Uni Eropa Harapkan Peran Internasional Indonesia Yang Lebih Aktif
   
    Oleh: Hendra Pasuhuk dari Berlin

   
  Indonesia dinilai telah berhasil melakukan transformasi demokrasi secara 
damai.
  Setelah Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi tahun 1997 dan 1998, 
Uni Eropa kemudian melakukan peninjauan ulang tentang hubungannya dengan 
Indonesia. Hal ini kemudian melahirkan kertas strategi 5 tahun yang dikeluarkan 
tahun 2002. Dalam kertas strategi itu, Uni Eropa menyatakan komitmen untuk 
membantu Indonesia terutama dalam menghadapi krisis ekonomi dan politik. Hal 
yang dulu terutama jadi sorotan adalah bagaimana Indonesia bisa mengembangkan 
pengelolaan pemerintahan yang baik, yang disebut good governance, serta 
bagaimana mengelola sumber daya alam secara efektif dan berkelanjutan.
   
  Pertemuan hari Selasa (13/03) di Berlin antara Uni Eropa dan Indonesia sudah 
bisa melangkah lebih jauh. Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier 
dalam konferensi pers usai pertemuan dengan Menlu Hassan Wirajuda menerangkan, 
ia berharap agar Indonesia yang sudah lebih stabil dan kuat, bisa ikut membantu 
menengahi berbagai konflik internasional. Indonesia sebagai negara berpenduduk 
Muslim terbesar dunia dinilai telah berhasil melakukan transformasi demokrasi 
secara damai. Steinmeier menyambut penyelesaian secara damai tanpa mengorbankan 
kedaulatan, dan berharap Indonesia tetap melanjutkan upaya penanggulangan 
korupsi secara konsisten.
   
  Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengakui, bahwa upaya menuju demokrasi 
adalah jalan yang sulit. Pemerintah harus terus-menerus meyakinkan rakyat bahwa 
demokrasi akan membawa kesejahteraan. Namun sekarang, Indonesia sudah bisa 
duduk sejajar dengan Uni Eropa dan membahas berbagai masalah internasional, 
karena Indonesia dan Uni Eropa punya nilai-nilai yang sama.
   
  "Melalui proses transformasi yang sulit, indonesia kini berhasil melakukan 
transformasi demokrasi. Indonesia dan Uni Eropa berbagi nilai-nilai yang sama, 
yaitu demokrasi, penghormatan hak asasi dan asas pluralisme. Bukan kebetulan, 
Indonesia dan Uni Eropa punya motto yang sama: "Persatuan dalam Keberagaman". 
Dan keberagaman memerlukan dialog.“ Demikian diutarakan Wirajuda.
   
  Sesuai dengan harapan Uni Eropa agar Indonesia lebih aktif di panggung 
diplomasi internasional, konsultasi di Berlin juga membahas mengenai upaya 
stabilisasi di Irak, sengketa nuklir dengan Iran dan konflik Israel-Palestina. 
Menlu Jerman Frank Walter Steinmeier meminta Indonesia untuk terus mengupayakan 
diplomasi internasional melalui berbagai forum dan badan internasional.
   
  Menlu Hassan Wirajuda menjawab, Indonesia memang sementara ini menjadi 
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan tentu akan berusaha membantu sebatas 
kapasitasnya. Wirajuda menekankan komitmen Indonesia dalam upaya penyelesaian 
konflik secara damai. Menlu Jerman Frank Walter Steinmeier mengatakan, dalam 
konsultasi tampak jelas banyak kesepahaman antara Indonesia dan Uni Eropa. 
Karena itu hubungan kedua pihak memang perlu ditingkatkan.
   
  Selanjutnya Menlu Hassan Wirajuda akan menuju kota Nürnberg untuk mengikuti 
pertemuan puncak tingkat menlu Uni Eropa dan Asean. Tema yang akan dibahas 
antara lain peningkatan hubungan dagang kedua kawasan, upaya penanggulangan 
terorisme internasional dan agenda perlindungan iklim yang sekarang sedang 
digalakkan Uni Eropa.

 
---------------------------------
TV dinner still cooling?
Check out "Tonight's Picks" on Yahoo! TV.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke