Berbagai korupsi yang menimpa mantan Kabulog/Kabulog
seperti Beddu Amang, Rahardi Ramelan, dan terakhir
Widjanarko Puspoyo menandakan bahwa hukuman bagi
koruptor itu sangat ringan.

Hingga saat ini, belum pernah ada koruptor yang
hartanya di sita.

Sebagai contoh seandainya koruptor tersebut punya 5
rumah mewah dan 5 mobil hasil korupsi. Harta tersebut
tidak disita oleh negara.

Akibatnya kabulog senang untuk melakukan korupsi yang
biasanya dilakukan lewat impor beras dengan cara
markup atau uang komisi.

Bisakah pemerintah menyita seluruh harta koruptor
termasuk rekening bank, mobil, dan rumah mewahnya?

Jika ini terjadi, maka tidak akan ada uang yang bisa
dibagi2 oleh mafia peradilan yang meliputi oknum di
kehakiman, jaksa, dan pengacara papan atas.

--- Sulistiono Kertawacana <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> 
> http://www.tempointeraktif.com/
> 
>       Edisi. 06/XXXIIIIII/02 - 8 April 2007  
>                   Laporan Utama  
>             Kisah Bedinde di Rumah Mewah
>             Penahanan Widjanarko Puspoyo dalam kasus
> sapi impor dipercaya sebagai pintu masuk bagi
> pengungkapan skandal Bulog lainnya. Selain ke
> anggota keluarga, uang ditengarai mengalir ke
> brankas partai politik.  
> 
> 
>       BEDINDE itu meninggalkan piring nasinya, lalu
> tergesa-gesa membuntuti penyidik kejaksaan yang
> melaju ke arah dapur. Di sana ia mengamati apa yang
> dilakukan si penyidik. Saat yang dibuntuti
> meninggalkan dapur, dia kembali melahap makan
> siangnya.
> 
> 
>       Begitu penyidik meluncur ke dapur lagi, si
> pembantu kembali mengawasi. Berkali-kali si penyidik
> menjenguk dapur itu, berkali-kali pula pembantu itu
> sigap mengekor. Terus-terusan dibuntuti seperti itu,
> si penyidik curiga. Apalagi saat dia berhenti di
> depan toilet, pembantu itu gemetar.
> 
> 
>       Lalu, krak, pintu toilet dibuka. Tak ada
> apa-apa kecuali tiga ember pakaian basah. Tapi,
> begitu baju di ember pertama diangkat,
> weleh-weleh..., terlihat uang bertumpuk-tumpuk. Si
> penyidik mengangkat baju di ember kedua dan ketiga.
> Amboi, isinya sama mengejutkan: tumpukan duit
> seratus ribuan. Pembantu berkeringat dingin.
> 
> 
>       Pemilik rumah dengan uang menumpuk di toilet
> itu adalah Widjanarko Puspoyo, mantan Kepala Badan
> Urusan Logistik (Bulog) yang kini masuk bui. Para
> penyidik dari Kejaksaan Agung dan Komisi
> Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah rumah itu
> dua pekan lalu.
> 
> 
>       Berita tentang tumpukan uang itu jadi omongan.
> Publik tersentak, heran dan tertawa geli. "Masuk
> dari mana uang itu? Gaji kok ditaruh di ember," kata
> Hendarman Supanji, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
> Khusus.
> 
> 
>       Hingga akhir pekan lalu, uang yang bermukim di
> toilet itu masih dihitung. "Susah menghitungnya.
> Masih banyak yang lengket," kata sumber Tempo.
> Sebagian uang itu memang basah lantaran ditindih
> baju kuyup.
> 
> 
>       Kisah penggeledahan rumah Widjanarko itu mirip
> film detektif. Semula, kejaksaan membidik mantan
> Kepala Bulog itu dengan kasus sapi impor. Tapi
> belakangan kejaksaan mendapatkan "in-fo berdaging",
> yakni soal beras Vietnam. Datanya pun sudah lengkap
> meski barang bukti belum di tangan. Itulah sebabnya
> aparat masuk melalui kasus sapi impor, dengan
> harapan di tengah jalan mereka bisa meraup bukti
> kasus beras.
> 
> 
>       Tim disiapkan. Tapi, karena jumlah penyidik
> kejaksaan terbatas, tim Komisi Pemberantasan Korupsi
> ikut membantu. Menjelang penyergapan, tim KPK sudah
> siap. Tapi, karena mereka berstatus membantu,
> kendali tetap di tangan kejaksaan. 
> 
> 
>       Dalam hal pakaian, penyidik KPK kesulitan.
> Soalnya, mereka tak punya baju cokelat-seragam
> penyidik kejaksaan. Lalu dicari akal, penyidik KPK
> diberi rompi cokelat yang ditempeli badge kejaksaan.
> "Badge-nya bahkan ditempel dengan lem Aica Aibon
> menjelang penggerebekan," kata seorang penyidik
> cekikikan. 
> 
> 
> 
>       l l l
> 
> 
>       WIDJANARKO sudah pindah dari rumah mewah itu
> ke kamar tahanan di Cipinang. Dia disangka korupsi
> dalam proyek pengadaan sapi dengan nilai Rp 11
> miliar. Proyek ini digelar pada pertengahan 2001.
> Jumlahnya 3.000 ekor sapi. Rekanan Bulog dalam
> proyek ini adalah PT Karyana, PT Lintas Nusa
> Pratama, dan PT Surya Bumi Manunggal. Mereka adalah
> rekanan lama Bulog yang terbiasa memasok sapi.
> 
> 
>       Celakanya, dari tiga perusahaan ini cuma
> Karyana yang sukses mendatangkan sapi. Dua
> perusahaan lain gagal total. Padahal Bulog sudah
> setor uang kepada Lintas Nusa Pratama Rp 5,7 miliar
> dan PT Surya Bumi Manunggal Rp 4,9 miliar. Petinggi
> dua perusahaan itu telah dipidana. Lima pegawai
> Bulog, semuanya anggota panitia pengadaan, juga
> telah diangkut ke ruangan tahanan.
> 
> 
>       Kasus sapi ini menambah panjang daftar hitam
> perusahaan yang kerap diperebutkan partai politik
> itu. Sejak berdiri pada 1967, Bulog sering mengirim
> bosnya sendiri ke kamar penjara. Dari delapan Kepala
> Bulog, empat orang sudah cium kanvas di penjara.
> Mereka adalah Beddu Amang, Rahardi Ramelan, Sapuan,
> dan Widjanarko. 
> 
> 
>       Bustanil Arifin, yang memimpin lembaga itu
> pada 1983-1993, pernah pula diperiksa dalam urusan
> pembelian tanah milik salah seorang anggota keluarga
> Cendana. Di luar para petinggi itu, sudah banyak
> pula rekanan dagang lembaga itu yang diangkut ke
> hotel prodeo.
> 
> 
>       Widjanarko sendiri, kata sumber Tempo,
> sesungguhnya sudah dilaporkan sejumlah orang ke
> Kejaksaan Agung sejak tahun lalu. Para pelapor
> adalah orang yang memahami bisnis Bulog. Yang
> dilaporkan bukan soal sapi, tapi korupsi pengadaan
> beras. Kalau laporan itu disatukan, kata sumber itu,
> "Tebalnya 30 sentimeter." 
> 
> 
>       Beras memang inti bisnis Bulog sejak berdiri
> pada 1967. Di samping menampung beras lokal, lembaga
> itu juga mengimpor beras dari luar negeri. Selama
> masa kepemimpinan Widjanarko, perusahaan itu tiap
> tahun mengimpor satu juta ton beras dengan nilai
> impor di atas Rp 1 triliun. 
> 
> 
>       Impor beras ini kerap menjadi sengketa di
> ranah politik karena pimpinan Bulog dituduh
> menyengsarakan petani lokal. Dulu sejumlah partai
> menolak impor beras dan mengancam Presiden Susilo
> Bambang Yudhoyono dengan interpelasi-walau akhirnya
> letoi di tengah jalan. 
> 
> 
>       Walau kerap dirubung kabar korupsi, belum satu
> pun petinggi Bulog yang masuk penjara karena urusan
> beras. Beddu Amang, misalnya, terjerat kasus tukar
> guling tanah dengan PT Goro Batara Sakti. Sapuan
> terjungkal karena dana Yanatera, sebuah yayasan
> milik lembaga itu. Rahardi Ramelan karena kasus dana
> nonbujeter, lalu Widjanarko karena sapi.
> 
> 
>       Sumber Tempo menuturkan, penelusuran korupsi
> beras ini selalu kepentok barang bukti. Laporan
> korupsi beras Widjanarko, misalnya, sudah ditelusuri
> ke sana-kemari semenjak tahun lalu. Sejumlah lembaga
> sudah didatangi. Bahkan sudah ada yang meluncur ke
> Vietnam, negara yang kerap memasok beras ke
> Indonesia. Karena banyak yang menutup mulut, jadilah
> laporan itu, "Tak bisa disidik karena buktinya
> kurang kuat," kata sumber itu.
> 
> 
> 
>       l l l
> 
> 
>       KEBUNTUAN itu terpecahkan dua pekan lalu. Dari
> penggeledahan di kantor Bulog, kantor PT Arden
> Bridge Indonesia milik adik Widjanarko di kawasan
> Mega Kuningan, dan rumah pribadinya, ditemukan
> sejumlah bukti kuat soal penyelewengan dalam
> pengadaan beras itu.
> 
> 
>       Widjanarko dan sejumlah anggota keluarganya
> diketahui telah menerima "salam tempel" dari Vietnam
> Southern Food Corporation, sebuah lembaga pemerintah
> Vietnam yang memasok beras ke Bulog. Uang yang
> dikirim dari negeri Ho Chi Minh itu mengalir lewat
> jalan berliku.
> 
> 
>       Semula fulus dikirim dari Bank for Foreign
> Trade of Vietnam cabang Kota Ho Chi Minh di Vietnam
> ke rekening Arden Bridges Investment di HSBC di Hong
> Kong. Setelah ditelusuri, Arden Bridges ternyata
> adalah perusahaan milik Widjokongko Puspoyo, adik
> Widjanarko, dan seorang warga negara Amerika
> Serikat. Perusahaan ini berpusat di British Virgin
> Islands di kepulauan Karibia. 
> 
> 
>       Dari Hong Kong, uang disetor ke PT Tugu Dana
> Utama. Perusahaan ini berpusat di Jakarta, milik
> Laksmi Setyanti Kamarhadi dan mantan suaminya,
> Cheong Karm Chuan, lelaki asal Vietnam. Uang itu
> masuk dalam tiga tahap pada Agustus 2002 hingga
> April 2003.
> 
> 
>       Ketika dipanggil penyidik Kejaksaan Agung dua
> pekan lalu, Laksmi mengaku tak tahu-menahu soal
> transfer dana itu. Dia dan suaminya sudah bercerai
> pada 1996 (lihat, Uang Haram, Selang Bocor). 
> 
> 
>       Dari rekening Tugu Dana Utama itu, dana
> kemudian mengalir ke PT Arden Bridges Indonesia.
> Perusahaan ini milik Widjokongko dan Widjanarko
> Puspoyo dan berkantor di kawasan Mega Kuningan,
> Jakarta Selatan-satu kompleks dengan PT Adaya
> Multikreasi Perdana, perusahaan Widjanarko Puspoyo
> lainnya. Semua perusahaan itu bernaung di bawah
> bendera Adaya Group.
> 
> 
>       Dari Arden inilah uang mengalir ke rekening
> lingkaran dalam keluarga Widjanarko: adik, istri,
> dan dua anaknya. Nah, sejumlah dokumen menyangkut
> proyek beras ini sudah disegel para penyidik.
> Dokumen itu, kata sumber Tempo, disimpan dalam
> sebuah ruangan di kantor itu. Kamar itu dikunci,
> disegel penyidik dan dijaga petugas.
> 
> 
>       Sebagian dokumen yang ditemukan di Mega
> Kuningan itu, kata sumber Tempo, "Dilarikan dari
> kantor Bulog pada 19 Maret lalu." Tapi pelarian
> dokumen itu dapat diendus penyidik. Itu sebabnya,
> ketika menggeledah dokumen soal proyek impor sapi,
> sejumlah dokumen soal impor beras itu pun ikut
> disegel. 
> 
> 
>       Setelah kasus ini meledak, orang-orang di
> sekitar Widjanarko diduga berupaya menghilangkan
> barang bukti. Selain soal dokumen Bulog yang dibawa
> ke kantor pribadi itu, tim penyidik juga memergoki
> sebuah mobil Honda City yang hendak melarikan
> dokumen ke luar kantor Bulog, Kamis dua pekan lalu.
> 
> 
>       Saat itu para penyidik hendak memeriksa ruang
> kerja Widjanarko. Begitu memasuki kawasan Bulog,
> mobil tiba-tiba menderu ke jalan raya. Para penyidik
> yang curiga lalu menghentikan sedan merah marun itu
> untuk kemudian digiring ke halaman parkir.
> 
> 
>       Dari mobil itu penyidik menemukan sejumlah
> dokumen. Mobil lalu dilepas tapi dokumen disita. Apa
> saja isi dokumen itu, para penyidik belum mau buka
> suara. Ada 12 item file yang disita dari kantor
> Bulog, di antaranya buku agenda dan tanda terima.
> Penyitaan itu sempat diprotes pengacara Bulog,
> Alamasyah Hanafiah. Penggeledahan itu, katanya,
> tidak sesuai dengan surat perintah. "Bagian
> perdagangan cengkeh dan kopi juga digeledah,"
> katanya. Tapi Hendarman Supanji berkilah, "Masak,
> kalau ada barang bukti sesuai dengan aduan,
> didiamkan saja." Dari sejumlah dokumen tersebut,
> akan ditelusuri siapa saja yang menerima duit itu.
> 
> 
> 
>       l l l
> 
> 
>       SEJUMLAH sumber menyebut dana dari Bulog
> diduga mengalir juga ke sejumlah partai politik.
> Berita aliran dana ke partai politik ini santer
> terdengar. Dana panas Bulog itu diduga dinikmati
> sejumlah partai besar. Partai politik yang merasa
> disudutkan ramai-ramai angkat suara.
> 
> 
>       Sumber Tempo menuturkan layanan ke partai itu
> biasanya dilakukan saat perhelatan besar seperti
> kongres atau muktamar. "Jumlahnya memang tidak
> besar, paling sekitar Rp 100 juta setiap acara,"
> kata sumber itu. Tapi modus seperti ini kerap
> dilakukan. 
> 
> 
>       Cahyo Kumolo, salah satu ketua Partai
> Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), membantah
> keras adanya alir-an dana Bulog ke partainya.
> Sebelum menjadi Kepala Bulog, Widjanarko memang
> duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat dari PDI
> Perjuangan. Itu sebabnya, dia diduga ikut memban-tu
> keuangan partai moncong putih itu. "Silakan kalau
> kejaksaan mau meme-riksa partai kami," kata Cahyo.
> 
> 
>       Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
> Suryadharma Ali juga mempersilakan kejaksaan
> memeriksa kas partainya. "Saya kan baru jadi Ketua
> PPP, jadi tidak tahu kalau di masa lalu terima atau
> tidak," kata Suryadharma, yang juga Menteri Koperasi
> itu.
> 
> 
>       Bantahan yang sama juga datang dari Partai
> Demokrat. "Terlalu dini menyimpulan ada aliran dana
> ke partai kami," kata Darwin Zahedy Saleh, ketua
> bidang ekonomi partai itu. 
> 
> 
>       Untuk membuktikannya memang perlu penelusuran
> serius. Selain mengikuti aliran uang itu, audit
> keuangan partai-partai itu juga bisa menjawab apakah
> partai politik kerap meminta dana ke Bulog dan
> keciprat fulus dari Vietnam itu. 
> 
> 
>       Seorang sumber menuturkan, selain aliran dana
> ke keluarga Widjanarko itu, diduga ada lagi aliran
> dana dari Vietnam yang ditujukan kepada orang
> penting di Indonesia. Siapa mereka, "Yah, orang yang
> tak jauh-jauh dari urusan impor beras dari Vietnam
> itu," kata sumber tersebut.
> 
> 
>       Repotnya, yang bisa membuka siapa saja
> penerima dana itu cuma Vietnam Southern Food
> Corporation, si pemasok beras. Sumber ini mendesak
> agar penyidik merayu petinggi kantor itu. "Desak
> mereka agar membuka data aliran dana itu," katanya.
> 
> 
>       Wenseslaus Manggut,Wahyu Dyamitka, dan Imron
> Rosyid (Solo)
>      
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id


 
____________________________________________________________________________________
Bored stiff? Loosen up... 
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.
http://games.yahoo.com/games/front

Kirim email ke