Nah setuju sama Mbak Aris. Harus proporsional, menempatkan pada
tempatnya. Jadi sekali lagi jangan bawa-bawa agama dong. Kayaknya
sangat murah deh melampiaskan birahi dengan kemudian mengatasnamakan
agama, sunnah etc. Kalau Kanjeng Nabi masih hidup saya pikir akan
sangat marah beliau mendengar ini. 

Begitu juga, Dari berbagai diskusi seharusnya jelas bahwa Poligami itu
hukumnya adalah mubah, alias boleh dilakukan boleh tidak. Dan bukannya
sunnah, yang artinya membawa kebaikan.

Kenapa mubah dan bukannya sunnah karena memang poligami adalah satu
alternatif diantara dua alternatif yang sama-sama membawa kejelekan. 
Dampak kejelekan poligami, secara sosial budaya maupun bagi keluarga,
 saya pikir sudah banyak diteliti secara global. Begitu juga di
Indonesia, penelitian-penelitian dari pusat studi wanita UI, UGM dan
Unair, maupun terakhir dari Mbak Nina (dari Uni Melbourne), saya pikir
juga sudah mengkonfirmasi masalah ini. Bawa poligami dewasa ini adalah
satu hal yang membawa banyak kejelekan.

Poligami harus ditempatkan pada tempatnya yang benar. Poligami adalah
sekedar solusi bagi kaum pria yang sudah bener-bener kebelet. Seperti
AA Gym yang konon sudah 'lima tahun' memendam keinginan birahinya
(lihat pikiran rakyat).  Jadi bukannya satu hal yang dianjurkan dalam
agama karena membawa kebaikan, baik yang laki-laki maupun perempuan
yang dipoligami.

Saya pikir masalah ini harus jelas dan para poligamiers, dan para
pendukungnya,  harus jantan mengakuinya. Sebab agak kurang fair dan
tendensius untuk mengatakan bahwa seseorang berpoligami sekedar untuk
mengikuti sunnah nabi. Akui saja dengan jantan bahwa saya ngak tahan
dengan birahi dimana dengan itu saya berpoligami. Full Stop.

Jangan bawa-bawa karena agama, sunnah nabi etcetera. Sementara wanita
yang menolah dipoligami sebagai wanita yang tidak taat pada suami dan
tidak solehah. Apalagi kemudian mempersoalkan Aqidah dan Akhlak.
Please dong...Dont be that cheap untuk masalah ini. Terlalu rendah
saya pikir membungkus birahi dengan pernak-pernik agama,
menjustifikasi  dengan satu dua buah ayat,  dan apalagi kemudian
justru membalik keadaan dan mengatakan pihak wanita yang tidak
sholehah. Apa bener wanita yang solehah adalah seperti ini. Wanita
solehah adalah wanita yang mau dipoligami, mau ditindas suami, mau
dipotong kemaluannya, harus nurut dengan suami apapun itu juga
keadaanya . Kalau definisi sholehah adalah yang seperti ini, maka saya
berdoa, istri dan anak saya bukan termasuk orang yang sholehah.

Salam, 

--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mbak Indah dan Jimmy,
> saya sepakat dengan Anda sekaliyan untuk menempatkan segala sesuatu
sesuai proporsional. Begitu pula poligami. Saya juga kecewa dengan
media masa yang berusaha terus-menerus membuat stigma negatif mengenai
poligami, seakan-akan itu adalah kejahatan mbak. Selalu dicari-cari
sisi negatifnya. Ini masalah individual.Mari kita amati apa kata para
presenter infoteinment di TV-TV dan testimoni mereka
> 
> Saya melihat orang berpoligami, oh poligami tho, ya sudah cukup itu
saja. BIasa-biasa saja. Karena itu sebenarnya biasa saja.
> 
>  Saya hanya ingin menempatkan poligami pada tempatnya. Sesuatu yang
saya juga tak habis berpikir, kenapa juga ada rekan-rekan yang
berusaha melakukan upaya pelegalan pelarangan poligami. cek disini:
pada poin 2 dan 3
> 
> http://www.lbh-apik.or.id/amandemen_UUP-usulan.htm
> 
> Mbakyu Indah,
> HUkum dalam aturan agama pun tak akan berubah ketentuannya
berdasarkan atas hasil survey yang mohon maaf sekali, yang belum tentu
metode survey dan penelitiannya benar. Penelitian ilmu sosial agak
berbeda dengan ilmu eksakta. Ini mohon maaf ya mbak, karena Insya
Allah aris akan sering berhubungan dengan hasil penelitian baik
eksakta dan sosial.
> 
> KAlau mengikuti survey penelitian seperti dibawah kegadisan
mahasiswa Yogya :
> 
> http://www.free-webspace.biz/konseling/indonesia_seks9.htm
> 
> Maka orang akan berpikir gila benar Yogya, gimana kalau respondennya
adalah muslimah aktivis dakwah diberbagai organisasi misalnya, bisa
jadi kebalik. 
> 
> Mas Jimmy, hati-hati untuk perkataan Anda mengenai Fedopihilia Siti
Aisyah.salam,
> aris
> 
> 
> 
> Jimmy Okberto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                             
                Wis tho Mba Indah, ...
>  
>  Memang Mba Aris ini orang aneh ...
>  
>  Educated People but never with her Capacity ... 
>  
>  just soaring and boasting ...
>  
>  Gw jadi gak habis pikir kalau Mba Aris ini mendukung Poligami
>  
>  Berarti juga pendukung fedophilia sunnah yang dialami Siti Aisah ... 
>  
>  Jimmy
>  
>  _____  
>  
>  From: indah nuritasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
>  
>  Mbak Aris, anda sah-sah saja untuk berpendapat demikian. Tapi sebaiknya
>  pendapat Anda itu disertai argumen yang jelas, setidaknya seperti
>  tulisan yang Anda komentari itu. Kalau cuma sekedar yakin, hati-hati,
>  jangan-jangan itu karena Anda masih muda dan belum tahu seluk-beluknya
>  laki-laki dan pernikahan? 
>  
>  Anda kan bergelut di bidang akademis, kenapa tidak cari tahu data yang
>  kredibel soal ini? Setahu saya program Kajian Wanita UGM dan UI pernah
>  membuat penelitian soal dampak negatif poligami dan hasilnya telah
>  dimuat di media massa.
>  
>  Masih banyak wilayah untuk berjihad, jika Anda berniat untuk berjihad
>  demi kebesaran Islam. Poligami memang boleh dalam Islam, tapi siapa
>  pelakunya, kapan, dan bagaimana pelaksanaannya bisa menyiratkan niat di
>  balik poligami itu meski niat sesungguhnya hanya Allah saja yang tahu.
>  Saya pikir, poligami Rasulullah bisa dibedakan dari poligami tokoh2
>  publik Indonesia yang Anda kagumi itu. 
>  
>  Sorry jika ada kata yang tak berkenan,
>  
>  salam dari Philly yang dingiiiinn,
>  
>  Indah
>  
>  aris solikhah <[EMAIL PROTECTED] <mailto:fm_solihah%40yahoo.com> >
>  wrote: Wa'alaikumsalam wr wb
>  Terima kasih atas postingannya. Saya memahami poligami sampai kapan pun
>  boleh. Saya bersyukur pada Allah bahwa para tokoh publik melakukan
>  poligami dengan baik dan pada proporsi yang tepat. Saya berkeyakinan
>  beliau-beliau orang-orang yang memang layak berpoligami terlepas siapa
>  pun istri keduanya. 
>  
>  BAgi yang mengkritisi kenapa istri keduanya begitu dan begini, dan
>  harusnya begini dan begitu, saya kira kita tak berhak melakukan hal
>  tersebut. Pelaksanaan poligami ini menjadi bukti tak terbantahkan bagi
>  yang mengatakan poligami tak relevan dan dilarang dalam Islam, atau
>  orang-orang yang berusaha membuat pandangan negatif mengenai poligami.
>  Dan rekan-rekan yang ingin merevisi UU perkawinan dan memasukkan pasal
>  pelarangan poligami, hendaklah mengevaluasi ulang keinginan mereka.
>  wallahu'alam bishawab
>  
>  salam,
>  aris
>  
>  [Non-text portions of this message have been removed]
>  
>  
>      
>                        
> 
> 
> Bila lidah kelu, tulisan menjadi perlu
> Pena lebih tajam dari pedang
> Tinta seorang  berilmu lebih mulia dari darah seorang syahid
> 
> 
>   pustaka tani 
>   nuraulia
> 
>  
> ---------------------------------
> Cheap Talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke