Labirin Lazuardi 3:

PUSARAN ARUS WAKTU

Penerbit: Tiga Serangkai, Agustus 2007
Penulis: Gola Gong

Namaku Lazuardi. Aku mempunyai empat sahabat; Boy, Dini, Rizal, dan Ery.
Kami adalah sekelompok anak-anak yang sudah dikarunia kehormatan ketika
lahir, tapi haus akan kasih sayang orang tua. Terutama seorang Ibu. Papa
kami sibuk dengan segala rapat negara, kunjungan ke beberapa wilayah di
pelosok negeri, bahkan ke mancanegara. Sedangkan Mama kami sibuk facial,
luluran, membeli perhiasan terbaru, liburan di negara tetangga sambil
shoping dan larak sana-sini menggoda lelaki muda. Papa kami dungu
seperti keledai. Mereka sudah buta mata dan hati. Padahal di koran-koran
negeri ini sering membicarakan mereka yang tidak becus mengurusi negeri.
Mereka hanya molor saja saat rapat di gedung rakyat. Mulut manis,
hatinya berbisa. Selalu meributkan fasilitas yang tidak pernah dianggap
cukup. Orangtua kami adalah orang-orang yang tidak mau menderita seperti
rakyatnya. Kami memang sekelompok anak panah yang kehilangan busur. Kami
anak-anak yang dihimpit skandal orangtua sendiri. Kami anak-anak yang
limbung, merindukan belaian kasih rindu sang Ibu. (Suara lubuk hati
Lazuardi, 18 tahun, yang terpendam)

Ini adalah perjalanan ketiga Lazuardi menyusuri lorong-lorong labirin
kehidupannya. Kadang dia tersesat, tapi kadang dia menemukannya. Dia
terdampar di sebuah kampung yang kepemilikannya bersengketa dengan
pengusaha gurita dari Jakarta. Juga dia tersedot ke suasana komidi
putar, hiburan rakyat kebanyakan. Apa yang harus dia lakukan? Akankah
dia jadi dewa penolong atau sekedar penonton di pinggir jalan saja?
Berhasilkah orang-orang suruhan ayahnya menangkapnya? Berakhir hingga di
sinikah pencarian identitas jati dirinya?

***

APA KATA MEREKA:
Ini novel sequel yang menarik dan menyentuh perasaan. Pergulatan manusia
dengan "sang nasib" dikisahkan dengan gaya bertutur yang mengalir,
romantic, dan semipopuler khas Gola Gong. Sebuah bacaan yang menghibur
sekaligus mencerahkan. (Ahmadun Yosi Herafanda, Sastrawan dan Redaktur
Sastra Harian Republika)

Gola Gong piawai bercerita. Ia dengan mudah meneggelamkan atau
melambungkan suasana hati pembaca. Apapun jenis cerita yang ditulisnya.
(Akmal Nasey Basral, jurnalis, penulis novel Imperia)

Novel-novel Gola Gong mampu mewakili semangat geerasinya. Ia bertutur,
bahwa setiap genrasi punya tantangan dan jawaban masing-masing atas
persoalan kehidupannya. (Hikmat Kurnia, Pekerja Perbukuan)

Balada Si Roy, lewat itu saya mengenal Gola Gong. Satu-satunya penulis
Indonesia serial petualangan yang saya ketahui. Tanpa terasa, tokoh Roy
telah mengilhami orang khususnya saya, untuk tergerak dan juga bergerak.
Tokoh Roy telah mengajarkan, bahwa alam adalah guru yang baik, demikian
juga pengalaman. (Butet Manurung, guru anak rimba)

Gola Gong bukan hanya menulis apa yang ditangkap mata, tetapi juga
hatinya. (Asma Nadia, Penulis novel, peraih Adhikarya IKAPI, CEO
Penerbit Lingkar Pena)

***

Terakhir aku menulis "Labirin Lazuardi 2: Ketika Bumi Menangis" pada 23
Februari 2007. Saat itu kondisi tubuhku masih sakit-sakitan. Punggungku,
persis di lumbar 5, mengalami pengapuran dan menjepit kedua saraf tepi
kakiku. Terutama kaki kiri. Setiap hari aku melakukan terapi. Jika duduk
tidak sanggup lama. Akibatnya "Labirin Lazuardi 3: Buih Sagara Biru"
terbengkalai. Materi yang aku siapkan teronggok. Aku tidak mampu
merangkainya.

Aku lalui hari-hari dengan terapi dan berkebun. Ke kantor pun sesekali
saja. Aku menolak undangan menjadi pembicara di luar Serang. Aku tidak
sanggup melakukan perjalanan jauh. Paling-paling sebatas jakarta saja.
Terasa bosan hidupku. Tapi, aku masih menyempatkan diri mengajar di
Kelas Menulis Rumah Dunia, karena lokasinya di halaman belakang rumahku.
Untuk Rumah Dunia, insya Allah, segala yang aku miliki, aku persembahkan
semampuku.

Aku mengetik sehari paling 1 atau 2 halaman. Hari berlalu, bulan
berganti. Semangatku mulai bangkit memasuki awal Mei 2007 ketika buku
"Labirin Lazuardi 1: Langit Merah Saga" sudah ditanganku. Novel serial
keduaku setelah "Balada Si Roy". Cover "Labirin Lazuardi 1: Langit Merah
Saga" yang dibuat Bambang Damayanto begitu magis. Penuh misteri. Membuat
darahku bergolak. Itu aku buktikan dengan mendatangi stand Penerbit Tiga
Serangkai di Pesta Buku Jakarta 2007, pada saat pembukaan 2 Juni. Aku
berdiri di sana dan menyapa para pengunjung pameran. Beberapa pembaca
novelku mampir dan kami berbincang-bincang. Beberapa orang membeli
dengan kububuhi tanda tanganku. Aku merasa lebih sehat, walaupun
sebetulnya dari mulai pinggang hingga ke kaki kiriku terasa sakit.

Masih dalam kondisi sakit, di sela-sela terapi, aku menyempatkan
mengetik lebih banyak lagi. Sebetulnya aku dilarang bekerja. Tapi, apa
mungkin? Hidup adalah perjuangan. Perlu kerja keras. Kunjungan Asma
Nadia dan Hilman Lupus di awal Februari 2007 dengan memberiku bantuan
dana - dari teman-teman Forum Lingkar Pena dan sesama mantan Pengarang
Remaja Gramedia - untukku berobat membuatku malu. Aku sebetulnya tidak
pantas menerima sumbangan itu. Tapi, melihat niat baik mereka, aku patut
bersyukur, karena itu sangat membantuku. "Mas Gong harus sembuh," kata
Asma, "agar terus bisa memotivasi kami, jugaanak-anak Rumah Dunia." Aku
terharu mendengarnya. Aku merasa tidak sendirian.

Tapi, aku tidak tahan kalau tidak menulis. Tiada hari tanpa menulis.
Selain pekerjaan kantor, "Labirin Lazuardi" mengusikku terus. Akhirnya
aku mengetik lagi sambil sesekali diselingi rebah-rebahan dan berjalan
meluruskan punggung. Tias membantuku menjadi pembaca pertama; Tias
mengoreksi dan menambahi dengan bumbu-bumbu penyedapnya. Terutama
sajak-sajak pembuka. Aku ingin novelku ini tetap dengan ciri khasku;
selalu ada sajak pembuka.

Maka menu ketika "Labirin Lazuardi: Buih Sagara Biru" aku hidangkan,
terasa ada sesuatu yang lain, yaitu kerinduan seorang anak terhadap
ibunya. Silahkan para pembaca meraciknya sendiri. Semoga setelah membaca
buku ini ada sesuatu yang membekas. Semoga bisa menjadi cermin bagi kita
semua. Terutama aku. Selamat membaca dan berbahagia. (*)

Rumah Dunia 24 Februari - 30 Mei 2007
Gola Gong








PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia:
The contents of this e-mail and its attachments, if any, are for the intended 
recipient(s) only and may contain proprietary, confidential or otherwise 
private information. If you are not the intended recipient or if you have 
inadvertently received this email, please note that any use, disclosure, 
copying, distribution or any action taken or omitted to be taken in reliance on 
this e-mail or any attachments hereto is prohibited and may be unlawful, and 
that you should delete this e-mail and its attachments, if any, and duly notify 
us of the miss delivery by e-mailing the sender.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke