di Andalusia" (Mizan, 2006) di Departemen Agama.
Buku itu hasil terjemahan karya Maria Rosa Menocal, sejarawan Yale
University, berjudul asli "The Ornament of The World: How Muslims,
Jews and Christians Created a Culture of Tolerance in Medieval Spain".
Di bawah ini makalah pendek saya. (FG)

---

Buku Maria Rosa Menocal ini, yang berjudul asli "The Ornament of The
World", bagi sebagian kita mungkin akan merupakan hiburan penting di
tengah pesimisme. Di tengah konflik panjang, melelahkan, seringkali
brutal dan berdarah, serta seakan tak terjembatani di era kontemporer
antara tiga agama monoteis—Islam, Kristen dan Yahudi—yang sebenarnya
memiliki akar sama.

Perang Salib berabad-abad telah diikuti konflik Muslim/Arab versus
Yahudi/Israel yang mengharubiru kita hampir sepanjang tiga perempat
abad terakhir. Holocaust, pembantaian Yahudi oleh Kristen Eropa, serta
kolonialisme Kristen Eropa terhadap sebagaian besar negeri Muslim,
juga belum jauh dari ingatan kita. 

Ingatan buruk itu diperkental dan dipertajam oleh perkembangan
mutakhir beberapa tahun belakangan ini dalam konflik yang digaungkan
oleh Samuel Huntington lewat "The Clash of Civilisations": konflik
Islam dan Barat. Meski Barat tidak lagi didefinisikan sebagai entitas
agama (Kristen), melainkan sekular, warna agama tak bisa sepenuhnya
hilang.

Presiden Amerika Serikat George W. Bush, yang memiliki dukungan kuat
dari kalangan Protestan Amerika, menjustifikasi Perang Irak, Perang
Afghanistan dan "Perang Melawan Teror" belakangan ini sebagai perang
melawan "Fasisme Islam".

Dan seperti menambah bara dalam api, pernyataan kontroversial petinggi
Gereja Katolik Paus Benedictus belum lama ini hanya memaksa orang
untuk bertanya serius: tidakkah tiga agama yang bersumber dari Ibrahim
ini sebenarnya merupakan kutukan belaka, sumber dari pertumpahan darah
saja?

Sayang, dalam sejarah kontemporer, hanya ada sedikit jawaban yang bisa
diajukan untuk menolak anggapan bahwa agama memang sumber penderitaan
manusia. Dan kini, siapa saja yang ingin melihat agama tidak
kehilangan relevansi, harus berusaha ekstra keras untuk menunjukkan
secara nyata bahwa agama memang rahmat bagi alam semesta. Antara lain
dengan secara nyata menunjukkan bahwa agama-agama, atau tepatnya para
penganut agama-agama, bisa hidup berdampingan secara damai.

Mungkinkah itu; atau justru mustahil?

Dalam konteks ini, buku Maria Menocal membuat kita sedikit bisa
optimistis bahwa perdamaian antara penganut agama, seperti ditujukkan
Andalusia, bukan merupakan kemustahilan. Buku ini merupakan titik
pijak yang penting untuk dialog-dialog agama, upaya saling-memahami,
yang mudah-mudahan bermuara pada perdamaian.

Untuk perannya yang begitu potensial dalam mengilhami perdamaian, era
Kekhalifahan Andalusia (yang terentang tujuh/delapan abad antara dari
700-an hinggga 1400-an) belum memperoleh apresiasi sebagaimana
mestinya. Inilah era yang cenderung terlupakan dan belum banyak
digali, bahkan oleh kalangan Muslim sendiri. 

Dan jika kita bicara sejarah, tentu kita bisa melihat detil dan
substansi yang berbeda dikatakan oleh para sejarawan, belum lagi
adanya interpretasi yang berbeda, adanya bias di kalangan penulis
sejarah. Sejarah, kata orang, ditulis oleh mereka yang menang perang. 

Sejarah Andalusia tak terkecuali. Misalnya, sejarawan berbeda
pandangan tentang bagaimana sebenarnya era itu muncul, makmur dan
kemudian lenyap? Siapa pahlawan, siapa penjahat? Apa pelajaran yang
bisa ditarik? 

Namun, hampir semua sejarawan sepakat untuk satu hal tentang
Andalusia: pada era inilah, di Semenanjung Iberia (kini Spanyol dan
Portugal), tiga agama monoteis—Muslim, Yahudi dan Kristen—pernah punya
pengalaman hidup berdampingan secara damai.

Lebih dari sekadar perdamaian. Andalusia juga menunjukkan bahwa energi
kemanusiaan bisa dialihkan dari sekadar bahan bakar konflik berdarah
menjadi sumber pencapaian yang mengagumkan dalam bidang filsafat,
sastra, arsitektur, ilmu dan teknologi.

Detil sejarah Andalusia perlu digali lebih mendalam dan luas. Bagi
kalangan Muslim, puncak kejayaan Andalusia tidak boleh sekadar menjadi
nostalgia, atau obyek romantisme semata, atau bahkan alat untuk bisa
menepuk dada tentang keunggulan kulturalnya. Jika Andalusia yang jaya
itu kemudian lenyap, pastilah ada sesuatu yang salah. Maria Menocal
menunjukkan bahwa kehancuran Andalusia tidaklah semata buah dari
agresi militer dan Inkuisisi Kristen, tapi juga pertengkaran
internalnya sendiri, antara Islam yang kosmopolit dan Islam yang
reaksioner.

Bagi kalangan Muslim pendukung gagasan Syariah, yang belakangan ini
suaranya cenderung menonjol, Andalusia mungkin merupakan sumber
pengetahuan dan ketrampilan bagaimana mempromosikan aspirasi politik
Islam tanpa membuat minoritas agama lain merasa terancam.

Bagi kalangan non-Muslim, Andalusia juga merupakan jendela penting
untuk menyelami Islam dan kemajemukannya. Serta untuk mengapresiasi
secara lebih adil peran Islam dalam peradaban dan kemajuan ilmu
pengetahuan di tengah pandangan stereotipe Islam sebagai agama
"terbelakang" yang hanya tahu bahasa kekerasan. Bagi kalangan
minoritas non-Muslim, Andalusia juga bisa menjadi sumber inspirasi
alternatif dari ketakutan berlebihan terhadap Islam, yang pada
gilirannya hanya memicu kesalahpahaman dan konflik yang berdarah.

Maria Menocal punya jasa besar dalam studi Andalusia ini. Jasa yang
terlalu besar untuk dikecilkan dengan cara mengabaikannya.*







***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to