Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (1) 

Pendahuluan
Kecerdasan merupakan ciri keunggullan manusia dalam memahami , 
memutuskan dan mengantisipasi. Kecerdaasan seseorang sering tidak 
dapat difahami seketika oleh orang kebanyakan , tetapi kemudian 
menjadi kajian yang tak habis-habisnya setelah menjadi sejarah. Dalam 
perspektip ini jarak antara orang cerdas dengan orang gila sebenarnya 
sangat tipis, sehingga gagasan-gagasan orang cerdas sering dianggap 
gagasan gila. Kecerdasan seseorang memungkinkannya memiliki jarak 
pandang yang jauh, dua, tiga atau lebih dimensi, sementara orang 
kebanyakan hanya mampu melihat satu atau maksimal dua dimensi.

Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektuil), tetapi 
kecerdasan intelektual ternyata belum menjamin ketepataan keputusan, 
sehingga dewasa ini orang sudah mulai membicarakan tentang kecerdasan 
yang lain, yaitu kecerdasan emosionil dan kecerdasaan spirituil. 
Kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam kemampuan berfikir. Menurut 
Asfihani, fikiran adalah potensi yang dapat mengantar pengetahuan 
sampai kepada obyek (quwwatun mudrikatun li al `ilmi ila al ma`lum), 
sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan 
kapasitas intelektualnya. 

Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk (a) memecahkan masalah 
(problem solving), (b) mengambil keputusan (decision making) dan © 
melahirkan sesuatu yang baru (kreatifitas). Karena kecerdasan 
merupakan keunggulan maka hal itu dapat diukur kualitasnya, antara 
lain melaui metode yang digunakan (deduksi,induksi), atau dilihat 
seberapa tingkat kreatifitasnya (metode berfikir kreatip). Metode 
berfikir kreatip sering tidak bisa difahami orang lain, dan prosesnya 
melalui tahapan-tahapan, dari (a) orientasi, (b) Preparasi, © 
Inkubasi, (d) Iluminasi dan (e) Verifikasi. Orang yang bisa berfikir 
kreatip biasanya mempunyai ciri-ciri : (1) meemiliki kecerdasan 
diatas rata-rata, (2) memiliki sifat terbuka dan (3) memiliki sifat 
bebas, otonom dan percaya diri.

Jika kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam berfikir, maka 
kecerdasan emosi diwujudkan dalam merasa. Manusia memang makhluk yang 
berfikir dan merasa. Emosi nampak dalam perubahan fisik yang 
diakibatkan oleh peristiwa mental, seperti : muka merah (karena 
malu), muka pucat, tubuh gemetar, terkencing (karena takut) otot 
mengencang (karena marah) ,mata terpejam dan menangis (karena haru 
atau gembira) dan sebagainya. Emosi adalah perubahan jasmani langsung 
mengikuti persepsi mengenai kenyataan yang menggairahkan.

Dalam kehidupan, kita mengenal berbagai tipologi manusia dilihat dari 
sudut ini, misalnya ada orang yang sangat pemalu disamping yang tidak 
tahu malu, yang penakut, disamping yang pemberani, yang sangat perasa 
disamping yang sudah mati rasa atau tidak berperasaan, yang pemarah 
disamping yang penyabar. dan sebagainya. Jika kecerdasan intelektual 
bisa diasah, demikian juga kecerdasan emosi dapat dirangsang. 
Kecerdasan emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika 
menghadapi kenyataan yang menggairahkan (menyenangkan, menakutkan, 
menjengkelkan, memilukan dsb). Kemampuan pengendalian emosi itulah 
yang disebut sabar, atau sabar merupakan kunci kecerdasan emosional.

Adapun kecerdasan spirituil merupakan kualitas kehidupan ruhaniah 
seseorang dimana seseorang dimungkinkan berkomunikasi secara 
rohaniah, baik secara horizontal maupun vertikal. Memahami kecerdasan 
spirituil akan mudah jika menggunakan paradigma tasauf.

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com



Kirim email ke