sejarahmu berdarah!
   
  darah mengalir di urat nadinya sejarah
  jangan memalingkan muka kemunafikan
  akuilah! bahwa sejarahmu berdarah-darah
  puluhan tahun berjuta kisah terpendam, muram!
  kini saatnya membuka luka secara terbuka
   
  salam, heri latief
  jakarta, 17/12/2006
  

Mira Wijaya Kusuma <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  To: LSM Sastra Pembebasan <[EMAIL PROTECTED]>,
sastra pembebasan <[EMAIL PROTECTED]>
CC: P8 <[EMAIL PROTECTED]>, Komite '65 <[EMAIL PROTECTED]>
From: Mira Wijaya Kusuma <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sat, 16 Dec 2006 06:38:05 -0800 (PST)
Subject: #sastra-pembebasan# UNDANGAN: PELUNCURAN BUKU “KEMBANG-KEMBANG GENJER” 
oleh F. Ria Susanti

        UNDANGAN:

Bersama ini Sastra Pembebasan dan PERPENI mengundang kehadiran Ibu/Bapak 
/Saudara/i pada acara:

PELUNCURAN BUKU “KEMBANG-KEMBANG GENJER”
Karya Jurnalistik Fransisca Ria Susanti

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Desember 2006

Waktu: 14.00 – 18.00 WIB

Tempat: Pusat Dokumentasi Sastra “ H.B. JASSIN” 
Taman Ismail Mazuki – Cikini – Jakarta Pusat

Pembahas: Asvi Warman Adam, Agung Ayu Ratih, Ibu Kartinah Kurdi (Nara Sumber); 
Moderator Heri Latief


Puisi – Anantaguna: 
“Dia, yang mendukung pesan orang-orang dicinta. Dia, yang mendukung harapan 
orang-orang mencinta. Membawa hati terbang ke langit bagai bintang mengepung 
bumi, membawa hati tertancap di bumi, mendukung madu harapan dalam kenyataan 
paling pahit. Dia, adalah manusia biasa tak pernah bermimpi jadi dewa. Dia, 
hanya manusia sederhana menyadari hakikat hidup dan dirinya”. 


Latar Belakang Penerbitan Buku Laporan Jurnalis “KEMBANG-KEMBANG GENJER”

Gerwani (Gerakan wanita Indonesia) salah satu organisasi massa perempuan yang 
sebelumnya bernama Gerwis (Gerakan Wanita Sedar) pada Kongres I Maret 1954 
namanya diubah menjadi Gerwani. Umi Sardjono terpilih sebagai Ketua Umum. 
Organisasi ini merupakan payung tempat berkumpulnya semua kaum perempuan tak 
pandang ideologi atau pun agama. Program organisasi ini adalah menggalang massa 
luas dan berjuang demi hak-hak wanita dan anak-anak. Dalam perjalanan Gerwani 
telah membuktikan bekerja untuk wanita dan anak-anak melalui program pendidikan 
seperti mendirikan Taman Kanak-kanak sampai di tingkat desa/kelurahan, 
pemberantasan buta huruf (PBH). Dalam bidang kesehatan Gerwani memberikan 
pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak serta mendirikan penitipan anak. 
Organisasi ini juga bekerja sama dengan organisasi perempuan lain yang ada di 
Indonesia dan ikut bergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW).

Organisasi massa perempuan yang pada awal pendiriannya sekitar tahun 1954 
beranggotakan 80.000 orang, berkembang menjadi sekitar 1, 7 juta anggota di 
seluruh Indonesia dari kota sampai pelosok desa-desa, ternyata harus mengalami 
penghancuran pasca peristiwa 30 September 1965. Organisasi perempuan yang 
independen ini dituduh menjadi ormas PKI. Lebih kejam lagi anggota Gerwani 
dijebloskan ke penjara-penjara dan ada beberapa yang dibunuh tanpa melalui 
proses pengadilan.

Penghancuran secara sistematis Gerwani sebagai organisasi wanita dijadikan 
stigmatisasi tidak berakhlak dan bejat dengan cara menyajikan tarian “Harum 
Bunga menyilet alat vital para Jendral di Lubang Buaya” sungguh suatu 
penghancuran yang amat sukses dilakukan oleh rejim Orde Baru. Sejak saat itu 
Gerwani serta keluarganya amat dibenci oleh seluruh lapisan masyarakat. Tak 
pelak ketika seorang anggota Gerwani bebas dari penjara amat terpukul dan tidak 
bisa berkata-kata ketika seorang anaknya bertanya “Bu, mengapa ibu menjadi 
anggota organisasi yang begitu bejat akhlaknya dan menghancurkan negara? Apa 
ibu juga pelacur? Kata orang-orang semua anggota Gerwani pelacur dan 
perempuan-perempuan jahat?”.

Peristiwa itu sudah empat puluh satu tahun yang lampau, akan tetapi kebencian 
terhadap anggota Gerwani belum sirna. Masih ada anggota masyarakat yang anti 
kepadanya sekalipun ia sudah renta. Mereka adalah saudara kita bagian dari 
bangsa ini, yang telah berjasa mengisi visi dan misi perjuangan Kemerdekaan 
Indonesia dari penjajahan kekuatan Imperialisme. Oleh karena itu Lembaga sastra 
Pembebasan bersedia menerbitkan tulisan Ria Susanti wartawati Harian Sinar 
Harapan tentang kisah hidup 13 Ibu-Ibu Korban peristiwa 30 September 1965 
dengan maksud mendokumentasikan kisah –kisah tersebut hingga dapat berguna 
suatu hari kelak untuk mengungkap Kebenaran dan Pelurusan Sejarah Gerakan 
Wanita Indonesia.



Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ 
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 

      
http://www.geocities.com/herilatief/
  [EMAIL PROTECTED]
  http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 
  Informasi tentang KUDETA 65/Coup d'etat '65 
Klik: http://www.progind.net/   

   




 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke