http://www.kompas.com/ver1/Iptek/0710/31/174207.htm


*LIPI Kembangkan Obat AIDS dari hEPO *

Bandung, Rabu - *Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia* (LIPI) melirik
penelitian untuk menyembuhkan AIDS. Sejumlah peneliti kini tengah
berkonsentrasi dalam penelitian serta pengembangan pembuatan obat hEPO
(human erythroproetin) yang salah satu fungsinya melawan serangan HIV itu.

Kepala LIPI Prof. DR. Umar Anggara Jenie menjelaskan obat tersebut masih
dalam proses penelitian sejak beberapa tahun terakhir. Metode serta sistem
hEPO yang sedang dikembangkan LIPI ditemukan oleh seorang ilmuan bernama Dr.
Adi Santoso yang mulai diteliti sejak 2004 lalu.

"Kita patut berbangga hati, karena hEPO ini ditemukan dan terus dikembangkan
ilmuwan Indonesia sehingga ke depan akan menjadi kebanggaan bangsa ini untuk
dirampungkan sekitar tahun 2010," tandas mantan kepala LIPI itu. Dikatakan,
hEPO berfungsi sebagai katalisator pada sel darah merah (entrosit) manusia
untuk penyembuhan berbagai penyakit seperti anemia hingga HIV/AIDS.

Molekul jenis obat tersebut terbentuk melalui perkawinan sebuah gen yang
berasal dari bagian ginjal manusia kedalam Cham OVA atau Ovarium hamster
China. Penelitian bioteknologi yang dikembangkan LIPI itu berpijak pada
pengembangan teknik 'molekul farming' sehingga menghasilkan hEPO.

Menurut Umar Anggara, penelitian hEPO melalui Cham OVA tersebut memiliki
hasil yang cukup baik, dan selanjutnya pihaknya mengembangkan penelitian itu
dengan mengawinkan gen pada ginjal manusia itu terhadap  "Cp Pichia
pastoris" atau ragi.  Dikatakan, hasil perkawinan antara gen dimaksud dengan
ragi lebih baik dibandingkan dengan perkawinan serupa melalui Cham Ova,
karena menghasilkan peneluran yang sangat signifikan, lebih produktif serta
relatif lebih aktif.

Saat ini pihaknya masih terus melakukan proses cek ulang secara mendalam
sehingga diharapkan segera menghasilkan obat yang bagus, dan mudah dijangkau
masyarakat kalangan menengah kebawah. Dikatakan, untuk penelitian tersebut
pihaknya membutuhkan anggaran sekitar Rp600 Juta, sementara proses secara
genetik melalui 'molekul farming' relatif lebih cepat, serta lebih mudah
dibanding metode konvensional.(ANT)


Sumber: Antara
Penulis: Wah


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke