Pertanyaan ttg Arsitektur yang Mengindonesia

Kita, orang Indonesia, diwarisi pusparagam kebudayaan megah dan 
anggun jaman dahulu, dari masa purba megalithikum hingga masa ISlam. 
Dan, lebih membanggakan lagi ketika kita mengetahui bahwa moyang kita 
membangun kebudayaannya secara genuine, dengan kemampuan asimilasi 
yang menakjubkan akan budaya luar. Suatu kemampuan untuk menerima dan 
menyerap, mengendapkan dan mengentalkannya, menunjukkan adanya daya 
nalar, juga suatu kualitas daya tahan (termasuk kepercayaandiri akan) 
kebudayaan mereka, para moyang pendahulu kita itu. Nah, salah satu 
tinggalan budaya mereka itu ialah arsitektur, seperti candi2 dan 
keraton2. Entah apakah ilmu arsitek jaman dulu itu diteruskan hingga 
kini, ataukah ilmu arsitek (Indonesia) sekarang 
kronologi/kesinambungan sejarahnya terputus, yang jelas, arsitektur 
jaman dulu menunjukkan keunikan dari segi bentuk hingga teknik 
(Borobudur katanya dibangun dengan salah satu elemennya adalah putih 
telur, demikian juga pemautan dan penyambungan batu2nya yang khas, 
menunjukkan otentisitas budaya moyang dulu, tentu ditambah dengan 
belajar reka arsitektur dari kebudayaan lain juga, spt tsb di atas). 
Tapi, tampaknya (sekali lagi tampaknya), arsitek sekarang 
(kompletnya: ilmu arsitekrut yang diajarkan di PT-PT) tak mempelajari 
teknik2 khas itu berikut alur dan dasar (filosofi) pemikiran 
arsitektural moyang kita itu, sehingga mereka mendapat bentuknya yg 
dapat kita saksikan hingga kini, dimana mereka sukses membuat 
bangunan dengan corak, bentuk, dan teknik yang khas, dibandingkan 
dengan gaya bangunan arsitek model sekarang yang tampaknya dimana2 
serupa saja (bentuk gedung di AS dan di Indonesia, umpama, tak jauh 
beda. Tapi bentuk joglo dengan kuil pagoda jepang atau rumah panjang 
Lamin (?) di Kalimantan sudah mudah terbedakan). Yang memperhatikan 
pola bangunan kuno sepertinya sekarang ini hanyalah para arkeolog, 
budayawan, agamawan (terutama bila bangunan tsb masih memiliki fungsi 
spiritual- keagamaan). Pertanyaan saya, terutama bagi para pemerhati 
arsitektur kuno dan pendalam ilmu arsitektur pada umumnya, bagaimana 
ini; benarkah arsitek Indonesia tak mempelajari arsitektur kuno (dari 
filsafatnya, tekniknya, dan seni estetisnya) hasil karya bangsanya 
sendiri? Ada tidak jurusan arkeologi yang mempelajari khusus bentuk2 
teknik pembangunan arsitektural kuno, yang bila ada bisa berprospek 
mengembangkannya dengan dipadukan dengan ilmu arsitektur modern. 
Moyang jaman dahulu bisa belajar dan memadukan ilmu arsitek 
pribumi/lokal dengan ilmu arsitek kebudayaan lain, masak kita yang 
notabene adalah anak2 pewarisnya, yang hidup di jaman globalisasi dg 
tingkat keterbukaan dan mobilitas yang tinggi yang memungkinkan 
pertukaran dan saling belajar informasi dan ilmu, lebih tak mampu? 
Apakah itu bukannya malah suatu kemunduran? Pandangan saya, bila ilmu 
arsitek Indonesia kuno bisa dipadukan dengan ilmu arsitek modern, 
bukankah ada prospek mengembangkan ilmu arsitek Indonesia yang lebih 
berakar pada kebudayaan bangsa sendiri - Arsitektur Indonesia yang 
tak lagi tergantung pada ilmu Arsitektur Barat, tapi lebih 
memberdayakan dirinya sendiri dg ilmu arsitektur yang khas 
keindonesiaannya sendiri? Di jaman global ini, bukankah semakin khas 
suatu produk akan semakin tinggi pula nilai monetisnya (walau bukan 
untuk itu tujuan saya, melainkan untuk pengembangan peradaban 
Indonesia yang lebih khas dan berakar dalam jantung kebudayaan 
Indonesia sendiri..).

Salam dan Terimakasih

Kirim email ke