sebuah tajuk yang menarik,

    ada tanggapan buat mas Nizami dan buat mbak Aris:

    * buat mas Nizami:
    ------------------

    =>  Mungkin yang dimaksud mas Nizami di bawah ini
        adalah merekam pembicaraan telephone secara
        "legal" ke/dari kantor sendiri. Barangkali
        sistemnya mirip seperti yang di bawah ini?

<http://www.nch.com.au/hardware/setup/callrec/multipleanalog.html>

    => Kalau untuk para pejabat tinggi negara - apalagi
       setingkat presiden/wakil presiden, dan juga para
       menteri, seharusnya sudah menggunakan apa yang 
       disebut sebagai "secure telephone", di mana sinyal
       suara/percakapan analog di konversi ke sinyal
       digital kemudian di "sandi" ( di enkripsi ),
       sehingga meskipun sinyal ini bisa di pick-up/tap
       oleh orang ( yang tidak berhak ), yang bersangkutan
       tidak akan bisa mendengar suara percakapan aslinya
       - kecuali derau/noise - saja, kecuali jika dia tahu
       *-kunci rahasia-* untuk membuka sandi (dekripsi) 
       sinyal tersebut.

       Tahun 1997 kolega saya di Indonesia sudah membuat 
       bbrp. prototip pesawat telepon 'anti-sadap' 
       (secure telephone handset) semacam ini - sayang, 
       waktu itu nampaknya belum punya konsep pemasaran 
       yang bagus, sehingga ( nampaknya ) tidak ada 
       kelanjutannya (?).

       Ngomong-ngomong, menurut nararti di internet,
       pemerintah amerika sudah mengembangkan standar 
       sendiri untuk sistem secure-telephony bagi
       kalangan pemerintah amerika yang dikembangkan
       oleh NSA ( National Security Agency ). Sejak
       1987 sudah ada 2 atau 3 generasi standar
       secure telephony semacam ini: STU-III (1987)
       yang lalu digantikan dengan SCIP (2001) dan
       STE (2004).

       <http://en.wikipedia.org/wiki/Secure_telephone>

                            ***

       Tapi saya sependapat dengan mas Nizami, sebaiknya
       setidak-2 nya Indonesia punya satu 'flag-ship'
       perusahaan telekomunikasi yang sahamnya benar-2
       dikuasai bangsa sendiri.

       
    * buat mbak Aris:
    -----------------

    => handphone hanya akan mengolah dan memancarkan 
       sinyal yang membawa sinyal suara/pembicaraan
       yang ditangkap oleh microphone nya pada
       saat handphone tersebut memang sedang dipakai
       yaitu setelah kita menekan tombol "call"
       ( tentu saja setelah sebelumnya memasukkan
         nomor telepon yang dituju ). 

       Hal ini, karena sewaktu kondisi "standby", 
       memang sebagian besar rangkaian pengolah 
       sinyal - misalnya amplifier - nya
       sengaja "dimatikan" - supaya menghemat 
       energi listrik / menghemat battery.

       Apalagi kalau handy nya dimatikan, bisa
       dipastikan seluruh rangkaian pengolahan
       sinyalnya dalam keadaan mati - dalam 
       keadaan ini handy kita tidak ubahnya
       seperti sebuah kotak sabun saja :-)

                      ***

       kecuali jika kita ini memang dianggap
       'orang penting', lalu didalamnya (secara
       diam-diam) dipasangi pernik-pernik
       tambahan penyadap suara.

                      ***

       Peluang penyadapan-nya tentu saja adalah
       pada saat handy tersebut kita pakai
       untuk berkomunikasi :-).

       Tapi sekali lagi, meskipun seandainya ada
       orang ikut 'nguping' sinyal radio dari handy 
       kita, (seharusnya) dia tidak akan bisa
       mendengarkan suara asli kita, karena sinyal
       digital suara kita juga sudah di sandi (encrypted).
 
       fasilitas penyandian ini sudah menjadi bagian  
       dari sistem komunikasi seluler teknologi GSM,
       yang disebut sebagai algoritma A3, A5, dan A8:

http://www.hackcanada.com/blackcrawl/cell/gsm/gsm-secur/gsm-secur.html
       
       Teknologi yang menggunakan CDMA yang menggunakan
       metode spread-spectrum menambahkan aspek keamanan
       ( security - antisadap ) ini:

http://www.uktelematicsonline.co.uk/html/wireless_wan_s.html

       Tapi tentu saja semua tindakan pengamanan / security
       measures pada dasarnya bisa di 'bongkar', jika si
       pembongkar punya peralatan dengan computing-power
       yang besar. Setidak-2 nya security measures akan
       memberikan 'barrier' - memaksa si penyadap invest
       beaya/teknologi yang tinggi untuk itu.

                      ***

       Soal film mengenai dunia intelijen,
       mungkin yang dimaksud mbak Aris adalah
       film "State-enemy" di mana Gene Hackman
       & Will Smith :). Emang film menarik.

       Tapi kalau yang difilm ini kan memang si
       'korban' - mas Will Smith yang dimata-matai
       oleh agen-agen NSA memang sudah di tempeli
       'bug' ( pernik-pernik  penyadap ) : di ballpoint
       nya, di sepatunya, di jepitan dasinya dsb ... :)

                        ***

       Monggo kalau ada rekan-2 yang akan menambahkan
       /memberikan koreksi.

       ----( IM )---------------------


--- aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Mas Nizami dan dkk ahli IT,
>
>   Menarik, bolehkah saya bertanya (kalau ini 
>   bukan ngeles, serius nanya), Apakah Handphone 
>   yang aktif/nyala, tapi nggak digunakan untuk 
>   telpon/sms dll, maka pembicaraan di sekitar 
>   area tempat HP saat itu bisa juga disadap? 
>   Bagaimana cara metodenya?
>    
>   Terus, apakah mematikan HP sudah cukup untuk 
>   menghilangkan peluang penyadapan? Atau ada 
>   metode lain?
>    
>   saya jadi teringat film Enemy State/Country, 
>   keberadaan orang bisa dilacak dari benda-benda 
>   elektronik yang memancarkan gelombang elektromagnetik
>   disekitarnya.
>    
>   Terima kasih,
>   salam hangat,
>   aris
>   
> 
> A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sebagai orang IT, saya paham bahwa kita 
> dengan mudah menyadap percakapan telpon. 
> Apalagi jika kita menguasai perusahaan 
> Telkom.
> 
> Dulu di perusahaan sekuritas kita punya 
> alat perekam percakapan telpon. Seluruh 
> pembicaraan telpon (waktu itu sekitar 
> 12 line) terekam. Jika kita ingin mencari
> percakapan telpon line 1, pada tanggal 
> 20 april jam 4 sore dengan durasi lebih 
> dari 1 menit, kita bisa mencari dengan 
> mudah.
> 
> Nah jika Telkom dan Indosat dikuasai asing, 
> maka telpon dan handphone presiden, menteri, 
> dan para jenderal kita dengan mudah disadap 
> oleh pihak asing seperti Singapura.
> 
> Artinya ketahanan nasional kita lemah.
> 
> Jadi memang harus dibeli kembali tapi tidak 
> boleh ada asing yang berpartner.
> 
> Jika tidak (mis: harga sangat mahal), mending
> pemerintah buat BUMN Telekomunikasi baru di mana
> seluruh jaringan komunikasi (telpon/hp) presiden 
> dan para pejabat lainnya memakai itu.
> 
> Wassalam
> 
> --- Sulistiono Kertawacana <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> 
> > 
> > 
> > Ada Konspirasi di Balik Buy Back Indosat
> > [2/5/07] 
> >
> http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=16633&cl=Berita
> > 
> > 
> > Belum kelar kajian Komisi Pengawas Persaingan Usaha
> > (KPPU) terhadap keberadaan Temasek di Indosat.
> > Tiba-tiba muncul dugaan adanya konspirasi di balik
> > buy back saham Temasek di Indosat. 
> > 
> > Isu konspirasi ini bisa dikatakan cukup
> > menghebohkan. Selain diduga melibatkan pejabat KPPU,
> > juga diduga melibatkan pejabat di Kementerian Negara
> > BUMN dan bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla. 
> > 
> > Munculnya dugaan konspirasi ini bermula dari dua
> > lembar faksimili yang diterima Hukumonline akhir
> > pekan lalu. Press release bertajuk 'Konspirasi
> > Perusahaan di Balik Isu Buy Back Indosat' itu
> > memaparkan secara gamblang sebuah konspirasi yang
> > disponsori perusahaan asal Rusia, Altimo-Alfa
> > Group-dalam skenario buy back Indosat.
> > 
> > "Setelah diselidiki, ternyata ada kepentingan
> > kelompok usaha asal Rusia yaitu Altimo-AlfaGroup
> > yang mendalangi gencarnya tuntutan buy back
> > tersebut. Altimo-AlfaGroup mencoba menunggangi isu
> > buy back Indosat untuk mengambil keuntungan bisnis
> > mereka," demikian petikan press release yang
> > ditandatangani Musarman, Koordinator Institute for
> > Analysis of Information and Technologies Business
> > (IA-ITB).
> > 
>

Reply via email to