PWI DAN IJTI PERLU SEGERA DEKLARASIKAN DIRI 
SEBAGAI SERIKAT PEKERJA JURNALIS?

Oleh Satrio Arismunandar

Saya bertemu dengan Bambang Harymurti (BHM), wartawan senior Majalah Tempo, 
pada hari Rabu (4 April 2007) di Jakarta. Kebetulan saya, BHM, dan sejumlah 
rekan media lain diundang menghadiri Diskusi Terbatas Kebebasan Pers: “KPI Baru 
dan Tantangan Demokratisasi Dunia Penyiaran.” Acara ini diselenggarakan bersama 
oleh AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan Yayasan SET, dengan dukungan 
USAID-DRSP (Democratic Reform Support Program).

BHM menceritakan, dia belum lama ini mendesak pimpinan PWI (Persatuan Wartawan 
Indonesia), agar PWI segera mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja 
jurnalis, seperti AJI. Alasannya, kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan 
jurnalis saat ini sudah begitu mendesak. Kalau PWI, AJI dan banyak organisasi 
jurnalis lain secara tegas sudah mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja, 
mereka bisa mendesak para pemilik media, untuk memberi gaji yang lebih layak 
dan manusiawi pada para jurnalisnya.  

Selama ini, kampanye “Tolak Amplop” yang dilakukan AJI, agar para jurnalis bisa 
bertugas secara profesional, bermartabat, dan tidak diperalat oleh narasumber 
(pemberi amplop), pada praktiknya menjadi kurang efektif. Pasalnya, banyak 
pemilik media –khususnya di daerah-daerah-- tidak memberi gaji yang layak 
kepada jurnalis. Tekanan kebutuhan hidup bisa membuat para jurnalis, yang 
semula mau bersikap idealis, akhirnya “berkompromi dengan realita.” Tekanan 
kebutuhan hidup ini akan semakin terasa bagi jurnalis, yang kebetulan sudah 
berkeluarga dan memiliki sejumlah anak.

“Kalau begitu, kupikir bukan cuma PWI, tetapi IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi 
Indonesia) juga perlu mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja,” kata saya 
pada BHM.
“Ya, betul. IJTI juga perlu ikut,” sahutnya.

Namun, jika mendengar sebutan “serikat pekerja,” para pemilik media biasanya 
akan langsung alergi atau was-was. Maka, pada tahap awal ini, BHM mengusulkan 
agar PWI sebagai serikat pekerja nanti berhubungan baik atau menjalin 
“kemitraan” dengan SPS (Serikat Penerbit Suratkabar), yang notabene merupakan 
organisasi para pemilik media. 

Jadi, misalnya, para jurnalis atau pekerja pers nanti tidak bisa seenaknya 
melancarkan mogok kerja, jika ada sengketa dengan pemilik media. Semua kasus 
ketenagakerjaan harus dibicarakan secara baik-baik, dengan pendekatan 
keuntungan dan benefit untuk kedua pihak (karyawan/jurnalis dan pemilik media). 
Tidak boleh menang-menangan. Karena, jika kelangsungan hidup perusahaan sampai 
terganggu, kesejahteraan dan nafkah para jurnalis dan karyawan di dalamnya juga 
akan terancam.

“Dalam konteks itu, kalau memang mau jadi serikat pekerja, IJTI nanti juga 
harus menjalin hubungan baik dengan ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta 
Indonesia),” ujar saya. BHM mengiyakan.

Nah, kalau begitu, sekarang berpulang pada para pimpinan PWI dan IJTI, apakah 
mereka mau mengikuti imbauan dan saran ini. Upaya organisasi-organisasi profesi 
jurnalis, untuk menjadikan para anggotanya sebagai jurnalis profesional, 
rasanya tak akan efektif jika tidak diimbangi dengan langkah-langkah lain. 
Yaitu, perhatian dan langkah-langkah konkret, yang lebih terfokus pada aspek 
peningkatan kesejahteraan jurnalis.  Salah satunya, menjadikan PWI dan IJTI 
sebagai serikat pekerja, seperti AJI.

Depok, 6 April 2007

 
Satrio Arismunandar 
Producer - News Division, Trans TV, Floor 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184627
 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com 
 
"If you know how to die, you know how to live..."

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Reply via email to