http://serbaserbikehidupan.blogspot.com/2007/08/media-dan-gender.html
   
    Masih banyak orang yang tidak mengerti perbedaan kata ‘jenis kelamin’ dan 
‘gender’, terutama di Indonesia, terlebih lagi dalam lingkup kecil tempatku 
tinggal dan bekerja. Claudette Baldacchino, seorang jurnalis feminis, 
mengartikan gender dengan merujuk kepada faktor-faktor sosial, budaya dan 
psikologis ketika kita mendefinisikan seseorang sebagai maskulin atau feminin. 
Lebih lanjut Claudette mengemukakan bahwa gender bukanlah sekedar sebuah aspek 
penting dari cara “orang lain” melihat “kita”, tapi juga sangat mempengaruhi 
cara “kita” melihat dan memahami “diri kita sendiri”.
Diri kita yang manakah?
Hari Jumat 24 Agustus 07 aku mebahas tentang ‘anorexia’ dan ‘bulimia’ di kelas 
Intermediate 4. Ada dua bacaan yang cukup panjang di buku yang kita bahas 
bersama. Bacaan itu mengenai seorang penderita bulimia yang bernama Melissa 
DeHart. Awal penderitaannya adalah keinginannya untuk menjadi selangsing 
bintanb-bintang Hollywood pujaannya yang terlihat begitu langsing, begitu 
cantik dan menarik dengan kelangsingannya sehingga membuat Melissa ingin 
menjadi seperti itu.
Ketika kulemparkan pertanyaan, “Why do many people think that being slim is 
beautiful?”, hanya satu orang yang menjawab dengan lumayan menarik perhatianku, 
“Because having slim body means healthy, Ma’am. Fat bodies usually refer to 
diseases, such as hypertension, easy to get heart attack, obesity, etc..” Yang 
lain hanya mengiyakan, atau pun menjawab, “No idea Ma’am.” Or “I don’t 
understand Ma’am.”
(FYI, most of the students are high school students, in the second or third 
grade. Only two of them are college students. The class was held 14.00-16.00)
Hal ini menandakan bahwa mereka tidak sadar bahwa mereka telah dibombardir oleh 
media tentang ide kecantikan. Seberapa banyak iklan mempromosikan bahwa yang 
cantik itu yang langsing, baik di media elektronik, seperti televisi, maupun 
media cetak, seperti surat kabar, tabloid, maupun majalah. Jika iklan itu tidak 
secara langsung mengiklankan produk pelangsing, iklan-iklan itu tentu 
menggunakan model-model yang langsing, yang semakin menekankan ide “cantik itu 
langsing” maupun “langsing itu cantik”. Wacana bahwa “big is beautiful” 
belumlah mampu menggeser paradigma lama bahwa yang cantik itu yang langsing. 
Ketidaksadaran ini jika dihubungkan dengan definisi tentang gender yang 
dikemukakan oleh Claudette bahwa “cara kita melihat dan memahami diri kita 
sendiri” berarti bahwa kita harus mampu membangun definisi sendiri tentang 
segala hal. Misal dalam kecantikan, jangan melulu mengamini apa saja yang 
secara terus menerus ditampilkan oleh media bahwa cantik itu hanya mengacu ke 
tubuh langsing, berkulit putih, dan berambut panjang lurus bak model-model 
iklan shampoo. 
Apa hubungan antara media dan gender?
Mengacu ke tulisanku sebelum ini “Blog Sebagai Jendela Dunia”, jika para 
pendukung status quo atas kultur patriarki menggunakan media untuk mengekalkan 
pandangannya, para pejuang kesetaraan gender, bisa melakukan hal yang sama, 
yakni dengan menerbitkan surat kabar, majalah, tabloid, maupun jurnal yang 
bertemakan kesetaraan gender. Sayangnya sampai sekarang, dunia jurnalisme masih 
dianggap sebagai ranah maskulin. Penelitian yang dilakukan oleh International 
Federation for Journalist (IFJ) yang dikeluarkan di Brussels tahun 
200—melibatkan 39 negara di seluruh dunia—menyebutkan bahwa jurnalis perempuan 
hanya mencapai 38%, naik 11% dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan 
sepuluh tahun sebelumnya. Angka 38% ini mengacu hanya dalam jumlah jurnalis 
saja, sedangkan posisi pengambilan keputusan—misal editor, kepala departemen 
maupun pemilik media—masih lebih didominasi oleh laki-laki. 
Mengacu ke apa yang dikemukakan oleh KOMNAS PEREMPUAN untuk mengurangi KDRT, 
sekaligus untuk lebih membebasjenderkan media, mari para perempuan, menulislah. 
Tulis apa saja. Dan menurutku, media yang paling mudah ya menulislah di blog. 
Dan jangan lupa apa yang dikatakan oleh Claudette Baldacchino, tulislah 
menggunakan cara kita memandang diri kita sendiri. 
PT56 11.24 250807
  

    Dipost



Minds are like parachutes, they only function when they are open. 
  (Sir James Dewar)
visit my blogs please, at the following sites
http://afemaleguest.blog.co.uk
http://afeministblog.blogspot.com
http://afemaleguest.multiply.com

THANK YOU
Best regards,
Nana


       
---------------------------------
Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out. 

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to