Binhad Nurrohmat dan Kakus-Litiwa Award, anugerah sastra terburuk
   
   
  Jurnal sastra Boemipoetra yang dimotori oleh Wowok Hesti Prabowo dan Saut 
Situmorang akan menggelar Kakus-Litiwa Award, sebuah parodi untuk menyindir 
acara tahunan bergengsi Khatulistiwa Award. Disebutkan dalam siaran pers yang 
dikirimkan oleh Anuv Chaviddy dari kelompok "sastrawan bermoral", bahwa penyair 
papan atas Binhad Nurrohmat bakal meraih anugerah sastra terburuk untuk buku 
berjudul "Bau Betina". Uniknya, karya Binhad itu sendiri masuk nominasi dalam 
Khatulistiwa Award yang pemenangnya akan diumumkan dalam waktu dekat ini. 

Menurut Wowok, sebagai pemenang Binhad berhak mendapatkan tropi berupa miniatur 
kakus dan uang sebesar seratus rupiah. "Buku Bau Betina berhasil menyingkirkan 
sepuluh nominator buku terburuk tahun ini yang diseleksi oleh para sastrawan 
Boemipoetra di berbagai kota di Indonesia," ungkap Wowok selaku pemrakarsa 
Kakus-litiwa Award. Penggunaan istilah "kakus" itu sendiri kemungkinan besar 
terilhami dari paparan Goenawan Mohamad yang menyebut ledekan-ledekan jurnal 
Boemipoetra - ditujukan untuk sosok-sosok di Komunitas Utan Kayu - mirip 
coretan-coretan di tembok kakus. 

Berikut tanggapan singkat dari Binhad melalui e-mail:

PARA JAMAAH SEKALIAN,

DENGAN PENUH RASA BANGGA, 
  SAYA MENYEDEKAHKAN ANUGERAH DAN HADIAHNYA 
  UNTUK 
  PANITIA PENYELENGGARANYA...

SALAM,


BINHAD NURROHMAT

________________________


  Jurnal Sastra Boemipoetra gelar Kakus-Litiwa Award:
Anugerah Sastra Terburuk

From: Anuv Chaviddy
E-mail: [EMAIL PROTECTED]

  Re: Anugerah Sastra Terburuk

DISKUSI MEDIA MASSA ALTERNATIF & PENGANUGERAHAN
KAKUS-LITIWA AWARD

Diskusi bertajuk "Media Massa Alternatif sebagai Media Perjuangan" akan digelar 
di Perpusda
Banten Jl. Saleh Baimin No. 6 Serang-Banten pada Sabtu, 24 November 2007 pukul 
13.30. Diskusi yang diadakan oleh Bulletin Teater ActinG dan Jurnal Sastra 
Boemipoetra ini melibatkan beberapa Media Massa Alternatif lain yang ada di 
Banten seperti: Banten
Muda, Titik Nol, Banten Link.

Akan tampil sebagai pembicara adalah Lee Birkin (ActinG), Wowok Hesti Prabowo 
(Boemipoetra), Irfan (Banten Muda), Suryadi Sali dan Iman Nur Rosyadi (Banten 
Link).
  Menurut Lee Birkin, tema diskusi ini menarik untuk dibicarakan karena adanya 
keterlibatan
'wong cilik' yang sedang berbuat sesuatu bagi masyarakat. Lewat media massa 
wong cilik ini,
masyarakat bisa mengetahui kondisi pojok-pojok kehidupan yang tak terberitakan 
oleh media massa lainnya.

Rencananya, sesudah diskusi akan diadakan penyerahan Anugerah Kakus-litiwa 
kepada buku sastra terburuk tahun 2007 yang jatuh pada buku berjudul Bau Betina 
karya Binhad Nurrohmat. "Pemenang Kakus-litiwa Award akan mendapatkan tropi 
berupa miniatur kakus dan uang sebesar seratus rupiah. Buku Bau Betina berhasil 
menyingkirkan sepuluh nominator buku terburuk tahun ini yang diseleksi oleh 
para sastrawan Boemipoetra di berbagai kota di Indonesia."ungkap Wowok selaku 
pemrakarsa Kakus-litiwa Award.

____________________________

TANGGAPAN

From: Asep Sambodja
E-mail: [EMAIL PROTECTED]

Apa pun penghargaan yang diberikan kepada seorang sastrawan atau sebuah karya 
sastra, harus disyukuri oleh penerimanya. Stempel apa pun yang diberikan, 
apakah sebagai karya terbaik atau karya terburuk, maka dapat dikatakan buku itu 
telah berhasil mencuri perhatian pembaca. Buku itu telah berhasil mempengaruhi 
pembacanya. Cap baik atau buruk itu relatif. Secara sadar atau tidak sadar, 
eksistensi Binhad Nurrohmat ataupun Bau Betina telah terangkat. Jadi, selamat 
buat Binhad Nurrohmat.

Sejarah mencatat cerpen Langit Makin Mendung yang dihujat atau dilecehkan oleh 
pembaca hingga saat ini pun masih terus dibicarakan orang. Kita mungkin sadar 
bahwa pada tahun 1960-an akhir itu banyak sekali cerpen yang ditulis orang, 
tapi yang terus dibicarakan hingga kini hanya Langit Makin Mendung. Justru 
karena karya itu dihujat. Jadi, sekali lagi, selamat buat Binhad.

Sukses sampeyan!!!

:) asep sambodja

____________________________

From: Yonathan Rahardjo
E-mail: [EMAIL PROTECTED]

betul-betul sakit perutku melihat semua ini. bukan, bukan karena
melihatmu. namun karena aku telah membuahinya. . dan menjadi sebuah
mimpi buruk sepanjang hari. telah datang ia, masa sakitku yang
seperti dulu. kini ia makin merambat seperti benalu. makin meludah
pada perut, makin meludah pada mulut, makin menelan segala akal
sehatku entah pergi ke mana. aku makin tak tahu arah. gulita menjadi
kegelapan panjang. gelap menjadi sebuah tanda mata di bawah
jembatan. air sungai itu masih meringkuk dalam pelukan kaki-kaki.

kaki apa?

kaki tangan.

salam saya,

____________________________





blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
   

       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to