bismi-lLah wa-lhamdu li-lLah wa-shshalatu wa-ssalamu 'ala rasuli-lLah
wa 'ala alihi wa ashhabihi wa ma-wwalah, 
amma ba'd, assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH.

bagi2 kiriman nech.
silah.
mudah2an berkenan.

wa bi-lLahi-ttaufiq wa-lhidayah, subhanaka-lLahumma wa bihamdiKa
asyhadu alla Ilaha illa Anta, astaghfiruKa wa atubu ilaiK. 
wassalamu 'alaikum

Malahayati, RA Kartini, Publikasi dan Imajinasi Chusnul Ma 
Posted by: "H. M. Nur Abdurrahman" [EMAIL PROTECTED]   

Fri Apr 20, 2007 5:08 pm (PST) 

Makassar, 21 April 2007
Wassalam
HMNA

************ ********* ********* ********* ********* ********* ********

BISMILLA-HIRRAHMA- NIRRAHIYM
http://www.bismillah.co.nr
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
473. Malahayati, RA Kartini, Publikasi dan Imajinasi Chusnul Mariyah

Malahayati, jelas itu nama perempuan. Siapa dia? Tidak begitu dikenal
umum. Mengapa? Hampir tidak pernah dipublikasikan melalui media
bertulis maupun media bertayang. Saya yakin bahwa banyak di antara
pembaca yang baru membaca namanya pada judul di atas. Malahayati hanya
dikenal dalam lingkuangan terbatas, yaitu di Perhubungan Laut dan di
TNI Angkatan Laut. Malahayati adalah nama sebuah kapal perang RI. Dalam
kalangan sipil hanya dikenal sebatas Perhubungan Laut, yaitu nama
sebuah pelabuhan di Aceh (jarang sekali termaktub dalam peta, jadi
hanya dikenal sebatas oleh kalangan masyarakat Aceh saja).

RA Kartini, siapa yang tidak kenal! Mengapa? Karena buah pikirannya
berupa surat-surat yang dikirim kepada Ny. Abendanon di negeri Belanda
tersebar oleh publikasi. Bahkan setiap 21 April diekspos oleh media
bertulis maupun media bertayang, sering diiringi pula publikasi melalui
media bernada: "Raden Ajeng Kartini puteri sejati. Putri Indonesia
harum namanya. 

Imajinasi Chusnul Maria, apa itu? Chusnul Mariyah memberikan komentar
(baca: imajinasi) tentang RUU Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam
yang memberlakukan Syari'at Islam. Bagaimana bunyi imajinasi itu?
Bacalah The Jakarta Post, April 27, 2001. Begini bunyinya: "Experts
warned House of Representatives legislators on Thursday of
constitutional offenses resulting from the adoption of special autonomy
status in Aceh, based on a bill currently being deliberated by the
lawmakers. Chusnul criticized the possibility of implementing Islamic
Law in the province, saying many problems would arise as a result. 'I
am not against Islamic law, but we have to admit that such a law could
lead to violence against women, who make up 75 percent of the whole
Acehnese population,' Chusnul said." 

Demikianlah imajinasi Chusnul. Saya berani mengatakan imajinasi oleh
karena pernyataan itu tidak bertumpu di atas Nash, yaitu Al Quran dan
Al Hadits, dan juga tidak bertopang pada dunia empiris Kerajaan Aceh
yang memberlakukan Syari'at Islam, sebelum penjajahan Belanda.
(Perlawanan Aceh terhadap Belanda baru berakhir tahun 1937). Patut
diduga (meminjam ungkapan Memo I) bahwa sungguh-sungguh (meminjam
ungkapan Tap MPR) Chusnul menyangka bahwa "filosofi" media nada Sabda
Alam: "Wanita dijajah pria sejak dulu" berasal dari Syari'at Islam.
Maka ia berkata: "Saya tidak menetang Syari'at Islam, namun kita harus
mengakui bahwa Syari'ah itu dapat menggiring ke arah kekerasan terhadap
perempuan, yang meliputi 75% dari seluruh penduduk Aceh." Sudah sangat
sering dipublikasikan bahwa menurut Nash, perempuan sangatlah
dilindungi oleh Syari'ah. Oleh sebab itu akan dikemukakan dari segi
empirisnya saja, seperti di bawah ini.

***

Kerajaan Aceh dikenal dengan nama Samudra oleh Marco Polo, yang
mengunjungi negeri itu dalam tahun 1292. Padahal Samudra hanyalah nama
salah satu dari enam buah pelabuhan-niaga di bagian utara Kerajaan
Aceh. Dari kata Samudra inilah berasal nama Sumatera. Pada tahun 1586,
armada Angkatan Laut Kerajaan Aceh, yang panglimanya adalah seorang
perempuan, yaitu Laksamana Malahayati menjerang Portugis di Malaka
dengan kekuatan yang terdiri dari 500 buah kapal perang dengan 60,000
"marinir". (Seperti diketahui Malaka diduduki oleh Portugis sejak tahun
1511). Laksamana Malahayati tercatat pula memimpin perang melawan
kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599.
Dalam buku "Vrouwelijke Admiral Malahayati", penulis wanita Belanda
Marie van Zuchtelen menyebutkan bahwa armada ini terdiri dari sekitar
2000 prajurit perempuan yang gagah, tangkas dan berani, yang terdiri
dari janda-janda (inong bale) pahlawan yang telah tewas.

Pada permulaan abad ke-20 tercatat dua pahlawan perempuan dari Kerajaan
Aceh, yaitu Cut Nyak Din dan Cut Meutia. Sangatlah picik horison
pengethuaannya kalau masih ada yang tidak kenal Cut Nyak Dhin. Eros
Djarot telah memperkenalkannya melalui film berjudul Cut Nyak Dhin.(*)
Akan halnya Cut Meutia, boleh jadi masih banyak yang belum pernah
mendengar namanya. Ironis memang, bahwa Exxon Mobil Corp. yang mengolah
gas alam (dari sumur-sumur gas alam di daerah Arun) menjadi gas alam
dicairkan (liquefied natural-gas, LNG) jauh lebih dikenal dari Cut
Meutia. Padahal daerah Arun ini menjadi medan tempur perlawanan gerilya
Aceh terhadap Belanda pada permulaan abad ke-20. Di daerah Arun inilah
Cut Meutia syahid dalam perang bersosoh dengan tentera Belanda rencong
versus pedang, disaksikan dari atas dahan pohon oleh Teuku Raja Sabi,
putera Cut Meutia yang masih bocah. Teuku Raja Sabi di bawah bimbingan
ayah tirinya, Pang Nanggroe, meneruskan perlawanan gerilya hingga tahun
1937. Di Arun inilah berdiri rumah panggung Cut Meutia yang menjadi
obyek wisata sejarah. Mudah-mudahan rumah panggung itu masih berdiri
hingga dewasa ini.

Dari dunia empiris Kerajaan Aceh tersebut menunjukkan bahwa Syari'at
Islam memberikan hak yang sama, tak terkecuali hak untuk mendapatkan
pendidikan, kepada laki-laki dan perempuan, alhasil tidak ada masalah
gender. Perempuanpun dapat menjadi Panglima Angkatan Laut, pemimpin
gerilya, jika ia terdidik dan kapabel untuk itu, seperti halnya dengan
Malahayati, Cut Nyak Din dan Cut Meutia. Maka ucapan Chusnul di The
Jakarta Port itu sungguh-sungguh imajinasi.

***

Firman Allah SWT (demi keotentikan, transliterasi huruf demi huruf): 
-- A'ADLWA HW AQRB LLTQWY (S. ALMA^DT, 8), dibaca: 
-- I'dilu- huwa aqrabu littaqwa- (s. alma-idah), artinya: 
-- Berlaku adillah, (adil) itu lebih dekat kepada taqwa (5:8). 

Dalam konteks ini publikasi informasipun diperintahkan Allah SWT supaya
adil merata. Pahlawan perempuan, pendekar bangsa tidak hanya sebatas di
Jawa saja, dalam arti di samping RA Kartini yang mulia harum namanya,
pendekar bangsa, haruslah pula marak dipublikasikan pahlawan-pahlawan
perempuan di luar Jawa. Keadilan bukan hanya dalam pembagian rezeki
antara pusat dengan daerah, akan tetapi juga dalam hal martabat dan
kemuliaan. WaLlahu A'lamu bi Al Shawa-b.

Makassar
[H.Muh.Nur Abdurrahman]

"Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal"

Leo Imanov
Abdu-lLah
AllahsSlave
phone: +49 241 1 89 93 69
mobile: +49 1 76 63 01 56 79


      ___________________________________________________________
Yahoo! Answers - Got a question? Someone out there knows the answer. Try it
now.
http://uk.answers.yahoo.com/

Kirim email ke