Untuk apa merubah istilah2 - jikalau artinya sama - ini hanya membuktikan 
kelemahan kita. Buruh atau sering sekali kuli memangnya biasanya mendapat 
klassifikasi sebagai blue collar job worker sedangkan pegawai biasanya dipakai 
untuk white collar job worker dan sering sekali dimasukkan kedlm klas pegawai 
sipil, perbankan etc Dijaman colonial belanda white collar job hanya utk 
belanda dan indo2. Jadi ada prestige. Jadi kalau buruh ingin disebut pegawai - 
ini hanya nostalgia.
   
  Ini merubah istilah dgn istilah lain biasanya utk tujuan politik. Ump. 
sekarang pres. Bush qualifikasi kelaparan sebahai tidak cukup makan.[Hunger = 
hunger  meskipun diganti istilah]  Atau negara2 yg miskin sebagai 
underdevelopment atau developing countries utk menghilangkan perasaan kelemahan 
ekonomie mereka. Ini sama dgn orang batak tidak ingin disebut batak tetapi 
penduduk sumatera utara, atau cina ingin disebut tionghoa.  Selama mereka ingin 
disebut berlainan dgn keadaan, mereka tidak akan dpt maju. Untuk apa malu dgn 
keturunan atau professie kita???
  Hanya dgn mengetahui kelemahan, kita akan membikin kita lebih kuat karena dpt 
mengkoreksi kelemahan kita.
  Andreas

Iskandar Z <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Mas Bobby dan rekan-rekan milis yang baik,

Saya ada sedikit bahan pemikiran sehubungan dengan masalah penggunaan 
kata/istilah. Saya jadi teringat dengan buku wacana panggung politik orde baru 
yang memuat berbagai artikel dari KOMPAS. Penggunaan istilah yang pada masa 
sebelum orde baru berkuasa adalah susatu yang biasa dipakai oleh berbagai 
lapisan masyarakat tetapi ketika orde baru berkuasa menjadi "benda nista", 
misalnya kata buruh, terutama sejak berdirinya SPSI yang pertama. Istilah buruh 
secara sistematis dihilangkan bahkan diubah kesannya, dari rasa merendahkan 
derajat sosial hingga menimbulkan keterancaman karena bisa diidentikkan sebagai 
pengikut PKI. Sekitar 8 tahun yang lalu saya pernah mencoba survey interview 
sedikit mengenai hal ini kepada beberapa orang yang bekerja di sektor 
perbankan, hotel, tekstil/garmen, automotif, pertambangan, transportasi, 
keamanan, bangunan dan tukang angkut barang. Hampir semuanya menjawab tidak 
nyaman jika dibilang sebagai buruh, mereka lebih suka dibilang karyawan atau
 pegawai---saya hanya memberikan pilihan kata buruh, karyawan, dan pegawai. 
Tetapi, sekitar 3-4 tahun yang lalu, ketika banyak terjadi PHK massal dan 
banyak aksi penuntutan pesangon dan upah yang belum dibayar, sangat jarang saya 
temukan penggunaan kata karyawan sebagai identitas oleh mereka yang terkena 
PHK. Ketika melakukan unjuk rasa mereka lebih banyak mengenakan istilah buruh 
sebagai identitas kolektifnya, tetapi ketika mereka masih bekerja dan tidak 
terkena masalah perselisihan perburuhan mereka lebih suka disebut sebagai 
karyawan atau pegawai.
Maaf ya Mas, saya juga ingin masukan pandangan dari teman-teman lain di milis 
ini, sehubungan dengan masalah kesejahteraan dan penindasan terhadap kelas 
pekerja. Menurut saya, salah satu masalah yang menyebabkan kesejahteraan buruh 
selalu sulit diperjuangkan adalah karena lemahnya daya tawar buruh. Ketika 
terjadi kasus perburuhan, kecil kemungkinan buruh untuk memenangkan haknya, dan 
seringkali keputusan hakim atau polisi apalagi pemerintah lebih berpihak pada 
pengusaha. Sejarah menunjukkan bahwa daya tawar buruh dapat diperhitungkan oleh 
para pengusaha jika mereka mampu menghimpun kekuatan diri mereka sendiri, 
contohnya adalah pemogokan buruh yang dipimpin oleh berbagai serikat buruh pada 
tahun 1920-an, terlepas dari berbagai kelemahannya tetapi aksi ini merupakan 
aksi perlawanan pertama kali bangsa Indonesia yang dilakukan secara 
terorganisir dan berskala luas di berbagai daerah terhadap penjajahan bangsa 
Belanda.
Namun sekarang, identitas buruh yang juga memberi arti sebagai kelompok 
masyarakat yang tidak berpunya sudah tidak disukai untuk diakui oleh kebanyakan 
buruh itu sendiri bahkan istilah buruh sebagai identitas semakin sulit untuk 
ditemukan relevansi pemakaiannnya sejak proses fleksibilisasi pasar tenaga 
kerja yang semakin massif diberbagai sektor industri. Dari persoalan identitas 
kelas ini, usaha pengorganisasian kekuatan serikat buruh menjadi 
terbelah-belah, dan ini mudah terlihat dari UU No.21 Th 2000 tentang serikat 
buruh/serikat pekerja.
Mungkin dari teman-teman disini ada yang mau berbagi pandangan dan ilmunya 
berkenaan dengan masalah ini.
Dari kebaikan semua orang disini, saya ucapkan terimakasih.

Tabik
Alex

Robertus Budiarto <budiartobobby@ yahoo.com> wrote: Mbak Aris,

terlepas dari ketidak samaan kita mengenai Negara Islam dan perbedaan yang 
lainnya, mudah-mudahan kita bisa sepakat dalam hal ini. Aku harap kita bisa 
pelan-pelan membiasakan tidak menggunakan istilah babu.. Saya terus terang juga 
pernah disapa teman saya mengenai hal ini, walaupun waktu itu aku merasa tidak 
enak, karena aku memakai istilah babu bukan untuk merendahkan, tetapi 
kenyataannya istilah itu memang sering dipake secara pejoratif, merendahkan.

Walaupun saya ini WNI Asli Etnis Cina dan beragama Katolik, dan Pembantu saya 
beretnis jawa beragama Islam, tapi hubungan kami sangat baik. Sewaktu dia 
dihamili Pacarnya secara tidak bertanggungjawab, kami menasihatinya tidak untuk 
menggugurkan bayi yg di dalam kandungannya. Lalu kami berusaha sebisa mungkin 
membantunya secara ekonomis. Bukannya aku mau cerita bahwa aku ini orangnya 
sangat baik, BUKAN!!!! Tapi karena "Mbak"ku ini orangnya memang rajin dan 
jujur. Aku hanya mau cerita bahwa hubungan kami sekeluarga menjadi "dekat". 
Karenanya makin lama, rasanya makin tidak enak mendengar istilah Babu. (jadi 
bukannya saya ini orang yg sangat sopan dan baik hati).

Mengikuti lagu ngetop anak muda jaman sekarang: PRT juga manusiaaaaaaaaaaaaa 
aaaaaaaaa! !!! Punya rasa punya hati........ ......... ... (Grup Band Seurieus).

Saya tahu pasti Mbak Aris tidak bermaksud merendahkan, namun kebanyakan di 
masyarakat istilah itu dipake secara memandang rendah. Jadi ada baiknya kita 
pelan-pelan berusaha menghilangkan istilah ini.

Sekian dan terima kasih atas pengertiannya
Bobby Budiarto,___ 

[Non-text portions of this message have been removed]



         


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to