Udah lama ga liat milis ini.. jadi pengen nimbrung ini.

Kalau di Jepang, tipikal rumah tangga umumnya dikendalikan istri.
Seperti yang ditulis mas Akmal: beli rumah, mobil, sekolah anak,
tempat liburan, dsb biasanya istri yang memutuskan. Bahkan hal2 yang
kecil: langganan operator HP mana, uang saku suami dan anak, asuransi
yg dibeli, pakaian, dll kebanyakan para istri yang menentukan. Suami
nunut aja.

Profesor saya yang sudah sangat senior, malang melintang dapat
penghargaan dari pemerintah Jepang maupun LN, ketika saya tanya alasan
dia memakai operator HP tertentu, sambil tertawa jawabnya: fau,
direktur perusahaan tsb adalah suami dari sahabat istri saya. Juga
asuransi dan mobil yang kami beli, kebetulan direkturnya adalah teman
istri saya. Dan semua keputusan ada di tangan istri saya. Saya sih
tinggal pake aja.. 

Kalau buat saya sih yang bikin saya repot saya serahkan ke suami, saya
kasih tau saja preferensi saya. Yang saya suka ngurusnya, biar saya yg
urus. Contohnya ngurus keuangan RT saya males, tapi ngabisin uang saya
suka hehehehe.... :D  

Umumnya semua hal intinya berembug, tinggal eksekutornya aja yang
gantian ... 


salam,

fau


--- In ppiindia@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Great, brother!
> 
> Salam
> 
> Danardono
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Akmal N. Basral" <anb99@> wrote:
> >
> > 
> > sebetulnya hasil studi-studi terbaru tentang hubungan dyadic 
> (duaan) 
> > antara lelaki-perempuan dalam sebuah relasi yang cukup intens, 
> tidak 
> > lagi menafsirkan lelaki dan perempuan hanya sebagai nomina, atau 
> > sebagai identitas gender.
> > 
> > lelaki dan perempuan mewujud dalam karakter maskulin dan feminin 
> > yang bisa saja dimiliki oleh jenis kelamin berbeda. jadi seorang 
> > lelaki tak selalu maskulin, sebagaimana juga seorang wanita tak 
> > selalu feminin. proporsi kadar maskulinitas-femininitas itu selalu 
> > ada dalam sebuah individu dalam takaran yang bervariasi.
> > 
> > biasanya karakter itulah yang lebih berperan dalam menentukan 
> siapa 
> > yang lebih mendominasi dalam sebuah hubungan. 
> > 
> > seloroh tentang isti (ikatan suami takut istri), merupakan salah 
> > satu contoh paling terang dari kecenderungan penjelasan terbaru 
> itu. 
> > jika maskulinitas disetarakan dengan sifat yang lebih dominan, 
> > agresif, mengatur, ketimbang femininitas yang dianggap lebih 
> > kompromistis, mengalah, dan menghindari konfrontasi, maka pada 
> > kasus "isti" itu terlihat maskulinitas tidak selalu berada di 
> pihak 
> > suami.
> > 
> > lebih dari itu, dominasi ini mau ditakar dari indikator apa? kalau 
> > pada fungsi pengambilan keputusan (decion making) dalam sebuah 
> > pasangan, biasanya hal itu berada di tangan sang istri, misalnya: 
> > mau ambil rumah/kendaraan di mana atau jenis apa? menyekolahkan 
> anak 
> > di mana? dan hal-hal strategis semacam itu. suami sering hanya 
> > menjadi influencer, tapi pemetok palu jadi atau tidaknya sebuah 
> > keputusan dieksekusi berada di tangan perempuan. ini yang dipahami 
> > betul oleh para marketer kontemporer.
> > 


Kirim email ke