kiriman teman

http://www.eramusli m.com/berita/ lpk/7529083644- potret-islam-
museum-kita- bag.1.htm

Potret Islam di Museum Kita (Bag.1)
Selasa, 29 Mei 07 09:04 WIB


Wajah orangtua itu bersungguh-sungguh. Mimik mukanya sangat serius. Ada
sedikit kesedihan terpancar di kedua matanya. Bibirnya bergetar.
"Negara ini sangat zalim dalam merekam perjalanan sejarah bangsanya
sendiri, " ujarnya.
Orangtua itu melanjutkan ceritanya. Dia bilang jika reformasi telah
gagal di banyak bidang. Salah satunya, yang paling nyata, adalah di
bidang penulisan sejarah bangsa. "Bagaimana generasi muda bangsa ini
bisa bercermin pada sejarah bangsanya, bila yang ditemukan atau
dikisahkan kepada mereka adalah kebohongan demi kebohongan. " Orangtua
itu adalah Letnan Jenderal (Purn) Zaini Azhar Maulani atau yang biasa
ditulis dengan ZA. Maulani saja. Mantan Kepala Badan Koordinasi
Intelijen Negara (Bakin) di era Presiden Habibie itu tengah berdiskusi
dengan segelintir anak muda di suatu daerah di Jakarta, pertengahan
2002.

Menurut lelaki kelahiran Marabahan, sebuah kota kecil di Kalimantan
Selatan, tahun 1939, penulisan sejarah bangsa Indonesia telah banyak
menyimpang dari fakta yang sesungguhnya terjadi. "Siapa pun tak kan
bisa menolak fakta bahwa perjuangan umat Islam-lah yang menjadikan
negara ini merdeka dan mampu mempertahankannya. Semangat jihad-lah yang
membuat bangsa dan negara ini kuat menghadapi berbagai gempuran para
musuhnya. Tapi apakah hal ini ditulis dengan benar dan apa adanya dalam
sejarah kita? Sama sekali tidak!" tegasnya.

Jenderal yang sangat bersahaya ini melanjutkan, "Jika tidak percaya
dengan apa yang saya ucapkan ini, silakan Anda semua pergi ke museum.
Lihat apa yang ditulis di dalam museum-museum kita tentang perjalanan
sejarah bangsa ini. Apa yang mereka tulis tentang umat Islam Indonesia
dan perjuangannya? " Pernyataan akhir dari lelaki tegar ini sungguh
menyesakkan dada. "Museum-museum kita menuliskan bahwa umat Islam
Indonesia tidak lebih sebagai para pemberontak. Ada DI/TII dan NII
Kartosuwiryo, Daud Beureueh, Kahar Muzakar, Gerombolan Imron 'Woyla',
peledakan Borobudur, dan sebagainya. Umat Islam Indonesia dilukiskan
sebagai teroris. Tidak lebih. "

Saya, salah satu anak muda yang ikut dalam acara diskusi malam itu,
pulang dengan berjuta pertanyaan di kepala. Setelah pertemuan itu,
setiap saya berkesempatan mengunjungi museum, pernyataan Pak Maulani
kembali terngiang di kepala. Menurut saya, Museum ABRI Satria Mandala
yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, bisa
merepresentasikan dengan baik apa yang dikatakan Pak Maulani. Karena di
museum yang menempati lokasi bekas rumah pribadi Ratna Sari Dewi, salah
satu isteri Presiden Soekarno ini, memang disengaja untuk memotret
perjalanan sejarah bangsa ini sejak kemerdekaan tahun 1945 hingga masa
Orde Baru.

Satria Mandala
Sejak awal Orde Baru hingga sekarang, Museum ABRI Satria Mandala
merupakan satu-satunya museum yang dianggap terlengkap memotret
perjalanan sejarah rakyat dan TNI di dalam mempertahankan kemerdekaan
RI. Ada istilah 'dianggap' karena secara kuantitas maupun kualitas,
museum ini pun sesungguhnya tidak representatif dijadikan pedoman bagi
bangsa ini di dalam menelusuri jejak sejarahnya. Begitu memasuki ruang
pertama museum ini, kita akan disuguhkan dengan sejumlah panji-panji
angkatan. Lalu ada ruang diorama yang diawali dengan penggambaran
pembacaan teks proklamasi yang dilakukan Soekarno-Hatta di Jalan
Pegangsaan Jakarta, 17 Agustus 1945. Diikuti dengan diorama lainnya dan
diakhiri dengan peristiwa Pertempuran Surabaya, 10 November 1945, yang
begitu heroik dan oleh pemerintah RI diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Tidak ada satu pun kalimat yang menyinggung peranan umat Islam di dalam
deret diorama pertama ini. Padahal, ini salah satu contoh saja,
pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dicetuskan oleh Deklarasi
Jihad para ulama se-Jawa pada bulan Oktober 1945 untuk bertekad
mengusir penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia. Peranan Bung
Tomo yang membakar semangat arek-arek Suroboyo dengan pidato jihadnya
di depan corong RRI Surabaya, dengan berkali-kali memekikkan takbir
"Allahu Akbar" hingga bergema di angkasa Kota Pahlawan itu juga sama
sekali tidak disinggung. Padahal nyaris seluruh arek-arek Suroboyo rela
berkorban jiwa dan raga karena semata-mata didasari adanya semangat
jihad fi sabilillah, bukan semangat lainnya.

Dan ini bukan satu-satunya. Diorama lainnya yang juga secara hambar
menggambarkan sejarah perjuangan umat Islam Indonesia adalah diorama
tentang Palagan Ambarawa, 15 Desember 1945. Di dalam plat kuning yang
berisikan informasi secara garis besar tentang Palagan Ambarawa, tidak
ada sedikit pun yang menyinggung tentang peranan para Kiai dan Pasukan
Santri yang sesungguhnya merupakan pasukan inti pemukul kekuatan
pasukan Inggris, wakil dari pasukan Sekutu, yang baru saja mabuk
kemenangan di dalam Perang Dunia II.

Sejarawan Islam dari Bandung, Ahmad Mansyur Suryanegara, mengisahkan,
"Sejarah kita tidak menuliskan dengan benar soal Palagan Ambarawa.
Padahal momentum itu merupakan momentum yang sangat penting, karena
ketika itulah pasukan santri yang dipimpin para kiai berhasil memukul
mundur pasukan Inggris yang merupakan pasukan pemenang Perang Dunia II.
Pasukan santri ini juga berhasil merebut sejumlah benteng peninggalan
Belanda dan membuat Sekutu yang dipimpin Mayjen Hawthron, Panglima
Divisi India ke-23, pontang-panting melarikan diri menuju kapal-kapal
perang mereka yang bersandar di pelabuhan Semarang. "

Sebuah buku berjudul "Rumpun Diponegoro dan Pengabdiannya" melukiskan
suasana pertempuran saat itu: "Ambarawa memerah bagain lautan api.
Sambil terus mundur, musuh membakari rumah-rumah penduduk. Pasukan
Sekutu terus dilabrak pasukan kita sampai lari keluar kota.. "
Kedahsyatan Pertempuran Ambarawa ini kemudian oleh TNI Angkatan Darat
dijadikan sebagai Hari Infanteri. Sebuah hari kebangaan dari korps yang
dikenal di dunia sebagai The Queen of the Battle, Ratu Medan Tempur,
yang memiki makna sebagai penentu kemenangan dalam setiap pertempuran.
Kemenangan di Ambarawa-lah yang kemudian menaikkan tokoh religius
Soedirman, mantan ustadz Muhammadiyah, sebagai Panglima Tentara
Republik Indonesia (TRI). Sejumlah tokoh juga naik namanya berkat
Ambarawa yakni Ahmad Yani, Pranoto, dan Soeryosoempeno.

Kedahsyatan Palagan Ambarawa juga tercermin dalam laporan pihak Inggris
yang menulis: "The battle of Ambarawa had been a fierce struggle
between Indonesian troops and Pemuda and, on the other hand, Indian
soldiers, assisted by a Japanese company.." Yang juga ditambahi dengan
kalimat, "The British had bombed Ungaran intensively to open the road
and strafed Ambarawa from air repeatedly. Air raids too had taken place
upon Solo and Yogya, to destroy the local radio stations, from where
the fighting spirit was sustained."

Sayang beribu sayang, oleh sejarah resmi yang beredar sekarang, Palagan
Ambarawa dianggap sebagai kesuksesan tentara semata, menghapus peran
ribuan laskar santri dan para kiai yang sesunguhnyalah berperan besar
dalam pertempuran ini. Monumen dan Museum Palagan Ambarawa saja yang
didirikan di kota yang berhawa sejuk itu, 35 kilometer selatan
Semarang, pada tahun 1973-1974 juga tidak menyinggung fakta sejarah
ini.

Dalam tulisan kedua, kita akan menengok Museum Waspada Purba Wisesa,
sebuah gedung bertingkat yang masih terletak di areal Museum ABRI
Satria Mandala. Di Museum ini, umat Islam Indonesia digambarkan tidak
lebih dari seorang teroris. Diorama pertama saja sudah menggambarkan
penghilangan tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, yang
digambarkan dengan penuh kesyukuran. Padahal, peristiwa ini tidak lebih
sebagai bentuk pengkhianatan. Tidak lebih.
(Bersambung/ Rizki Ridyasmara) 

Potret Islam di Museum Kita (Tamat)
Senin, 4 Jun 07 11:39 WIB


Setelah 'menengok' Museum ABRI Satria Mandala, kita akan mengunjungi
Museum Waspada Purba Wisesa, sebuah museum kecil yang menempati dua
lantai dari sebuah gedung berlantai lima yang masih berada di dalam
areal Museum ABRI Satria Mandala.

Museum ini, sesuai dengan namanya, merupakan sebuah 'situs peringatan'
kepada bangsa ini agar tidak melupakan aneka pemberontakan terhadap
negara. Terdiri dari puluhan diorama yang menggambarkan hal tersebut.
Dalam satu artikel yang dimuat Harian Sinar Harapan (2003) berjudul
"Museum TNI dan Polri, Obyek Wisata Pemerintah", museum ini dikatakan
sebagai, "Isinya berupa fakta sejarah tentang gerombolan pengacau dan
juga gambaran bangsa Indonesia yang Pancasilais. Meskipun berkesan
propaganda dari Pemerintah Orde Baru, namun buat informasi sejarah
masih layak digunakan. "

Siapa yang dimaksud dengan istilah 'Gerombolan Pengacau'? Pertanyaan
ini seakan dijawab dengan deretan diorama yang ada. Begitu kita
memasuki pintu utama, diorama yang pertama menampilkan peristiwa
dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945. Secara
atraktif, bahkan norak, dengan memakai lampu sorot yang berkedip-kedip
berwarna merah, terdapat tulisan, ".dengan kewadjiban mendjalankan
sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknj a. "-yang kemudian diberi tanda
silang.

Hal ini seolah mengatakan bahwa dihapusnya tujuh buah kata tersebut
merupakan sebuah kemenangan bagi bangsa Indonesia, yang berhasil
menghapuskan Islam dari nafas legal-formal kenegaraan dan kebangsaan,
sehinga Republik Indonesia berdiri di atas dasar sekularisme. "Padahal,
dihapuskannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945 itu merupakan
sebuah pengkhianatan founding fathers kita terhadap cita-cita
kemerdekaan, yang direbut dan dipertahankan dengan susah-payah, dengan
perjuangan di bawah gemuruh takbir Allahu Akbar dan semangat jihad
fisabilillah! " tegas KH. Firdaus AN. Peristiwa pengkhianatan para
founding fathers negara ini terhadap amanah rakyatnya sendiri
digambarkan dengan begitu jumawa dan tanpa perasaan malu sedikit pun.
Diorama ini nyata-nyata telah menafikkan perjuangan merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang dilakukan umat Islam.
Padahal, tanpa perjuangan umat Islam, tak kan pernah ada sebuah negara
bernama Republik Indonesia.

Diorama-diorama selanjutnya berisi aneka peristiwa pemberontakan yang
kebetulan dilakukan atas nama Islam seperti Komando Jihad dengan
peristiwa Woyla, DI/TII, Kahar Muzakar, Daud Beureueh, peledakan Candi
Borobudur, pemberontakan Yon 427 yang terdiri dari mantan Laskar
Sabilillah dan Hisbullah, dan sebagainya.
"Di museum-museum kita, perjuangan umat Islam Indonesia dihapuskan
begitu saja, sama sekali tidak pernah dianggap ada. Jika pun ada maka
hal itu hanya terkait dengan peristiwa pemberontakan atau terorisme.
Ini yang harus diubah, " papar ZA. Maulani.

Resolusi Jihad para ulama yang kemudian meletus menjadi peristiwa
pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Palagan Ambarawa yang
dipimpin oleh ribuan laskar santri di bawah komando para ulama,
tingginya religiusitas seorang Jenderal Soedirman yang setiap pidato
dan surat-suratnya senantiasa diawali dengan takbir Allahu Akbar dan
sarat mengutip ayat-ayat jihad dari Al-Qur'an, dan sebagainya, semua
itu dihapuskan dari catatan sejarah negeri ini. Seolah-olah Indonesia
bisa merebut kemerdekaan dan mempertahankannya dari gempuran pasukan
Sekutu pemenang Perang Dunia II hanya berbekal bambu runcing dan
kalimat 'Merdeka atau Mati'! Hal ini sangatlah naïf.

Mudah-mudahan, seiring dengan berjalannya waktu, penulisan sejarah kita
bisa diluruskan dan diperbaiki. Hitam katakan hitam, dan putih katakan
putih. Jangan seperti sekarang, di mana banyak koruptor malah
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, dan banyak para pahlawan yang
sesungguhnya dimakamkan di areal pemakaman umum. Itu pun banyak yang
kemudian digusur karena ahli warisnya tidak sanggup membayar pajak dan
retribusi makam.

Letnan Jenderal (Purn) ZA. Maulani wafat pada hari Selasa, 5 April
2005. Namun keinginannya, meluruskan sejarah tentang perjuangan umat
Islam Indonesia, semoga dilanjutkan generasi muda bangsa ini. Amien.
(Rz)


"Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal"

Leo Imanov
Abdu-lLah
AllahsSlave
http://sudjanamihardja.multiply.com
http://imanov.jeeran.com
phone: +49 241 1 89 93 69
mobile: +49 1 76 63 01 56 79


      ___________________________________________________________ 
Copy addresses and emails from any email account to Yahoo! Mail - quick, easy 
and free. http://uk.docs.yahoo.com/trueswitch2.html

Kirim email ke