Gumam Kembara 91. KERETA WAKTU ibarat kereta yang laju melebihi kencang angin menderu mengaduk daun waktu mengantarku ke stasiun-stasiun peristiwa. jumlah tak terbilang tanpa peta aku menelusur jalan-jalan kota tak kukenal satu saja yang pasti bisa kulakukan : berjaga! dari sesat tahu arah kembali pulang bangkit dan kejatuhan Paris, Desember 2006 92. HURUF-HURUF DI KERTAS BURAM begitu turun kereta aku mencari alamatmu dahulu tertera di buku alamat hatiku ribuan halaman memasuki halaman mengetuk pintu perempuan lain tak kukenal keluar menyambutku berdua kami ternganga membaca sejarah sudah mengobah segala di lorong-lorong hingga stasiun kubaca kisah-kisah silam seperti huruf-huruf di kertas buram sekusam sejarah dan kereta trutuk rindu seindah sepahit apa pun tak bisa jadi dasar peta jalan hari ini Paris, Desember 2006. 93. KE RUMAH LAMA rumah itu masih ditempatnya semula. seperti sediakala menyambut kulonuwunku muncul seorang perempuan masih kukenal wajahnya kendati rambutnya warna dua dicat waktu dan peristiwa demi peristiwa -- kami bertatapan dengan bibir terkatup menahan gemetar seorang anak remaja berseragam sma melirikku -- "anak bungsuku" ujarnya lirih masih terdengar aku tersenyum pada pemuda itu menyenyumi masa silam saat aku dan ibunya pacaran di ini beranda terbayang di mataku. mungkin juga di matanya dua kereta papasan arah menyilang melengkingkan guruh dan peluit raung senyap duka orang-orang terbanting oleh sejarah dibuang "pamit ya, jeng. kereta menungguku di stasiun" Paris, Desember 2006. ------------------------------ JJ. Kusni
Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]