Menurut saya pemerintah langsung saja mengganti rumah,
tanah, dan sawah rakyat yang tergenang lumpur.

Toh biayanya paling rp 0,5 - 1 T. Ini relatif kecil
ketimbang APBN yang lebih dari rp 660 Trilyun di mana
rp 400 trilyun lebih berasal dari pajak rakyat.

Nanti kalau semburan lumpur sudah berhenti, pemerintah
bisa menjual kembali.

Meski pemerintah harus menagih ganti rugi dari
Lapindo, tapi kalau Lapindo tidak punya uang apa
rakyat harus terkatung-katung?

Yang jelas rakyat tidak boleh terkatung-katung. Ada
pun Lapindo, jika tak mampu bayar, ya pemiliknya harus
dipidanakan.

Saya heran juga dengan Mensos Bachtiar Chamsyah yang
katanya bekerja hingga malam. Kasus Lapindo terjadi
bulan Mei 2006. Kok hampir setahun rakyat belum dapat
ganti rugi? Harusnya maksimal sebulan juga sudah kelar
kalau ada kemauan baik dari pemerintah.

Ini menandakan pemerintah kurang cerdas dan cepat
dalam bertindak. Atau mungkin tidak peduli.

Untuk urusan uang laptop buat DPR dan fasilitas
pejabat lainnya bisa cepat. Tapi buat rakyat kok susah
sekali uang pemerintah itu mengalir?

--- IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Membela rakyat Sidoarjo yang terkena musibah gak
> menghasilkan uang..
> yang ada malah cuma ngabisin uang/materi/tenaga..
> :-P
> 
> Kepada siapa Pemerintah mengabdi? Kepada para
> 'pemodal'?
> CMIIW..
> 
> Wassalam,
> 
> Irwan.K
> 
> ---------- Forwarded message ----------
> From: budi satria <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Apr 24, 2007 11:28 AM
> Subject: Re: Kepada Siapa Pemerintah Mengabdi?
> 
> Presiden SBY Yth,
> 
> Anda (mohon maaf-simpati saya sedikit hilang untuk
> menyebut Bapak) telah
> dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia untuk
> menjadi Presiden, khusunya
> sebagian masyarakat Jawa Timur tempat asal anda.
> Adalah tugas anda untuk
> mengabdi dan melayani hajat hidup rakyat, terlebih
> lagi kewajiban anda yg
> sangat mutlak untuk membantu warganya yang tertimpa
> musibah.
> Saya sangat heran dan tidak habis mengerti, mengapa
> anda sebagai kepala
> negara seperti tidak bisa berpikir dan bertindak
> demi dan atas nama rakyat
> yg menjadi korban supaya menindak dan memerintahkan
> PT. Lapindo untuk segera
> mengganti kerugian materil dan moril kepada korban
> lumpur LAPINDO?
> Mengapa?
> Kepada siapa lagi kami mengadu jika bukan kepada
> anda sebagai presiden, kami
> meminta janji anda persis yg anda ucapkan ketika
> kampanye dulu.
> Janji anda adalah hutang,
> Kami memohon nurani anda!
> 
> salam berantas korupsi - tegakkan demokrasi
> salam jangan salah plih pemimpin nasional yg tebar
> pesona dan janji
> 
> ibud
> 
> Yuliati Soebeno <[EMAIL PROTECTED]
> <yuliati_soeb%40yahoo.com>> wrote:
> Presiden SBY Yth,
> 
> Orang-orang yang terkena musibah Lumpur LAPINDO ini
> kan orang-orang dari
> Jawa Timur? Kenapa bapak yang juga dari Jawa Timur,
> tidak sedikitpun
> menunjuk-kan rasa "emphaty" bapak kepada warga Jawa
> Timur tersebut?
> 
> Memang mereka seharusnya mendatangi
> perusahaan-perusahaan yang telah
> mengakibatkan kehancuran kehidupan sehari-hari
> mereka?
> Tetapi sebagai "Bapak" yang di-ingin-kan bisa
> melindungi rakyat nya
> diseluruh Indonesia ini, mengapa Bapak Presiden
> tidak menyempatkan, walau
> hanya 5 menit saja, untuk menyapa para warga Jawa
> Timur, ini?
> Dan menerangkan bagaimana tindakan yang harus
> diselesaikan oleh para pemilik
> saham dan pendiri LAPINDO, tersebut?
> 
> Mohon penjelasan,
> 
> Yuli
> 
> ---------- Forwarded message ----------
> From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Apr 23, 2007 3:31 PM
> Subject: Kepada Siapa Pemerintah Mengabdi?
> 
>
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0704/21/Politikhukum/3469277.htm
> ===========================
> 
> Kalau mata sudah ditutup rapat siapa sanggup
> membukanya? Jika telinga
> sudah disumbat rapat, teriakan pun tidak mampu
> membuatnya mendengar.
> Kalau sudah demikian siapa mau peduli?
> 
> Tangan Yohanes Imam Suwadi (72) bergetar. Bukan
> karena tangan renta
> itu tak mampu menahan pengeras suara, tetapi ia
> berusaha menahan emosi
> yang menggelegak dalam dadanya.
> 
> Semua yang ada dalam ruang seluas lebih kurang 160
> meter persegi,
> auditorium Universitas Paramadina Jakarta, mendengar
> terdiam. Dalam
> suaranya yang keras, tersimpan isak yang tertahan.
> "Kami korban
> luberan lumpur PT Lapindo Brantas merasa diabaikan,"
> tuturnya.
> 
> Empat hari lalu mereka tiba di Jakarta dengan
> menggunakan berbagai
> alat transportasi umum. Cara itu dilakukan agar niat
> mereka mencapai
> Jakarta dan bertemu Presiden Susilo Bambang
> Yudhoyono tercapai.
> 
> Namun, sejak empat hari lalu nasib baik dan niat
> mereka tidak
> membuahkan harapan baru. Sebaliknya, rasa sakit hati
> justru makin
> menyesakkan hati mereka. Presiden ternyata tidak
> berkenan menemui mereka.
> 
> Padahal, mereka ingin menjelaskan kembali kepada
> Presiden bahwa
> kelalaian eksplorasi Lapindo Brantas Inc telah
> menyebabkan puluhan
> warga di sekitar luberan terganggu jiwanya,
> kehilangan keluarga dan
> masa depan. "Ada yang pada malam hari tiba-tiba
> keluar dari tenda,
> membawa kalkulator dan tiba-tiba tertawa sambil
> melihat ke arah
> tanggul penahan lumpur," kata Imam.
> 
> Tunjangan hidup yang mereka terima tinggal dua bulan
> lagi dan hingga
> saat ini proses ganti rugi belum juga jelas. Bayang
> hitam akan masa
> depan yang kelam itulah yang ingin mereka sampaikan
> kepada Presiden.
> 
> Namun, hingga saat ini Presiden tetap tidak mau
> menemui mereka.
> Penolakan itu membuahkan gugatan. Mereka tidak lagi
> percaya kepada
> Presiden. Mereka tidak lagi percaya kepada yang
> mereka pilih. Sebagai
> warga bangsa yang tengah mencari keadilan dan jalan
> bagi masa depan,
> mereka diabaikan.
> 
> Niat mereka sudah bulat, harus bertemu Presiden.
> Jika tidak, mereka
> akan tetap tinggal di Jakarta. "Lagi pula jika kami
> pulang ke
> Surabaya, kami sudah tidak memiliki apa-apa. Untuk
> itu, kami akan
> terus memperjuangkan niat kami ini hingga Presiden
> bersedia menemui
> kami," tutur Imam lagi.
> 
> Sihono, warga Perumtas 1 Sidoarjo membenarkan hal
> itu. "Bahkan
> ibaratnya kami ini sudah meninggal," katanya.
> 
> Baginya pemerintah seolah tidak lagi menganggap
> mereka. Ia kecewa
> dengan pemerintah yang dianggapnya lebih
> mementingkan pengusaha. Tidak
> mengherankan, saat bertandang ke Universitas
> Paramadina, Jakarta,
> Kamis (19/4), terlontar pernyataan bernada sinis
> atas sikap pemerintah
> itu.
> 
> Dua hari lalu, saat bertemu dengan dua perwakilan
> korban luberan
> lumpur panas itu, Ketua Umum Pengurus Besar
> Nahdlatul Ulama KH Hasyim
> Muzadi mengatakan, sebaiknya untuk mengatasi masalah
> luberan lumpur
> itu, Presiden harus bertindak sebagai kepala negara
> dan bukan sebagai
> kepala pemerintahan.
> 
> Dengan bertindak sebagai kepala negara, Presiden
> Yudhoyono harus
> berlaku sebagai bapak bangsa yang memberikan solusi
> atas masalah
> rakyatnya.
> 
> Dan, waktu yang akan menunjukkan sebagai apa
> Presiden menempatkan
> dirinya dalam perkara itu. Rakyat membutuhkan
> keberpihakan konkret dan
> bukan janji dan niat baik saja.
> 
> (B Josie Susilo Hardianto/ M Zaid Wahyudi)
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke