90 Tahun Perjanjian Balfour: Hasil Konspirasi Internasional Atas Palestina  
Minggu, 4 Nov 07 09:47 WIB
   
  “Departemen Luar Negeri Inggris, 2 November 1917. Lord Rothschild terhormat. 
Saya amat bahagia menyampaikan pada Anda, atas nama Pemerintah, pernyataan 
simpatik terhadap aspirasi orang-orang Yahudi dan Zionis yang telah diajukan 
kepada pemerintah dan disetujui kabinet…”
   
  
  Sejarah adalah guru yang paling baik. Kalimat-kalimat ini adalah potongan 
kalimat pembukaan surat Menlu Inggris Arthur James Balfour yang disampaikan 
kepada Lord Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk dikirimkan 
kepada Federasi Zionis. Surat itu menyatakan posisi yang disetujui pada rapat 
Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917, bahwa pemerintah Inggris mendukung 
rencana-rencana Zionis buat ‘tanah air’ bagi Yahudi di Palestina. Inilah inti 
kesepakatan pejanjian Balfour yang dijadikan landasan legalitas keberadaan 
orang Yahudi mencaplok Palestina bahkan mengusir warga Palestina dari tanah air 
mereka.
   
  Saat itu, sebagian terbesar wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan 
Khilafah Turki Utsmani, dan batas-batas yang akan menjadi Palestina telah 
dibuat sebagai bagian dari Persetujuan Sykes-Picot 16 Mei 1916 antara Inggris 
dan Prancis. Sebagai balasan untuk komitmen dalam deklarasi itu, komunitas 
Yahudi akan berusaha meyakinkan Amerika Serikat untuk ikut dalam Perang Dunia 
I. Itu bukanlah alasan satu-satunya, karena sudah lama di Inggris telah ada 
dukungan bagi gagasan mengenai ‘tanah air’ Yahudi, dan waktunya tergantung pada 
kemungkinannya.
   
  Sejak penjajahan Israel terhadap bangsa Palestina dimulai, maka sejak itu 
pula penderitaan demi penderitaan dirasakan rakyat yang tidak berdosa. Anak- 
anak sulit mendapatkan susu dan makanan yang bergizi, kehidupan kaum wanita 
tertekan, rumah dan bangunan banyak yang dihancurkan penjajah Zionis Israel, 
rakyat Palestina di bunuh secara sadis, diusir dari kampung halamannya, 
sehingga mereka banyak yang mengungsi untuk menyelamatkan iman dan kemuliannya.
   
  Sekarang diperkirakan ada 5 juta pengungsi di seluruh dunia atau 70 persen 
dari total populasi Palestina. Lebih dari dua pertiga dari total pengungsi 
Palestina terdaftar di bawah UNRWA (UN Relief and Works Agency) dan sepertiga 
di antaranya tinggal di 59 kamp pengungsi yang tersebar di seluruh Tepi Barat, 
Jalur Gaza, Lebanon, Syria dan Jordan. Lebih dari 80 persen pengungsi menetap 
sekitar 100 km dari kamp dan kota asal mereka.
  Rangkaian keji berikutnya adalah deklarasi berdirinya negara Israel di atas 
tanah Palestina. Berdirinya Israel diproklamirkan David Ben Gurion, yang 
kemudian menjadi Perdana Menteri Israel pertama (1948-1953), tepatnya terjadi 
pada tanggal 14 Mei 1948 pukul 16. 00 waktu setempat. Itulah pengumuman resmi 
dimulainya penjajahan babak baru yang dilakukan zionis Israel sebagai 
kelanjutan penjajahan Inggris atas tanah Palestina.
   
  Berdirinya “Negara Israel” merupakan hasil konspirasi musuh-musuh Islam 
terhadap kaum muslimin di Palestina khususnya dan masjid Al-Aqsha, kiblat umat 
Islam yang pertama. Terbukti hanya berselang 10 menit setelah proklamasi 
“kemerdekaan Israel”, Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman langsung 
mengumumkan sikap resmi negaranya dengan mengakui dan mendukung berdirinya 
“Negara Israel”, serta langsung membuka hubungan diplomatik secara resmi.
   
  Hari Jum’at, 2 November 2007, adalah bertepatan dengan lewatnya 90 tahun 
perjanjian Balfour yang menjadi petaka bagi Muslim Palestina. Memperingati 
perjanjian Balfour yang menjadi pemicu kesengsaraan panjang rakyat Palestina, 
Hamas menyerukan pemboikotan terhadap konferensi musim gugur yang akan 
diselenggarakan AS di Annapolis, Maryland.
  Dalam pernyataan persnya, Hamas yang memperingati 90 tahun perjanjian petaka 
Balfour menuliskan, “Rakyat Palestina akan tetap pada garis pertahanannya 
semula, dan memilih perlawanan menyala di hadapan perampok penjajah Zionis. 
Palestina adalah tanah air yang memiliki akar bangsa Arab dan Islam.
   
  ”Hamas juga meminta dunia internasional turut bertanggung jawab secara 
historis dan moral terhadap semua dampak akibat perjanjian Balfour, yang 
merupakan skenario Inggris. Menurut Hamas, semua bentuk kejahatan, baik 
pengusiran, pembunuhan, penangkapan, penyiksaan oleh tangan penjajah Zionis 
yang keji adalah rentetan akibat perjanjian Balfour. Dan karenanya, Hamas 
meminta dunia internasional meluruskan kesalahan fatal dalam sejarah ini dengan 
tidak mengulanginya kembali.
   
  Hamas tegas menyatakan akan melanjutkan perlawaan bersenjata mengusir 
penjajah Zionis Israel dan melalui berbagai cara untuk mengembalikan hak-hak 
rakyat Palestina. Hamas menegaskan tidak akan mundur dari medan perlawanan 
bersenjata kecuali setelah semua hak Palestina dikembalikan dan negara 
Palestina berdiri.(M. Lili Nur Aulia)

 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke