*www.kompas.com* <http://www.kompas.com>

*Ilmuwan LIPI Teliti Ikan Dewa di Gunung Cireme *

* *

*JAKARTA, KCM* - Tim ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
berencana mempelajari ikan dewa yang hidup di sekitar Gunung Cireme,
Kuningan, Jawa Barat. Ini merupakan salah satu bagian dari ekspedisi
penelitian yang akan dilakukan selama 20 hari sejak tanggal 15 Mei 2007.

Ikan dewa atau dikenal masyarakat sekitar Gunung Cireme dengan nama kancra
bodas, termasuk jenis ikan yang istimewa. Sebab, masyarakat sekitar
menganggapnya sebagai makhluk keramat sehingga pantang untuk diganggu atau
dimakan. Bahkan, masyarakat sampai menguburkannya seperti layaknya manusia
jika diketahui mati.

"Ada mitos yang beredar di masyarakat tentang adanya ikan dewa yang tidak
boleh dimakan dan yang memakannya akan mati," kata Maharadatunkamsi, ketua
tim ekspedisi ilmiah yang melibatkan tujuh ilmuwan dari berbagai disiplin
ilmu. Karena jarang diganggu, ikan tersebut banyak ditemui di beberapa
lokasi sekitar Gunung Cireme terutama di telaga-telaga atau mata air yang
dikeramatkan.

Ikan-ikan tersebut juga dengan mudah ditemui di beberapa kolam renang alami
yang dibangun di sekitar kaki Gunung Cireme. Misalnya, di kolam Darmaloka,
Cibulan, Cigugur, Balong Dalem dan Linggarjati.

Bahkan, pengunjung kolam-kolam tersebut dapat menikmati wisata dengan bebas
berenang bersama ikan-ikan dewa. Wisatawan domestik sudah jamak
bermain-main, memegang, dan memberinya makan dengan menaburkan jagung rebus
yang dijajakan di sekitar kolam.

Genus Tor

"Ikan tersebut kelihatan sangat jinak," ujar Ike Rachmatika, peneliti ikan
yang akan mempelajarinya. Dari hasil pengamatan dan laporan yang
diterimanya, Ike memperkirakan bahwa ikan dewa termasuk dalam genus Tor.
Menurutnya ada empat spesies ikan sejenis yang hidup di wilayah Indonesia.
Misalnya, jenis Tor soro, yang dikenal dengan nama lokal semah di Kalimantan
dan garang di Sumatera.

Ikan yang dapat tumbuh hingga satu meter itu dikenal enak dimakan. Karena
sudah jarang, masyarakat yang menangkapnya pun menjualnya dengan harga
mahal. Para pendatang di Kalimantan Barat banyak yang memburunya untuk
dipasarkan hingga ke Malaysia.

Ikan sejenis juga dipelihara sebagian masyarakat. Heryanto, seorang peneliti
moluska (siput dan sejenisnya) yang juga terlibat dalam ekspedisi, misalnya,
mengaku memelihara seekor ikan dewa. Bahkan, menurutnya, peternak ikan di
Sumedang sudah mulai membudidayakannya. Namun, Ike memperkirakan ikan yang
dibudidayakan masyarakat umumnya dari jenis Tor soro.

Sedangkan, ikan yang hidup di kolam-kolam sekitar Gunung Cireme sendiri
belum teridentifikasi secara rinci. Rencananya, tim LIPI akan mengamatinya
lebih dekat. "Saya mungkin tidak akan mengambilnya dari kolam. tapi tetap
akan mengambil sampel spesimen dari ikan yang ditemukan di sawah," ujar Ike.

Dengan mempelajari lebih mendalam, Ike berharap dapat mengetahui daya tahan
ikan terhadap lingkungan. Sebab, menurutnya, ikan-ikan tersebut sangat
rentan terhadap perubahan kualitas habitatnya. Penelitian selanjutnya
diharapkan juga dapat menemukan metode konservasi agar populasinya di alam
tetap terjaga.

"Jika tidak dikendalikan populasinya bisa semakin berkurang," tambah Ike.
Menurutnya, ia dan tim biologi LIPI telah mengidentifikasi spesies-spesies
ikan tersebut dan mengajukan proposal ke CITES (Convention on International
Trade in Endangered Species) untuk dimasukkan ke dalam daftar hewan yang
dilindungi.

Penulis: Wah


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke