Ikutan ningbrung,
Banyak cerita yang beredar, hanya kekerasan antar Umat beragama yang 
diberitakan, tapi sedikit sekali yang menceritakan kerukunan Umat beragama, 
kami teringat salah satu posting di milis ini yang menceritakan kerukunan antar 
umat beragama, mungkin mereka sadar bahwa walaupun berbeda keyakinan, tapi 
tetap saudara sebangsa dan setanah air, malah mungkin sesuku, Biarlah Hablum 
Minallah menjadi masalah yang sangat pribadi, masalah Hubungan anak manusia 
dengan Sang illahi, sedangkan Hablum Minannas perlu di tingkatan agar bisa 
memuliakannya, Bukankah kita diwahyukan oleh DIA bahwa kita sengaja di ciptakan 
ber-suku2 agar kita bisa saling mengenal ??. Kalau DIA menginginkan, tentunya 
kita semua bisa dibuat menjadi satu Bangsa.

From: "Arriko Indrawan" 
To: ppiindia@
Date: Thu, 11 Nov 2004 09:33:31 +0700
Hanya Beda Sebatas Dinding - MBM TEMPO no. No. 38/XXXIII/15 - 21 November
2004


No. 38/XXXIII/15 - 21 November 2004

Agama

Hanya Beda Sebatas Dinding

KEMARAU panjang yang mendera Kendari membuat Arifin
Dg. Marakka pusing. Dahi pria 75 tahun ini tambah
berkerut ketika seorang pembantunya melaporkan
kekeringan kulah?penampungan air wudu?di masjid
mereka. Padahal waktu isya hampir tiba, dan masih
banyak jemaah yang belum mendapat giliran berwudu.
Sudah lebih dari dua bulan, hujan sama sekali tak
turun.
Ketika itu Ramadan memasuki hari ke-15 dan ke-16, dan
jamaah di masjidnya membludak. "Turunnya Lailatul
Qadar dipercayai terjadi waktu-waktu ini," kata
Arifin. "Semua ingin berada di tempat dan waktu yang
tepat, jangan heran kalau sekarang masjid selalu
penuh." Itu sebabnya urusan air ini sungguh mengganggu
Arifin, yang dalam 24 tahun ini menjadi imam Masjid
Da'wanita, Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari,
Sulawesi Tenggara itu.
Sedang khusyuk berpikir, seorang petugas masjid
menghampirinya seraya berbisik, "Ibu Pendeta di
sebelah mau ketemu Pak Imam." Sesaat Arifin tambah
kalut. "Ada masalah apa lagi ini?" pikirnya. Seingat
dia, pengurus masjid tak pernah berselisih dengan
pengelola dan jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia
(GPdI) Bukit Zaitun Kendari, yang kebetulan
bersebelahan dengan Da'wanita.
Sedikit tergopoh Arifin membuka pintu belakang masjid,
tempat Pendeta Pien Lumangkun sedang menanti. "Maaf,
Pak Imam, apa benar Anda membutuhkan air untuk
ibadah?" kata Pien tersenyum ramah. Pendeta perempuan
itu segera meminta pembantunya menyalakan mesin pompa
air, dan menyambungkannya dengan selang ke kulah
masjid. "Silakan pakai dulu," katanya sebelum berlalu.

Arifin tak kalah gesit. Segera ia mengerahkan para
petugasnya mengambil ember besar untuk menampung air
pemberian Ibu Pendeta. "Itu hanya contoh kecil," kata
Arifin. Pada Idul Adha tahun lalu, pengurus Bukit
Zaitun menyumbangkan seekor lembu untuk disembelih dan
dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir miskin dan yatim
piatu.
Tanpa menyimak kisah Arifin, potret kerukunan hidup
antara dua komunitas berlatar agama beda di Kendari
ini sebenarnya sudah tergambar dari letak bangunan
tempat ibadah mereka yang bersebelahan, dan hanya
terpisah tembok. "Sejak saya bocah, posisinya sudah
begitu," kata Arifin, yang tak bisa memastikan kapan
persisnya kedua rumah ibadah itu dibangun.
Dulu itu, kata Arifin, "Masjid masih berdinding papan,
dan di sebelahnya sudah ada rumah pendeta yang kerap
dipakai berdoa umat Kristiani." Selama itu pula tak
pernah terdengar protes dari umat kedua pihak. Pada
awal 1970-an, Masjid Da'wanita mulai direnovasi.
Dindingnya diganti tembok, ruang dalamnya diperluas.
Tak lama berselang, Gereja Bukit Zaitun juga mulai
dibangun.
Bangunan lama, berupa rumah dengan hanya satu kamar,
dirobohkan. Gantinya dibangun lebih kukuh. "Kesulitan"
mulai muncul ketika kemudian kedua pihak ingin
meluaskan bangunan rumah ibadahnya masing-masing.
Bukannya bersikeras tentang batas tanah, keduanya
malah sama-sama tak ingin saling menyinggung dan
memicu perselisihan.
"Setelah musyawarah, kami akhirnya sepakat menggunakan
satu dinding sebagai pemisah antara bangunan gereja
dan masjid," Arifin menjelaskan. Dicky Mokogenta,
keponakan Ibu Pendeta yang sejak 1970 tinggal di
paviliun samping gereja, membenarkan cerita itu. "Kami
mulai berimpit dan hanya terpisah satu dinding sejak
1981," kata Dicky. Waktu itu Pendeta John San
Lumangkun, suami Pien, melihat perkembangan jemaatnya
tak lagi tertampung di bangunan gereja lama.
Tak ada formula rahasia, apalagi jimat, yang dipiara
kedua pemimpin umat ini untuk menjaga kerukunan di
antara mereka. "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku,"
kata Arifin, mengutip Al-Quran. "Kita jalankan
perintah agama masing-masing, tapi kalau soal kerja
bakti membersihkan got, mari kita kerja sama-sama."
Dicky menimpali, "Ini bukti nyata bahwa toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat antara umat Islam dan
Kristiani bisa berjalan dengan baik dan rukun."

Y. Tomi Aryanto, Dedy Kurniawan (Kendari)----- Original Message ----- 
  From: Lina Dahlan 
  To: ppiindia@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, September 29, 2006 1:21 PM
  Subject: [ppiindia] Re: Tarawih di gereja


  Itulah pak KM. Kalo orang Islam ibadah sholat di gereja gak akan ada 
  masalah karena mereka harus buka sepatu,jadi dalam gerejanya akan 
  tetep bersih gak ada najis (selain juga sholatnya gak didepan patung-
  patung). Nah kalo sebaliknya itu yang refot. Jadi, tetep harus 
  dicari jalan tengahnya.

  Bikin tempat ibadah ? dah bosen ah ngomonginnya. Saya lagi mikir apa 
  saja kesamaan dan perbedaan dari sejarah berdirinya tempat ibadah. 
  Apakah mempunyai fungsi sosial yang sama. Masjid, misalnya. 
  Sepertinya Masjid ini mempunyai makna sbg tempat untuk 
  bersosialisasi/bermasyarakat yang bukan sekedar tempat ibadah. 
  Sebagai tempat ibadahpun, Masjid mempunyai peranan yang spesifik 
  karena ibadah sholat itu dilaksanakan 5 kali sehari. Jadi, bagi para 
  musaffir bisa singgah di mesjid mana saja. Apalagi bulan puasa gini. 
  Giliran waktu berbuka (puasa) bisa makan dimesjid, gak usah ke 
  restoran.

  Karena bentuk ibadah yang berbeda di tiap agama, tentunya membuat 
  tempat ibadahnya juga mempunyai peran dan etika yang beda. Ini yang 
  harus dicari jalan tengahnya, kalau mau beribadah di tempat yang 
  tidak sebagaimana mestinya.

  Saya juga bukan orang Kristen, Hindu atawa Budha karena saya orang 
  Betawi...:-)

  wassalam,
  ---- In ppiindia@yahoogroups.com, "Kartono Mohamad" <[EMAIL PROTECTED]> 
  wrote:
  >
  > Lho, mereka yang sholat tarawih di gereja juga buka sandal dan 
  sepatu.
  > memangnya sholat boleh pakai sandal/sepatu?
  > Kalau semua orang Islam Indonesia berpandangan seperti mbak Lina, 
  Indonesia
  > barangkali benar-benar damai, adem, tentrem, kartorahardjo, gemah 
  ripah loh
  > jinawi, thukul kang sarwo tinandur,
  > Lha mau bikin gereja atau tempat ibadah saja dipersulit bukan 
  main. Saya
  > bukan orang kristen atawa Hindu atau Budha, cuma sedih melihat 
  cara kita
  > menafsirkan kata "adil" yang menjadi bendera agama Islam.
  > KM
  > 
  > -------Original Message-------
  > 
  > From: ppiindia@yahoogroups.com
  > Date: 09/28/06 16:15:38
  > To: ppiindia@yahoogroups.com
  > Subject: [ppiindia] Re: Tarawih di gereja
  > 
  > Kalo saya sih silakan aja pake aulanya karena kalo aulanya kan 
  biasa 
  > dipake buat resepsi pernikahan. Tapi kalo tempat solatnya, silakan 
  > juga pake buat beribadah tapi sepatunya tetep harus dibuka, yang 
  > mens gak boleh masuk...he..he...sapa yang mo meriksain ya?
  > 
  > Sptnya kalo sebaliknya begitu, jadi banyak masalah karena masuk 
  > Mesjid ada etika khususnya. Gak tau masuk gereja ada etika 
  khususnya 
  > gak? Bisa dicari jalan tengahnya?? mbuh
  > 
  > wassalam,
  > 
  > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Kartono Mohamad" <kmjp47@> 
  > wrote:
  > >
  > > Sbg orang Islam pasti senang mendengar berita ini. 
  Pertanyaannya: 
  > apakah
  > > orang Islam akan memberi perlakuan yang sama kepada apemeluyk 
  > agama lain
  > > ketika mereka memerlukan tempat ibadah?
  > > KM 
  > > 
  > > -------Original Message-------
  > > 
  > > From: ppiindia@yahoogroups.com
  > > Date: 09/28/06 10:44:05
  > > To: news Trans TV; student EMBA; Begundal Salemba; ppiindia; 
  > Cikeas Cikeas;
  > > Forum Kompas; jurnalisme; Etalase Indonesia; pantau
  > > Subject: [ppiindia] Tarawih di gereja
  > > 
  > > (dari milis tetangga)
  > > 
  > > From: Liza A, Suryatenggara 
  > > To: [EMAIL PROTECTED] ; William Wiguna 
  > > Sent: Wednesday, September 27, 2006 1:33 PM
  > > Subject: Tarawih di gereja
  > > 
  > > Mungkin temen2 bingung kok tarawih di gereja.. Ini
  > > bener kejadian di deket rumah saya, Cherrybrook,
  > > (salah satu suburb di New South Wales (Sydney)
  > > 
  > > Kemarin, pas kami lewat di depan gereja dekat rumah,
  > > kami melihat banyak orang jalan, memakai kerudung dan
  > > topi Haji, dan membawa sajadah juga.. Dan arah mereka
  > > adalah ke hall samping gereja di sana.. Saya dan
  > > suami saya langsung tahu, ini khan bulan ramadhan,
  > > jadi mereka pasti mau tarawih, dan benar saja, di
  > > dalam hall samping gereja (punya gereja), mereka
  > > sebagian sudah bersiap2 tarawih.
  > > 
  > > Saya langsung berpikir, "Oh indahnya kalau semua agama
  > > bisa saling menghormati seperti itu, tidak ada saling
  > > curiga, dan bisa sharing ruang ibadah, tanpa rasa
  > > sungkan, baik yang menyewakannya maupun yang
  > > memakainya.." Saya tidak tahu apa hukumnya "haram"
  > > bagi orang Islam beribadah di lingkup gereja, tapi
  > > yang pasti tujuan mereka adalah mulia, ingin berdoa. 
  > > Hal ini membuat hati saya rasanya senang sekali.
  > > 
  > > Semoga makin banyak dari kita yang menyadari, bahwa
  > > agama hanyalah sarana untuk menuju satu tujuan,
  > > kehidupan yang baik dengan dasar ALLAH. Jadi jangan
  > > sampai perbedaan agama menjadikan kita tidak
  > > bersaudara.
  > > 
  > > salam,
  > > 
  > > Liza
  > > 
  > > 

  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke