Mas maaf lho ya, jangan kembali dong pakai bahasa itu lagi plis. Saya lebih suka mengatakan korban, termasuk saya, bukan antek. :(( Karena ketidaktahuan saja, kalau tidak tahu janganlah dijustifikasi, saya kalau digitukan juga ndak mau. Kasih tahu aja kebenarannya kalau misalnya saya salah. Dimana letak salahnya, be objektif.
Percaya atau tidak, Kita adalah korban...., karena ndak tahu, kalau korban tolonglah jangan dijustifikasi atau dikoyo-koyo lagi :((. Cerahi saja pikiran kami. Agar pulih. salam, aris A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Jangan samakan yang menolak dgn yang mendukung. Zaman Belanda dulu juga yg namanya antek Belanda sudah ada. Sekarang jadi antek AS/WTO/Kapitalis. Kalau saya insya Allah akan menolak pendidikan dibisniskan sehingga orang miskin sulit mendapat pendidikan. --- aris solikhah wrote: > Tepat sekali mas. Dalam pertemuan forum antar > Rektor, 2 tahun silam sebenarnya para rektor > berusaha mengkritisi tentang privatisasi public > sevice kesepakatan WTO yang di dalamnya salah > satunya adalah bidang pendidikan. > > Selanjutnya bisa jadi rumah sakit dll. Para Rektor > berusaha menolaknya, sayangnya gaya indah dan > polesan BHMN, BHP membuat kekritisan ini terlewati. > Memang harus jeli mengamatinya. CMIIW > > Seperti kita sering mendengungkan menolak > liberalisasi perdagangan. Ucapan tak seiring tingkah > laku. Perilaku kita malah menuju liberalisasi > perdagangan dengan menerima privatisasi Air, Migas, > berlomba-lomba memantenkan hasil penelitian, > mencabut subsidi (pendidikan, pertanian, BBM) dll. > > Atau seperti yang pernah ditulis mas Irwan, kita > menolak produk-produk Amerika tapi kita > habis-habisan menerima dan memasarkan pemikirannya > (demokrasi, liberalisme, kapitalisme, > materialinialisme, sekularisme, polesan HAMnya). > > Ali Syari'aiti dalam bukunya Ummah dan Imammah > mengutip kata pengantar Jane paul Sartre dalam buku > 'Lesdamnes De La Terra karya Francois Nellino, > menuturkan pada kita tentang sistem dan penyiapan > kaum terpelajar (tepatnya pseudo-eropa) yang > dilakukan Barat terhadap orang-orang Timur. Ia > mengatakan > > " Kita pilih beberapa orang pemuda Afrika dan Asia > untuk kita kirim beberapa bulan lamanya ke > Amsterdam, Paris, London dan Brussel (sekarang > tambah AS dan Ausi ya). Sesudah beberapa waktu > mereka kita ebri baju dengan model Eropa, kita > suapkan istilah-istilah Eropa, dan kita kuliti > mereka dari peradaban mereka. > > Sesudah itu, kita ubah mereka menjadi bebek-bebek > dan kerbau-kerbau, dan itulah saatnya bagi mereka > untuk siap dikirim pulang. Dengan demikian, mereka > akan menjadi bebek-bebek yang setia menyuarakan > segala sesuatu yang kita ucapkan tanpa mereka > sendiri tahu artinya. Segala sesuatu yang kita > kerjakan akan mereka ikuti, dan mereka bangga > mengatakan bahwa telah berkata dan berbuat seuatu > demi dirinya sendiri. mereka itulah yang kita sebut > dengan assimiles (orang-orang yang menyesuaikan > diri/ pseudo Eropa)." > > Bagi saya tak masalah bahkan memakai produk AS dan > mengambil teknologinya (tentu yang halal) atau > mengambil beasiswa ke sana terutama beasiswa yang > sifatnya Teknologi seperti mikrobiomolekuler, teknik > nuklir dll, dan harus ektra hati-hati menerima > beasiswa yang berisi muatan pemikiran seperti > teologi, filsafat, politik, hukum dll. Kalau jenis > beasiswa kedua sebaiknya dihindari. > > salam prihatin, > aris > > > > > > > A Nizami wrote: Perusahaan yang > full business saja seperti BCA, > Danamon, Salim Group, dsb bisa rugi. Apalagi jika > para > dosen dan profesor di PT disuruh cari bisnis untuk > menghidupi diri sendiri. > > Paling gampang ya menaikan SPP. > > Kalau sudah begitu tidak perlu lagi kita anggaran > 20% > buat pendidiksan. > > Tidak perlu ada Public Service. Semuanya > dibisniskan. > > Inilah kebijakan yang dipaksakan WTO kepada > Indonesia. > > --- aris solikhah wrote: > > > Terima kasih mbak. Saya dapet gosipannya dari pak > > rektor sendiri mbakyu. ^_^ mungkin untuk tambahan > > justifikasi. Pa Rektor bahkan mengatakan di IPB > > adalah seperseratus biaya pendidikan mahasiswa di > > Jepang. Sehingga wajar kualitas pendidikan > Indonesia > > agak rendah. > > > > Beberapa kualifikasi yang mbakyu cantumkan tentang > > BHMN tepat sekali demikian adanya. Teori keluarnya > > sangat indah dibandingkan kenyataannya. IKalau PT > > mikirin juga mencari sumber penghasilan lain > > misalnya dengan pembuatan mall dll bukankah > > pendidikan kita akan tersibukkan. Dosen cari > > objekkan, dll. > > > > Kenyataan lain mau tidak mau, SPP memang naik > meski > > dibumbui dengan kata-kata yang cantik. > > > > Sejak dimanapun biaya pendidikan adalah > > tanggungjawab negara. Kalau sekolah > dikomersialkan, > > lalu apa gunanya negara? saya iri dengan India > yang > > memurahkan pendidikan. Dunia pendidikan kita > > mendidik kita untuk jadi buruh professional ahli > > yang murah dibandingkan diajak berpikir untuk > > mandiri. > > > > Kalau mbak adalah salah satu orang yang mengcreate > > kualifikasi itu, saya jamin mbak sangat paham > kemana > > tujuan akhir dari UU BHP ini, bukan? > > > > Saya mohon, bisakah kebijakan RUU BHP ini > dievaluasi > > kembali sebelum semuanya terlambat? Saya tak bisa > > membayangkan mahalnya pendidikan kita, siapa yang > > bisa kuliah nantinya, orang miskin makin miskin > dan > > bodoh, makin terpuruknya Indonesia, serta makin > > terbudakkan SDM kita, plis. > > > > > > > > salam, > > aris > > > > > > > > > > > > ndah maldiniwati wrote: > > Kemunculan BHMN tidak lepas dr escape strategy > > pemerintah yg ingin > > mengurangi beban APBN. Seharusnya PT sebagai > sebuah > > perusahaan > > bukannya memebebankan biaya oprasionalnya kapada > > konsumennya > > (mahasiswa) seharusnya dengan BHMN justru menjadi > > ajang kompetisi > > berebut riset dgn bekerjasama dengan institusi > luar > > shg menggenjot > > pemasukan. Kalo PT mensolusikan peningkatan > > pemasukan dengan > > gencar2nya menaikkan tarif kuliah & mendirikan > mall > > saya melihatnya > > sebagai kebodohan kaum intelektual yg berjiwa > > kapitalis. > > > > untuk penentuan ranking: wah denger gosip darimana > > mba?? saat saya > > ikut tim untuk merumuskan indikator penilaian > > kompetensi PT di > > Indonesia (bukan untuk meranking PT) yang akn > > digunakan sekjend DIKTI > > & DPPKPM DIKTI kami mengambil acuan antara lain > > asiaweek dan guardian > > uk. kualitas PT dinilai dr proses input (kualitas > > mahasiswa yg > > diterima)-proses-output(kualitas lulusan), dan > dalam > > proses ada banyak > > komponen penunjang proses (proses belajar, > kualitas > > dosen, performa > > keuangan, fasilitas kuliah, performa research). > BAN > > PT juga melakukan > > penilaian untuk akreditasi dengan indikator2 yg > > kurang lebih sama. > > > > Silahkan browsing sendiri kriteria2 yg digunakan > > untuk meranking PT di > > diknasnya canada, amerika or ausy: > > BAN PT: http://dikti.go.id/ (masuk ke Badan > > Akreditasi Nasional) > > sekjend dikti: > > http://si.dikti.go.id/kinerja_rincipt/dirpt.php > > guardian: > > > http://education.guardian.co.uk/universityguide2005/0,, > > 1455246,00.html > > asiaweek: > > > http://www.asiaweek.com/asiaweek/features/universities2000/ > > schools/multi.overall.html > > (lihat kriterianya dibawah list PT) > > > > Semoga bermanfaat > > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah > > wrote: > > > > > > Dear All, > > > HAri ini saya membaca sekilas Humaniora Kompas, > > mendebarkan rasanya > > membayangkan nasib masa depan Perguruan Tinggi > (PT) > > Indonesia. Akankah > > pendidikan tinggi makin sulit diraih oleh > > putra-putri kita? > > > > > > > > > Dalih internasionalisasi atau dalih mutu > > perguruan tinggi Indonesia > > yang tidak masuk dalam 100 besar terbaik dunia, > kita > > perlu > > memprivatisasi? ataukah saya salah menyimpulkan > apa > > yang dimaksud > > dengan privatisasi PT? CMIIW > > > > > > Saya pernah mendengar, salah satu kriteria > > penilaian 100 PT terbaik > > dunia diantaranya adalah jumlah mahasiswa luar > > negeri yang kuliah di > > sebuah PT minimal 30 persen dan kriteria lain > adalah > > nominal SPP > > (biaya kuliah) yang sangat mahal. Bila ini benar > > maka, kapan pun sulit > > PT Indonesia masuk dalam 100 terbaik dunia. Bukan > > karena kualitasnya > > kurang bermutu, tapi kriterianya yang mungkin > sulit > > terjangkau. Apakah > > ini disengaja atau tidak? > > > > > > Adakah kaitannya BHP dengan proyek World Bank- > > IMHERE-DIKTI? > > > > > > > > > Salam prihatin Masa depan Pendidikan Indonesia, > > > > > > Dari orang yang Sayang Ama almamaternya. > > > ____________________________________ > > > > > > http://www.kompas.com/ > > > > > > Baca: > > > > > > BHP Identik Kapitalisme > > > Privatisasi Pendidikan Cenderung Abaikan > > Keadilan Sosial > > > Jakarta, Kompas - Sama halnya dengan > layanan > > kesehatan, sektor > > pendidikan pun hendaknya dianggap sebagai hak > dasar > > bagi setiap > > warga negara di mana pemerintah wajib memenuhinya. > > Jika model > > pelayanan di sektor tersebut sudah terjerumus pada > > privatisasi, > > taruhannya adalah pada generasi penerus bangsa. > > > "Privatisasi itu memang berangkat dari > konsep > > liberalisme dan > > kapitalisme, di mana model pelayanan sudah > > membidik segmen tertentu > > demi perputaran modal," kata Eko Prasojo, guru > > besar administrasi > > publik dari Universitas Indonesia, Kamis (5/10) > di > > Jakarta. > > > Oleh karena itu, dia menyarankan agar model > > pelayanan publik > > untuk hak-hak dasar warga negara lebih pantas > > dibenahi dengan > > modernisasi ketimbang privatisasi. Ini > > dimungkinkan karena > > modernisasi lebih mementingkan layanan yang > efisien > > tanpa > > mengabaikan kondisi sosial ekonomi sebagian besar > > masyarakat. Adapun > > privatisasi lebih berorientasi pada penghasilan > > tanpa mempertimbangkan > > kondisi sosial ekonomi masyarakat. > > > Ia mengingatkan, jika pemerintahan Susilo > > Bambang Yudhoyono- > > Jusuf Kalla serius menargetkan perbaikan indeks > > pembangunan manusia > > (human development index/HDI), Rancangan > > Undang-Undang Badan Hukum > > Pendidikan (RUU BHP) hendaknya jangan sampai > > terjerumus ke > > liberalisasi dan kapitalisasi. > > > Sebagai alternatif untuk model BHP, Eko > > menawarkan konsep badan > > layanan umum (BLU), seperti tertera dalam > > Undang-Undang Nomor 1 > > Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pasal > 67 > > UU tersebut > > menyebutkan bahwa BLU dibentuk untuk meningkatkan > > pelayanan dalam > > rangka memajukan kesejahteraan umum dan > mencerdaskan > > kehidupan bangsa. > > > Secara terpisah, Direktur Lembaga Swadaya > > Masyarakat untuk > > Peningkatan Pendidikan Indonesia Ading Sutisna > > berpendapat, untuk > > menumbuhkan partisipasi masyarakat yang transparan > > > dan akuntabel di > > tingkat satuan pendidikan, yang lebih dibutuhkan > > adalah BHP berpola > > public private partnership (PPP/kemitraan antara > > pemerintah dan > > masyarakat), bukan privatisasi atau penswastaan. > > > "Pola ini lebih sesuai dengan UU Sistem > > Pendidikan Nasional. > > Pemerintah harus menuangkan dan menjabarkan apa > > yang telah > > diamanatkan pasal-pasal tersebut dalam RUU BHP," > > katanya. > > > Agar pengelolaan satuan pendidikan tidak > > terjerumus praktik > > free fight liberalism (semena-mena), khusus > untuk > > satuan pendidikan > > yang modal dasarnya berasal dari pemerintah, > Ading > > menyarankan > > pemerintah menetapkan biaya pendidikan (unit cost) > > > berdasarkan hasil > > akreditasi atau wilayah di mana satuan pendidikan > > berada. > > > Ading menegaskan, pemerintah harus > membangun > > sistem pembiayaan > > pendidikan yang berkeadilan sosial. Bagi yang > > mampu harus membayar. > > Bagi yang tidak mampu, pemerintah wajib > memberinya > > beasiswa. Jika > > keuangan negara memungkinkan, beasiswa bisa saja > > diberikan untuk > > seluruh peserta didik. > > > "Besarnya disesuaikan dengan unit cost yang > > telah dipatok," > > tutur Ading. (NAR) > > > RUU BHP: Kebijakan Positif untuk Pacu Daya > > Saing > > > > > > > > > BANDUNG, KOMPAS- Kebijakan otonomi kampus > > yang diatur dalam > > Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan > > dipandang oleh > > kalangan perguruan tinggi swasta sebagai sebagai > > kebijakan positif. > > Selain meningkatkan efisiensi dan kinerja > lembaga, > > otonomi kampus > > yang dikelola secara kolegial di PTS justru bisa > > meningkatkan daya > > saing PTS dengan PTN. > > > "Saya pikir, RUU BHP itu bagus adanya. Dalam > > rangka otonomi > > kampus, sebuah perguruan tinggi tentunya harus > > punya pengelolaan dan > > manajemen yang efisien. Melalui otonomis kampus, > > PT dikondisikan > > untuk merubah manajemen pengambilan keputusannya > > sehingga bisa lebih > > cepat tetapi tetap akurat," ujar Pius Suratman > > Kartasamita, mantan > > Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Senin > > (2/10). > > > Diakui Pius, dari kacamata kebijakan > > universitas, keberadaan > > yayasan selaku pengelola perguruan tinggi swasta > > selama ini > > sangatlah dilematis. Di satu sisi, yayasan > menjadi > > penyokong utama > > pendanaan termasuk manajemen sumber daya > manusia. > > Namun, di sisi > > lain, keberadaannya secara tidak langsung dirasa > > kerap membatasi > > ruang lingkup kebijakan kampus. > > > "Saya berpendapat, rektor semestinya perlu > > diberi wewenang lebih > > untuk menjalankan tugas yang diembannya. Jadi, > > tidak sebatas > > akademik. Meski demikian, wewenangnya bukanlah > > asal besar. > > Melainkan, birokrasinya saja yang dipermudah. > > Untuk itu, hubungan > > kerja internal baik antara pengurus yayasan, > senat > > dan pimpinan > > universitas haruslah dipermudah," ujarnya. > > > Dikonfrimasi dalam kesempatan yang sama, > Rektor > > Unpar yang baru > > Cecilia Lauw Giok Swan mengatakan, Unpar masih > > memiliki waktu yang > > cukup banyak untuk mengantisipasi disahkannya > RUU > > BHP dengan > > melakukan perubahan struktur organisasi. Namun, > > perubahan struktur > > organisasi itu diharapkannya hanya terjadi di > > tubuh senat > > universitas dan pengurus yayasan agar tidak > > mengganggu kinerja > > akademik. > > > Diminat pendapatnya mengenai opsi-opsi yang > > akan dipilih pihak > > yayasan apakah akan meleburkan diri atau > menunjuk > > lembaga teknis > > baru, Ketua Umum Pengurus Yayasan Unpar Prof > > Kusbiantoro menjawab, > > "Secara prinsip, kami siap dan tidak ada masalah > > dengan opsi > > manapun. Itu sudah kami antisipasi dari awal. > > Namun, secara > > kelembagaan, karena masyarakat kampus ini sifatnya > > > kolegial, putusan > > akhir harus dibahas bersama," ujarnya. > > > Dorong daya saing > > > Terkait persoalan ini, Ketua Asosiasi > Perguruan > > Tinggi Swasta > > wilayah Jawa Barat Didi Turmudzi menegaskan, > > keberadaan RUU BHP > > sebetulnya tidak akan menjadi masalah bagi > yayasan > > maupun > > eksistensinya. Selama, itu dilandasi prinsip > > kolegialitas dan tidak > > didasari kepentingan individu pengelola yayasan. > > > "Kalau yayasannya milik indivindu, itu bisa > > jadi persoalan. Ada > > baiknya, opsi-opsi itu dirundingkan secara > bersama > > dengan menurunkan > > ego masing-masing. Untuk memilih opsi, ada > baiknya > > jika disesuaikan > > dengan AD/RT (statuta) masing-masing PT. Jadi, > > dipilih yang paling > > relevan dan memungkinkan," ucap Rektor > Universitas > > Pasundan ini. > > > Keberadaan RUU BHP, tambahnya, justru bisa > > memberi keuntungan > > bagi PTS. Dicabutnya subsidi khusus pendidikan > > bisa mendorong daya > > saing PTS terhadap PT Negeri. Apalagi, PTS, > > terutama yang besar, > > sudah terbiasa mandiri untuk mencari > sumber-sumber > > keuangan.(jon) > > > > > > > > > > > > Baca Juga Proyek IMHERE DIKTI: > > > > > > > > > http://www.imhere-dikti.net/imhere_files/downloads/BAB-II. > > pdf#search=%22imhere%20dikti%2 > > > > > > The great job makes a great man > > > pustaka tani > > > nuraulia > > > > > > > > > --------------------------------- > > > Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com. > > Check it out. > > > > > > [Non-text portions of this message have been > > removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > *************************************************************************** > > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat > > Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in > > Commonality & Shared Destiny. > > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > > > *************************************************************************** > > > __________________________________________________________________________ > > Mohon Perhatian: > > > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA > > (kecuali sbg otokritik) > > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg > > akan dikomentari. > > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > > 4. Satu email perhari: > > [EMAIL PROTECTED] > > 5. No-email/web only: > > [EMAIL PROTECTED] > > 6. kembali menerima email: > > [EMAIL PROTECTED] > > > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > The great job makes a great man > > pustaka tani > > nuraulia > > > > > > --------------------------------- > > Do you Yahoo!? > > Everyone is raving about the all-new Yahoo! > Mail. > > > > [Non-text portions of this message have been > > removed] > > > > > > > === > Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? > Kirim email ke: > [EMAIL PROTECTED] > http://www.media-islam.or.id > > __________________________________________________ > Do You Yahoo!? > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam > protection around > http://mail.yahoo.com > > > *************************************************************************** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat > Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in > Commonality & Shared Destiny. > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > *************************************************************************** > __________________________________________________________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA > (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg > akan dikomentari. > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > 4. Satu email perhari: > [EMAIL PROTECTED] > 5. No-email/web only: > [EMAIL PROTECTED] > 6. kembali menerima email: > [EMAIL PROTECTED] > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > > > The great job makes a great man > pustaka tani > nuraulia > > > --------------------------------- > Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make > PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1�/min. > > [Non-text portions of this message have been > removed] > > === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://www.media-islam.or.id __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links The great job makes a great man pustaka tani nuraulia --------------------------------- All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email and get things done faster. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/