dari milis sebelah........



>Indonesia dari sisi lain.
>
>Anda orang Indonesia ?
>Masih tinggal di Indonesia ?
>Di Jakarta?
>Ke kantor naik bis umpel-umpelan?
>Lalu lintas macet?
>Pernah Naik kereta super ekonomi ke Yogya or Surabaya ?
>Pernah kebajiran?
>Pernah dipalakin di bus sama gerombolan preman?
>
>Ok, sekarang saya serius.
>
>Kalau ada yang bertanya: apa sih yang bisa dibanggakan for being Indonesian?
>Maka jawaban saya adalah : Kita.
>
>Kita harus bangga karena kita orang Indonesia. Bisa dan Biasa hidup susah!!!
>Becanda lagi nih?
>
>Nggak, saya Serius!! Saya nggak boong.
>
>Kalau saya boong biarkan Tuhan memberikan cobaan yang berat pada saya
>(red : katanya harta yang berlimpah merupakan cobaan yang berat)
>
>Kemampuan untuk hidup susah (saya sebut aja "survival ability" ya) 
>tidak dimiliki orang-orang yang lama hidup di negara-negara mapan.
>Boss saya (orang India) pernah cerita: suatu ketika teman-nya-sebut 
>saja Sarukh dan keluarganya pamit pada boss saya pulang ke negara 
>asalnya ? India yang murah meriah untuk menikmati pensiun dini, 
>setelah 15 tahun kerja di Singapore .
>
>Eeeeeee? ... belum satu tahun pamitan pulang ke India ? si Sarukh 
>sudah balik lagi ke Singapore dan kali ini minta bantuan Boss saya 
>untuk dicariin kerjaan lagi di Singapore.
>
>What happened? Tanya boss saya.
>
>Sarukh bercerita, setelah pulang ke India , anak remajanya yang 
>dibesarkan di Singapore menjadi rada-rada stress dan menjadi pasien 
>tetap psikiater di sana. Selidik-punya selidik agaknya hal itu 
>disebabkan karena Anaknya Sarukh tidak bisa menyesuaikan diri 
>terhadap perubahan lingkungan dari kondisi yang sangat mapan ( 
>Singapore ) ke kondisi yang sebaliknya (India ). Jadi, dalam hal 
>ini, anak si Sarukh yang sudah biasa hidup dalam kemapanan tidak 
>punya "kemampuan bertahan waras" untuk hidup di negara yang belum 
>mapan. Demi kebaikan anaknya, akhirnya si Sarukh memutuskan menunda 
>pensiun dini-nya dan kembali kerja di Singapore .
>
>Kalau kita-kita yang sudah biasa hidup susah di Jakarta , pindah or 
>berkunjung ke India sih nggak ada masalah.
>
>Saya jadi ingat, 2 tahun lalu ketika saya dan rekan-2 kerja saya 
>berkunjung ke India, boss saya wanti-wanti untuk : bawa obat sakit 
>perut, dan selama di India hanya minum-minuman dari botol/kaleng. 
>Kalau ke restoran local jangan sekali-kali minum air putih yang 
>disediakan dari dari Teko/ceret di restoran tersbut, karena 
>Kebersihan Airnya tidak terjamin, dan biasanya perut orang asing 
>tidak siap untuk itu; begitu nasehat boss
>saya.
>
>Pada waktu itu satu rombongan yang berangkat ke India terdiri dari 5 
>orang. Satu orang Jepang ? dari Jepang, dua orang Singapore dan dua 
>orang Indonesia (termasuk saya baru sebulan kerja di Singapore ). 
>Dalam 2 minggu kunjungan ke India, kolega dari Singapore dan Jepang 
>langsung menderita diare di Minggu pertama ke India ?diselidiki, 
>kemungkinan penyebabnyat adalah mereka pernah memesan kopi atau the 
>di restoran local pada saat makan siang (yang tentunya tidak dari 
>botol), Sementara si orang Jepang, walaupun secara ketat dia hanya 
>minum-minuman botol atau kaleng selama makan di restoran-restoran 
>lokal, terkena diare diduga karena si orang jepang ini menggunakan 
>air keran dari hotel untuk berkumur-kumur selama sikat gigi.
>
>Sedangkan saya dan satu orang rekan lagi dari Indonesia , sehat 
>walafiat tidak menderita suatu apapun selama di sana (mungkin karena 
>di Indoneisa, sudah terbiasa jajan es dipinggir jalan yang mungkin 
>airnya tidak lebih bersih dari air di restoran-restoran India )
>
>What is the moral of the story?
>
>Kita harus bangga karena Kita bisa lebih baik dari orang Jepang dan 
>Singapore!!!! (at least, dalam hal ketahanan perut).
>
>Cerita lainnya lagi, bulan lalu saya di kirim kantor (yang base-nya 
>di Singapore) untuk mengikuti sebuah workshop di Rio de Janeiro 
>Brazil . Total waktu trempuh saya dari Singapore ke hotel saya di 
>Rio de Janeiro Brazil adalah 36 jam (termasuk 5 jam transit di 
>Eropa). Sebenarnya, dari Singapore ke Brazil , jalur yang paling 
>umum dan cepat adalah ke arah Timur, transit di Amerika, terus ke 
>Brazil . Dengan jalur ini saya perkirakan, dalam 26-30 Jam saya 
>sudah bisa mencapai Brazil . Cuma, karena saya orang Indonesia , 
>untuk transit di Amerika pun saya butuh apply VISA Amerika, yang 
>mana proses aplikasi visa tersebut memerlukan waktu sedikitnya 2 
>minggu. Padahal, saya tidak punya waktu sebanyak itu. Alhasil, yah 
>begitulah, saya harus memilih rute yang sebelaliknya, mengeliling 
>belahan bumi bagian barat, transit di Amsterdam, dengan waktu 
>tempuhnya 6- 10 jam lebih lama. Jadinya, cukup melelahkan, tapi 
>nggak apa-apa, namanya juga orang Indonesia , harus terbiasa dengan 
>hal-hal yang susah-susah.
>
>Saya sampai di hotel di Rio, hari minggu jam 11 Malam. Dan keesokan 
>paginya saya langsung mengikuti workshop di sana. Walaupun masih 
>terasa lelah, saya tetap berusaha untuk terlibat aktif dalam 
>workshop pagi itu, dengan mengajukan pertanyaan atau memberi masukan 
>atas pertanyaan peserta lainnya.
>
>Pada saat istirahat, saya sempat berbincang-bincang dengan 
>kolega-kolega dari Jerman peserta workshop itu. Beberapa dari mereka 
>mengeluh kecapaian dan menderita "jet lag", karena mereka telah 
>menempuh 12 jam perjalanan dari Jerman, dan baru saja tiba di Brazil 
>hari minggu siang, sehingga belum cukup waktu istirahat untuk 
>adaptasi Jet lag, begitu keluh mereka.
>
>Lalu, saya berkata pada mereka, bahwa sebenarnya mereka lebih 
>beruntung dari saya, karena saya harus menempuh 36 jam perjalanan 
>dari Singapore, dan baru tiba di hotel pukul sebelas malem, kurang 
>dari 12 jam sebelum workshop dimulai. Mereka tertegun, salah seorang 
>dari mereka bertanya pada saya: "Tapi kamu naik pesawat, di kelas 
>Bisnis khan?" "Tidak, jatah saya Cuma kelas ekonomi", jawab saya 
>lagi. Mereka terlihat semakin terkagum-kagum (atau kasihan?), dan 
>salah seorang dari mereka memuji. "Its very impressive, you guys 
>Singaporean are really-really hard workers" . "I'm not Singaporean, 
>I'm Indonesian working in Singapore " jawab saya dengan bangga.
>
>Agaknya, hari itu saya menjadi cukup terkenal di kalangan kolega 
>dari Jerman, hanya karena terbang selama 36 jam dari Singapore 12 
>jam sebelumnya dan masih bisa secara aktif mengikuti workshop 
>tersebut.Saya tahu kalau saya menjadi pembicaraan mereka, karena 
>sewaktu makan malam, kolega dari jerman lainnya - yang saya tidak 
>pernah ceritakan mengenai perjalanan saya dari Singapore ? bertanya 
>pada saya tips and trick supaya bisa tetap segar setelah menempuh 
>perjalanan begitu lama (ini berarti dia mendapatkan cerita saya dari 
>kolega jerman lainnya). Saya bingung jawabnya. Ingin sekali saya menjawab :
>
>"Berlatihlah dengan naik kereta api super ekonomi dari Jakarta ke 
>Surabaya di saat-saat mendekati hari lebaran. Kalau Anda terbiasa 
>dengan alat transportasi ini- di mana tidak hanya species "Homo 
>Sapiens" yang bisa menjadi penumpangnya dan di tambah lagi waktu 
>tempuhnya yang lama sekali karena hampir di setiap setasion harus 
>berhenti, maka Anda akan bisa menaklukkan semua alat transportasi 
>terbang apapun yang ada di muka bumi ini".
>
>Namun, saya urungkan memberi jawaban di atas, karena saya khawatir 
>dia tidak akan mengerti atas apa yang saya jelaskan, dan saya yakin 
>mereka tidak bisa "survive" dengan alat transportasi ini, yang 
>fasilitasnya tentu jauh dari kelas Bisnis pesawat terbang (Note : 
>kolega saya dari jerman, otomatis mendapat fasilitas kelas bisnis di 
>pesawat apabila waktu tempuhnya lebih dari 10 jam).
>
>Seminggu, setelah saya pulang dari Workshop di Brazil, entah karena 
>terkagum-kagum dengan "kemampuan hidup susah" (dari sudut pandang 
>mereka) yang saya miliki, atau karena alasan lainnya, kolega saya 
>dari Jerman yang saya temui di Brazil , menghubungi atasan saya yang 
>intinya meminta saya untuk ditugaskan ke Jerman, membantu project 
>yang saat ini sedang berjalan di sana.
>
>Alhasil, bulan September ? November saya akan bergabung dengan 
>kolega-kolega di Jerman menyelesaikan project di sana. Cukup 
>membanggakan, karena, kata boss saya, ini kali pertama "Kantor 
>Pusat" meminta bantuan dari kantor cabang untuk mensupport project 
>yang sedang mereka kerjakan di kantor pusat.
>
>Jadi setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca sekalian punya 
>alasan semakin bangga menjadi orang Indonesia .
>
>Kalau anda lagi di luar negeri dan ditanya "Anda dari mana?"
>
>Jawablah dengan bangga:
>
>Ya, Saya dari Indonesia ,
>Negara yang lagi susah,
>Saya juga hidupnya susah
>Tapi saya bisa "survive", Dan saya bangga karenanya!!!
>





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke