Bapak Bambang yang baik,
   
  Terimakasih atas tambahan infonya yang sangat berharga.
   
  Salam Semangat,
  MiRa
   
  Bambang Manumoyoso <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
Date: Thu, 25 Jan 2007 01:01:14 -0800 (PST)
From: Bambang Manumoyoso <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [pdimega] Fwd: BUNGLON & DULLES
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]

  Dulles bersaudara, John Fuster Duller  sebagai menteri Luar Negeri dan Allen 
Dulles sebagai Direktur CIA, bersama presiden Eisenhower terkenal dengan 
kebijakan politik luar negeri yang subversif. Dalam konteks usaha Amerika 
menjungkalkan Presiden Soekarno, mereka mem-provokasi para perwira Daerah 
semacam Kol Simbolon, LetKol Ahmad Husein dan LetKol Barlian untuk menentang 
pemerintah pusat. Simbolon/Ahmad Husein/Barlian membentuk PRRI sedangkan Kol 
Ventje Sumual dan LetKol Warouw membentuk PERMESTA. Provokasi Amerika lewat 
armada perang di Singapura/Phillipina begitu kuatnya sampai mereka yakin mampu 
mengalahkan TNI dan menjatuhkan Soekarno. Liason Officer dari kelompok 
pemberontak ini adalah Soemitro Djojohadikusumo, simpatisan PSI, yang kelak 
jadi besan presiden Soeharto. Bung Karno, sebagai bapak bangsa, meminta usaha 
damai namun Kol Nasution menentangnya. Nasution berkata bahwa pergerakan 
perwira daerah harus disikapi dengan tindakan keras. Maka dibentuklah Operasi 17
 Agustus, dengan Kol Ahmad Yani sebagai komandan operasi PRRI dan Kol GPH 
Djatikusumo untuk PERMESTA. Peritiwa PRR/Permesta sendiri ditulis oleh Prof 
Kahin, Indonesianis terkemuka dari Cornel Univ, dalam bentuk buku dengan judul 
"Subversif sebagai Politik Luar Negeri".
   
  Peristiwa PRRI/PERMESTA merupakan hasil ketidakpuasan dari peristiwa 17 
Oktober 1952, dimana Kol Nasution, didukung perwira utamanya bekas KNIL, 
mengepung istana negara dan menuntuk Presiden Soekarno untuk membubarkan 
parlemen. Bung karno menolak, dan Nasution dipecat dari KSAD  untuk seterusnya 
mendirikan IPKI yang kalah pada pemilu 1955. Konflik didalam tubuh TNI AD, 
memaksa Bung Karno, dengan jiwa besar, mengangkat kembali Nasution menjadi 
KSAD. Disinilah awal mulainya banyak pertentangan di dalam tubuh TNI AD yang 
mencapai puncaknya pada gerakan 1 Oktober 1965.
   
  Peristiwa 17 Oktober 1952 sendiri diinspirasi oleh peristiwa 4 Juni 1946, 
dimana Jendral Soedarsono komandan Divisi Diponegoro menangkap dan menahan 
Perdana Menteri Sutan Syahrir dan diteruskan  menghadap Bung Karno dan menekan 
agar memecat Syahrir dan menggantikan dengan Tan Malaka. Bung Karno menolak 
dengan tegas dan Soedarsono ditahan.
   
  Cita cita Nasution untuk membubarkan parlemen tercapai dengan gilang gemilang 
lewat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, pasca PRRI/Permesta. Lewat dekrit ini 
perwira perwira TNI AD bergerak disemua bidang mulai bisnis, menjadi direktur 
pertamina, menteri sampai menjadi anggota DPRGR. Dengan jalan ini pula cita 
cita Nasution, bekas perwira KNIL, agar TNI AD berpolitik tercapai dengan 
sempurna. Peristiwa G 30S dan susulannya G 1 Okt 1965, menjadi jalan utama 
berkuasa, dan mencapai puncaknya ketika 3 orang jendral TNI AD menghadap Bung 
Karno dan meminta SUPERSEMAR. Titik balik sejarah terjadi, Bung Karno tidak 
mampu menolak.
   
  Dari pengalaman ini, harusnya PDI-P bisa mengambil hikmah. Tampilnya SBY 
menjadi presiden lewat punggung Megawati harusnyalah dijadikan hikmah, terutama 
dalam mencalonkan mantan perwira TNI AD dalam percaturan politik lewat PDI-P.
   
  Itu kalau mau berkaca dari sejarah.
   
  nuwun,
  BM
   
   
  Mira Wijaya Kusuma <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
            Catatan Laluta:
   
  Allen W. Dulles dikenal sebagai seorang sipil pertama yang menjabat Direktur 
Central Intelligence Agency (CIA) dan menikmati jabatannya sejak tahun 1953 
sampai 1961. CIA adalah Agen Rahasia Amerika yang bertanggung jawab untuk 
mendapatkan dan menganalisa informasi mengenai Manca Negara, Perusahaan 
Multinasional dan individu. Pada Periode "Perang Dingin" CIA dikenal sebagai 
"Brain-Machine" Anti - Komunisme dengan memiliki "Peralatan Perang Rahasia" 
paling besar dan modern. Tujuan utamanya a.l. di gunakan untuk menyingkirkan 
Kepala negara Mancanegara yang dinilai "pro - Sovjet dan dianggap merugikan 
kepentingan Negara Amerika", misalnya: Jacobo Arbenz (Guatemala), Soekarno 
(Indonesia), Patrice Lumumba (Republik Demokrasi Congo), Salvador Allende 
(Chilli).
   
  Sejak tahun 1930, sebelum perang Dunia ke II , Allen dulles berperan penting 
sebagai penyalur informasi penting buat Negaranya, Amerika tentang Rejim Nazi 
(Jerman). Tapi di paska Perang Dunia ke II Allen Dulles berhasil pula membentuk 
proyek "Operasi Paperclips" dengan menanamkan para ilmuwan NAZI ke dalam 
perusahaan Amerika di bawah pimpinan "the United States Army".
   
  Selama Dulles menjabat sebagai Direktur CIA (1953 - 1961), prestasinya 
berhasil sukses dalam menemukan metode rahasia "Penyingkiran" Kepala Negara 
Mancanegara, yang tentunya di usung oleh "Peralatan Militer Rahasia" modernnya, 
misalnya a.l.  Di Iran tahun 1953 Mohammed Mossadegh (via Operation Ajax), Di 
Guatemala tahun 1954 Arbenz (Operation PBSUCCESS). 
   
  Dulles juga berperan aktif menjadi penasehat penting di "the United Fruit 
Company", yang ternyata peranan legalnya sebagai penasehat sekaligus dipakai 
pula sebagai aktivitas rahasia Pendukungan Perjuangan Anti Komunis di 
Mancanegara, dan pada khususnya untuk negara-negara Dunia ke Tiga dan Europa 
Timur. "The United Fruit Company" adalah organisasi front dari CIA yang 
berperan dalam penyerangan "The Bay of Pigs" pada bulan April 1961. 
   
  Dulles meninggal tahun 1969 namun pengaruh "Ilmu Sukses"nya tetap eksis di 
CIA maupun di lingkungan kekuatan Partai "Republican" di Amerika. Tahun 1969  
"Zapata Corporation" dibentuk oleh George H. W. Bush dengan maksud untuk 
mengontrol dan memperkuat fungsi kerja "the United Fruit Company". Nama  
"Zapata Corporation" diambil dari nama kode CIA untuk menyerang "The Bay of 
Pigs" pada bulan April 1961. 
   
  Untuk itu saya sajikan sebuah karya puisi dari Nurdiana berjudul "BUNGLON & 
DULLES", yaitu  karya ekspresi dalam merespons tokoh historicus CIA  bernama 
Allen Welsh Dulles ( 07 april 1893 - 29 januari 1969), dengan bukunya yang 
dikenal berjudul: "THE CRAFT OF INTELLIGENCE ". 
  
La Luta Continua! 
  
Su Dian <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
   
      Nurdiana: 
   
  BUNGLON & DULLES
   
  Bimasakti menjadi saksi,
  Buncah jagat di awal abad,
  Ada yang jingkrak mengunjuk gigi,
  Menepuk dada jagoan babad.
   
  Kala berhembus angin buritan,
  Bahtera maju tak tertahan,
  BUNGLON nikmat menjilat pantat,
  Puja nakhoda dan ajaran keramat.
   
  Bila prahara menerpa samudera,
  Puting beliung membanting Bahtera,
  Sang BUNGLON loncat obah wacana,
  Mengutuk Bahtera sumber bencana.
   
  Di Timur Naga di atas angin,
  BUNGLON membuta lagi culas.
  Melebihi penghasut Perang Dingin,
  Mengumbar fatwa Allen Dulles  *)
   
   
  Keterangan:
   
  *) Allen Dulles yang tokoh historis CIA, dalam bukunya THE CRAFT OF 
INTELLIGENCE menulis, bahwa Marxisme-Leninisme adalah ajaran yang menyesatkan.
   
  19-1-2007.









Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 






 
---------------------------------
Never miss an email again!
Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives. Check it out.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke