--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalamu'alaikum wr wb, > Ada penentang poligami yang bilang "Mana ada wanita > yang mau dimadu?", "Anak orang yang dipoligami kasihan > jadi korban" > > Tapi ternyata Dr. Gina Puspita, Doktor Lulusan > Perancis di bidang Aeronotika, rela dimadu. Justru dia > yang mencarikan istri-istri bagi suaminya. Dan anaknya > justru bahagia. >
Tolak Dimadu, Pilih Gadis Tua Taufik Wijaya - detikcom Palembang - Lebih baik menjadi "gadis tua" dari pada dimadu atau dipoligami. Begitu kira-kira pilihan perempuan tradisional di Palembang. Hmm.... "Tidak benar, bila kebudayaan masa lalu mendukung poligami. Buktinya, wong Palembang asli, buat perempuannya lebih memilih menjadi gadis tua dari pada menjadi istri muda," kata Latifah, pengamat sastra dan peneliti naskah kuno dari Universitas Sriwijaya, di rumahnya, Jalan Ahmad Yani, Palembang, Rabu (13/12/2006). Menurut Latifah, perempuan Palembang sangat tidak suka menjadi istri kedua. Sehingga bila tidak ketemu jodoh, mereka lebih baik menjadi "gadis tua" alias tidak menikah. "Sikap ini pun didukung oleh keluarga," lanjut dia. Diakui Latifah, pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, ada sejumlah sultan yang suka menikah. "Tapi, bila ada anaknya atau keluarganya dibiarkan menikah dengan sultan, keluarga itu akan diasingkan atau dikucilkan, lantaran dinilai sebuah aib," imbuhnya. Karena itu, rumah lama wong Palembang yakni limas, di teras maupun jendelanya diberi kisi-kisi agar mereka yang lewat --terutama sultan-- tidak melihat ada perempuan cantik di rumah tersebut. Nah, dengan adat ini, lanjut Latifah, masyarakat Palembang yang memilih Islam sebagai ideologi hidup, jelas mendapatkan alasan kenapa mereka menolak poligami. "Dulu, isunya bukan kekerasan, tapi soal konflik warisan atau kekuasaan antaristri maupun anak. Jadi, poligami itu dinilai mendatangkan bencana buat keturunan, sehingga ditolak," pungkasnya. (tw/nvt) ---- Nahhhhhhhhh? masih ngebet poly polyan niyeeee??