Kayaknya, iya mas. Saya mendominasi.Terutama bagian opininya ^_^. Ke-geran ya. 
Media Indonesia bayar, Tempo bayar. Kompas dan Republika ndak. 

. Untuk terkait jurnalistik mas, saya mengakui diri baik kemampuan, keahlian 
dan pengalaman saya masih sangat jauh. Setahun silam, selama 2 bulan lebih 
setiap minggu saya mengikuti Jakarta School dibawah bimbingan mas Sulak. 

Saya tentu saja mau menjadi murid anda -atau siapa pun orang-orang yang ahli 
dibidang ini- untuk dikritik habis-habisan soal, kata, susunan kata, akurasi, 
efektifitas, diksi, tata bahasa, jurnalistik dll. Minimal setiap rilis saya, 
akan Anda komentari habis-habisan.  Setuju dengan ini? 

Ibu Irene, tinggal mengkutip apa yang sudah ada di tafsir Al Azhar Buya Hamka. 
Yang menafsirkan adalah Buya Hamka, beliau yang memiliki kemampuan menafsirkan. 
 Seperti tafsir Ibnu Katsir,  maka beliau memiliki kemampuan yang dimiliki para 
penafsir.

Ironisnya, kalau tinggal mengutip saja di tafsir yang sama kenapa tak semua 
diambil saja, apalagi sudah terima jadi bahasa Indonesia.

Anda sendiri pun bisa mengeceknya di tafsir Al Azhar, kebetulan di rumah ada 
titipan perpustakaan dari teman. Kalau kesulitan mencarinya, mau di fotokopiin 
mas?   Sekaliyan Tafsir Ibnu Katsir pada ayat yang sama. 

salam,
aris








Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                  
 hehehe kok anda merasa tersindir?
 memang yang biasa memforward dari republika cuma anda?
 
 saya sih mau saja menjadi guru jurnalistik anda. tapi maukah
 anda menjadi murid?
 
 omong-omong apakah irena handono ini lebih paham tata bahasa
 arab ketimbang buya syafi'i? setahu saya baru kemarin ia mengaji
 alif, ba, ta, dan mengenal huruf qur'an (wong baru kemarin dia masuk
 islam).
 
 bukankah menurut anda penguasaan tata bahasa arab penting
 bagi seorang ahli tafsir?
 
 At 05:22 PM 11/28/2006, you wrote:
 
 >Nyindir ya mas Dede, mau forward berita Tempo bayar sih? Informasi 
 >ko dibatasi dan dikungkung, mahal lagi. Seandainya saja mas Dede mau 
 >jadi guru jurnalistik saya? Saya menyukai kritikan Anda tentang tata 
 >bahasa. Saya yakin orang yang sering mengkritik tulisan saya, pasti 
 >paling mantep memajukan ilmu menulis saya ^_^. Kalau berkenan 
 >jadilah seperti mas Sulak yang juga dulu guru saya ^_^.
 >
 >Ini dari milis Sabili, coba Republika tanya kenapa?
 >
 >salam menunggu jawaban,
 >aris
 >
 >yang siap ditolak, lebih siap lagi diterima
 >
 >-----------------------------]
 >Seringkali pendapat seorang profesor dianggap "selalu benar" padahal 
 >tidak selamanya demikian. Contoh : tulisan Prof Syafii Ma'arif yang 
 >dimuat di Republika, Rubrik Resonansi, hal.12, tanggal 21 Nopember 2006.
 >
 >Ketika itu Syafii Ma'arif mencoba menafsirkan Qs.Al-Baqarah : 62, 
 >dengan memberi kesan bahwa Al-Quran mengesahkan semua penganut agama 
 >: Nasrani, Yahudi dan Sabi'in akan menjadi penghuni surga, hanya 
 >dengan berbuat kebajikan.
 >
 >Hal itu ditempuh dengan mengutip tafsir Al-Azhar karya mufassir yang 
 >mulia Prof. DR. Hamka. Padahal isi tafsir Prof.DR. Hamka tidak demikian.
 >
 >Karenanya saya mencoba meluruskan pendapat Syafii Ma'arif agar tidak 
 >menyesatkan umat, dengan cara membuat tanggapan atas tulisan 
 >tersebut dan mengirimkannya kepada Republika, tetapi sayangnya 
 >sampai hari ini Republika seakan-akan enggan memuatnya.
 >
 >Sehingga tanggapan tersebut saya lepaskan kepada pembaca melalui 
 >jalur internet. Semoga upaya ini menjadi ibadah bagi saya.
 >
 >Bekasi, 27 Nopember 2006
 >
 >
 >Hajjah Irena Handono
 >
 >----------------------------------------------------------
 >
 >KETIKA MURID MENELIKUNG SANG GURU
 >
 >
 >Ahmad Syafii Maarif, bekas ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 
 >menerima pesan singkat dari jenderal polisi yang bertugas di Poso. 
 >Sang jenderal minta Syafii membantunya memahami ayat 62 surat 
 >Al-Baqarah. Jenderal itu berharap makna ayat itu akan membantunya 
 >mengurai konflik yang terjadi di Poso. (Harian Republika, Selasa 21 
 >November 2006 )
 >
 >Syafii Maarif merujuk ke kitab gurunya Prof. DR. Hamka yakni Tafsir 
 >Al- Azhar. Sayangnya buku tafsir itu dibaca dengan fikiran yang 
 >berkabut. Kesimpulannya, hal-hal yang benar dari Hamka tertutup dan 
 >memunculkan pemikiran Syafii Maarif sendiri
 >
 >Menurut Syafii Maarif, Hamka adalah seorang mufassir yang berani. 
 >Saya setuju dan benar sekali. Bahkan beliau sudah menafsirkan 
 >ayat-ayat Allah dengan tepat dan gamblang, termasuk surat Al-Baqarah 
 >ayat 62 dan Al-Maidah ayat 69 serta Ali Imran ayat 85 yang terkait 
 >dengan ayat 62 surat Al- Baqarah.
 >
 >Tafsir Hamka terhadap surat Al-Baqarah ayat 62: "Sesungguhnya 
 >orang-orang yang beriman dan orang-orang yang jadi Yahudi dan 
 >Nasrani dan Shabiin, barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari 
 >Kemudian dan beramal yang shaleh, maka untuk mereka adalah ganjaran 
 >di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan 
 >tidaklah mereka akan berduka cita "
 >
 >Surat AlMaidah ayat 69: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan 
 >orang-orang Yahudi dan (begitu juga) orang Shabiun, dan Nashara, 
 >barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan diapun 
 >mengamalkan amal yang shaleh, maka tidaklah ada ketakutan atas 
 >mereka dan tidaklah mereka akan berduka cita."
 >
 >Merujuk pada Tafsir Al Azhar. karya Prof.DR Hamka, seharusnya Syafii 
 >Maarif bisa menjawab pertanyaan sang jenderal polisi dengan tegas 
 >dan benar. Sebab pada buku juz 1 halaman 212, Hamka menyatakan 
 >sebagai berikut :
 >"di dalam ayat ini dikumpulkanlah keempat golongan ini menjadi satu. 
 >Bahwa semua mereka tidak merasakan ketakutan dan dukacita asal saja 
 >mereka sudi beriman kepada Allah dan Hari Akhirat dan diikuti dengan 
 >amal yang saleh. Dan keempat-empat golongan itu lalu beriman kepada 
 >Allah dan Hari Akhirat itu akan mendapat ganjaran di sisi Tuhan mereka."
 >
 >Jadi, penafsiran Prof DR Hamka, bukan tentang toleransi antar ummat 
 >beragama, tapi yang paling pokok adalah keempat golongan itu 
 >hendaknya beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Itulah syarat mutlak 
 >untuk mendapatkan ganjaran disisi Tuhan mereka. Mestinya penafsiran 
 >yang gamblang ini jangan lagi diberi bayang-bayang kabut, karena 
 >tidak ada ayat Al Quran yang saling bertentangan, tapi justru saling 
 >melengkapi.
 >
 >Sebaliknya, Syafii Maarif "menjejalkan" fikirannya dengan 
 >menggambarkan Hamka (gurunya) sebagai seorang yang rindu akan dunia 
 >yang aman untuk didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau 
 >tidak, asal saling menghormati dan saling menjaga pendirian 
 >masing-masing Jadi, seolah-olah Hamka menyatakan beragama atau tidak 
 >bukan masalah, toh semua agama sama.
 >
 >Saran saya supaya tidak terkesan menelikung pemikiran Prof. Hamka, 
 >hendaknya Syafii Maarif juga mengutip pemikiran beliau pada halaman 
 >214 dan 215 yaitu,
 >"kerapkali menjadi kemuskilan bagi orang yang membaca ayat ini, 
 >karena disebut yang pertama sekali ialah orang-oang yang beriman, 
 >kemudiannya baru disusul oleh Yahudi, Nashrani dan Shabiin. Setelah 
 >itu disebutkan bahwa semuanya akan diberikan ganjaran oleh Tuhan 
 >apabila mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, lalu beramal 
 >yang saleh. Mengapa orang yang beriman disyaratkan beriman lagi ?"
 >
 >Lebih jauh Hamka berpendapat, "setengah ahli tafsir mengatakan bahwa 
 >yang dimaksud disini barulah iman pengakuan saja. Misalnya mereka 
 >sudah mengucapkan dua kalimah syahadat, mereka telah mengaku dengan 
 >mulut, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad utusan 
 >Allah. Tetapi pengakuan tadi baru pengakuan saja,belum diikuti oleh 
 >amalan, belum mengerjakan rukun Islam yang lima perkara, maka iman 
 >mereka itu masih sama saja dengan iman Yahudi, Nashrani dan Shabiin. 
 >Apatah lagi orang Islam peta bumi saja atau Islam turunan, maka 
 >Islam yang semacam itu masih sama saja dengan Yahudi, Nashrani dan 
 >Shabiin. Barulah keempat itu terkumpul menjadi satu, apabila 
 >semuanya memperbaharui iman, kembali kapada Allah dan Hari Akhirat, 
 >serta mengikutinya dengan perbuatan dan pelaksanaan."
 >
 >Itulah syarat mutlak sehingga keempat golongan itu menjadi satu dan 
 >padu yaitu beriman kepada Allah, Hari Akhir dan beramal shaleh. 
 >Adapun yang tidak dikutip oleh Syafii Maarif sehingga pemikirannya 
 >berkabut adalah kalimat Prof. Hamka pada halaman 215 yaitu, "Apabila 
 >telah bersatu mencari kebenaran dan kepercayaan, maka pemeluk segala 
 >agama itu akhir kelaknya pasti bertemu pada satu titik kebenaran."
 >
 >Ciri yang khas dari titik kebenaran itu adalah menyerah diri dengan 
 >penuh keikhlasan kepada Allah yang SATU ; itulah Tauhid, itulah 
 >Ikhlas, dan itulah Islam ! Maka dengan demikian orang yang telah 
 >memeluk Islam sendiripun hendaklah menjadi Islam yang sebenarnya. 
 >Inilah sebenarnya pemikiran Islami dari Prof. DR. Hamka yang 
 >ditelikung oleh Syafii Maarif, sang murid.
 >
 >
 >Di sisi lain, pernahkah terfikirkan oleh Syafii Maarif bahwa 
 >keyakinan Kristiani menyatakan Allah dalam Al Quran bukan Tuhan 
 >dalam Bible (Lihat buku .The Islamic Invasion, karya Robert Morey, 
 >edisi Bahasa Indonesia, Halaman 62, yang isinya sebagai berikut: 
 >"Ketika kita bandingkan sifat-sifat Tuhan Al Kitab (Bible) dengan 
 >sifat-sifat Tuhannya Al Quran, muncul dengan jelas, bahwa keduanya 
 >bukanlah dari Tuhan yang sama!" Bahkan pada halaman yang sama 
 >tertulis bahwa : "Latar belakang sejarah mengenai asal-usul dan 
 >makna kata Arab "Allah" bukanlah Tuhan yang menjadi sesembahan orang 
 >Yahudi dan orang Kristen. Allah hanyalah suatu berhala Dewa Bulan 
 >bangsa Arab yang dimodifikasi dan ditingkatkan maknanya."
 >
 >Pada halaman yang sama Robert Morey mengutip pendapat Doktor Samuel 
 >Schlorff, yang menyatakan dalam tulisannya mengenai perbedaan 
 >mendasar antara Allah dalam Al Quran dan Tuhan dalam Al Kitab 
 >(Bible) sebagai berikut : " Saya percaya bahwa kunci masalahnya 
 >adalah pertanyaan mengenai hakekat Tuhan dan bagaimana Tuhan 
 >berhubungan dengan ciptaannya ; Islam dan Kristen, meskipun 
 >mempunyai kesamaan secara formal, sesungguhnya sangat jauh berbeda 
 >dalam masalah tersebut."
 >
 >Nah marilah kita merenung kembali, samakah semua agama, samakah 
 >semua kitab suci ? Dan seharusnya Syafii Maarif meyakini bahwa : 
 >"satu-satunya agama di sisi Allah adalah Islam."
 >
 >
 >Bekasi, Rabu 22 Nopember 2006
 >
 >
 >Hajjah Irena Handono
 >Pendiri Irena Center,
 >Ketua Umum Gerakan Muslimat Indonesia (GMI),
 >Penasehat Muslimah Peduli Ummat (MPU).
 >
 >
 >Nugroho Dewanto 
 ><<mailto:ndewanto%40mail.tempo.co.id>[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 >orang yang biasa memforward tulisan dari republika
 >kok kali ini absen ya? tanya kenapa?
 >
 >At 06:39 AM 11/27/2006, you wrote:
 >
 > >Oleh : Ahmad Syafii Maarif
 > >
 > >Republika, Selasa, 21 Nopember 2006
 > >
 > ><<http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=272485&kat_id=19>h 
 > ttp://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=272485&kat_id=19>http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=272485&kat_id=19
 > >
 > >Pada suatu hari bulan November 2006 datanglah sebuah pesan singkat dari
 > >seorang jenderal polisi yang sedang bertugas di Poso menanyakan tentang
 > >maksud ayat 62 surat al-Baqarah. Kata jenderal ini pengertian ayat ini
 > >penting baginya untuk menghadapi beberapa tersangka kerusuhan yang
 > >ditangkap di sana. Karena permintaan itu serius, maka saya tidak boleh
 > >asal menjawab saja, apalagi ini menyangkut masalah besar yang di
 > >kalangan para mufassir sendiri belum ada kesepakatan tentang maksud ayat
 > >itu. Ayat yang substansinya serupa dapat pula ditemui dalam surat
 > >al-Maidah ayat 69 dengan sedikit perdedaan redaksi. Beberapa tafsir saya
 > >buka, di antaranya Tafsir al-Azhar karya Hamka yang monumental itu.
 > >
 > >Sebenarnya saya cenderung untuk menerima penafsiran Buya Hamka dari
 > >sekian tafsir yang pernah saya baca, baik yang klasik maupun yang
 > >kontemporer. Dalam perkara ini Hamka bagi saya adalah fenomenal dan
 > >revolusioner. Agar lebih runtut, saya kutip dulu makna kedua ayat itu
 > >menurut tafsir Hamka.
 > >
 > >Al-Baqarah 62: "Sesungguhnya orang-orang beriman, dan orang-orang yang
 > >jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabi'in, barangsiapa yang beriman kepada
 > >Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shalih, maka untuk mereka
 > >adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas
 > >mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita."
 > >
 > >Kemudian al-Maidah 69: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan
 > >orang-orang Yahudi dan (begitu juga) orang Shabi'un, dan Nashara,
 > >barangsipa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan dia pun
 > >mengamalkan yang shalih. Maka tidaklah ada ketakutan atas mereka dan
 > >tidaklah mereka akan berdukacita."
 > >
 > >Ikuti penafsiran Hamka berikut: "Inilah janjian yang adil dari Tuhan
 > >kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka
 > >hidup, atau merk apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka
 > >masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan
 > >dengan iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu. 'Dan tidak
 > >ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita (ujung
 > >ayat 62), hlm.211.
 > >
 > >Yang menarik, Hamka dengan santun menolak bahwa ayat telah dihapuskan
 > >(mansukh) oleh ayat 85 surat surat Ali 'Imran yang artinya: "Dan
 > >barangsiapa yang mencari selain dari Islam menjadi agama, sekali-kali
 > >tidaklah tidaklah akan diterima daripadanya. Dan di Hari Akhirat akan
 > >termasuk orang-orang yang rugi." (Hlm. 217). Alasan Hamka bahwa ayat ini
 > >tidak menghapuskan ayat 62 itu sebagai berikut: "Ayat ini bukanlah
 > >menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan
 > >memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari
 > >Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firmannya,
 > >segala Rasulnya dengan tidak terkecuali. Termasuk percaya kepada Nabi
 > >Muhammad s.a.w. dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang shalih."
 > >(Hlm 217).
 > >
 > >"Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85 surat Ali
 > >'Imran itu, yang akan tumbuh ialah fanatik; mengakui diri Islam,
 > >walaupun tidak pernah mengamalkannya. Dan surga itu hanya dijamin untuk
 > >kita saja. Tetapi kalau kita pahamkan bahwa di antara kedua ayat ini
 > >adalah lengkap melengkapi, maka pintu da'wah senantiasa terbuka, dan
 > >kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap (tertulis tetapi)
 > >dalam kemurniannya, sesuai dengan jiwa asli manusia." (Hlm. 217).
 > >
 > >Tentang neraka, Hamka bertutur: "Dan neraka bukanlah lobang-lobang api
 > >yang disediakan di dunia ini bagi siapa yang tidak mau masuk Islam,
 > >sebagaimana yang disediakan oleh Dzi Nuwas Raja Yahudi di Yaman Selatan,
 > >yang memaksa penduduk Najran memeluk agama Yahudi, padahal mereka telah
 > >memegang agama Tauhid. Neraka adalah ancaman di Hari Akhirat esok,
 > >karena menolak kebenaran." (Hlm. 218).
 > >
 > >Sikap Hamka yang menolak bahwa ayat 62 al-Baqarah dan ayat 69 al-Maidah
 > >telah dimansukhkan oleh ayat 85 surat Ali 'Imran adalah sebuah
 > >keberanian seorang mufassir yang rindu melihat dunia ini aman untuk
 > >didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling
 > >menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing. Sepengetahuan
 > >saya tidak ada Kitab Suci di muka bumi ini yang memiliki ayat toleransi
 > >seperti yang diajarkan Alquran. Pemaksaan dalam agama adalah sikap yang
 > >anti Alquran (lih. al-Baqarah 256; Yunus 99).
 > >
 > >Terima kasih Buya Hamka, tafsir lain banyak yang sependirian dengan
 > >Buya, tetapi keterangannya tidak seluas dan seberani yang Buya berikan.
 > >Saya berharap agar siapa pun akan menghormati otoritas Buya Hamka,
 > >sekalipun tidak sependirian.
 > >
 > >
 >
 >[Non-text portions of this message have been removed]
 >
 >
 >
 >
 >
 >Bila lidah kelu, tulisan menjadi perlu
 >Pena lebih tajam dari pedang
 >Tinta seorang berilmu lebih mulia dari darah seorang syahid
 >
 >pustaka tani
 >nuraulia
 >
 >---------------------------------
 >Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.
 >
 >[Non-text portions of this message have been removed]
 >
 >
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
     
                       


Bila lidah kelu, tulisan menjadi perlu
Pena lebih tajam dari pedang
Tinta seorang  berilmu lebih mulia dari darah seorang syahid


  pustaka tani 
  nuraulia

 
---------------------------------
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke