Sunnah Nabawiyah
  16/12/2007 | 16 Desember 2007 M | 07 Dzulhijjah 1428 H | Hits: 437 
  8 Ibadah di Bulan Dzulhijjah Oleh: Tim dakwatuna.com   
---------------------------------
      
    Sekarang bulan Dzulhijjah. Jika bulan ini disebut, maka dalam pikiran kita 
spontan teringat pada dua hal: pertama, tiap minggu kondangan karena banyak 
yang menikah, dan kedua, nyate bareng sama tetangga sehabis motong kambing 
kurban. Padahal, bulan Dzulhijjah lebih dari itu. Secara khusus Rasulullah saw. 
menyebut keutamaan bulan ini, terutama untuk 10 hari pertama di awal bulan.
   
  Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari dimana amal 
shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu 
sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak 
juga jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah, 
kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak 
kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari)
   
  Dari Umar r.a., bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari yang paling agung 
dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh 
hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan 
tahmid.” (HR. Ahmad)
   
  Karena itu, jika kita ingin menjadi orang yang dicintai Allah swt., jangan 
sia-siakan kesempatan ini untuk taqarrub kepada Allah swt. dengan banyak-banyak 
melakukan ibadah. Setidaknya ada delapan ibadah yang bisa kita lakukan, yaitu:
   
  1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ini adalah amal yang paling utama di 
bulan Dzulhijjah. Tidak ada haji selain di bulan Dzulhijjah. Ganjaran bagi 
orang yang melaksanakan ibadah ini sangat besar di sisi Allah swt. Kata Nabi 
saw., “Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara 
keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.”
   
  2. Berpuasa selama 10 hari di hari-hari pertama bulan Dzulhijjah, atau pada 
sebagiannya, atau paling tidak sehari di hari Arafah. Puasa juga amalan utama. 
Allah swt. memilih puasa sebagai amalan hambaNya untuk diriNya sehingga Dia 
sendiri yang menentukan pahalanya. Hal ini termaktub dalam sebuah hadist Qudsi. 
   
  “Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia 
telah meninggalkan syahwat, makanan, dan minumannya semata-mata karena Aku.”
   
  Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri r.a., Rasulullah saw. 
bersabda, 
   
  “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti 
menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh 
tahun”. (Hadits muttafaq ‘alaih)
   
  Dari Abu Qatadah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Berpuasa pada hari Arafah 
karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan 
sesudahnya”. (HR. Muslim)
   
  3. Bertakbir dan berdzikir. Perbanyaklah takbir dan dzikir di 10 hari pertama 
bulan Dzulhijjah sebagaimana yang diperintahkan Allah swt., “…. dan supaya 
mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan….” [QS. Al-Hajj 
(20): 28]. 
   
  Begitulah para ahli tafsir menafsirkannya frase “pada hari-hari yang 
ditentukan” dengan “sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah”. Karena itu, para 
ulama menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari 
tersebut. Apalagi ada hadits dari Ibnu Umar r.a. yang menguatkan. Bunyinya, 
   
  “Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir, dan tahmid”. (HR. Ahmad)
   
  Imam Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar pada 
sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun 
mengikuti takbirnya.
   
  Diriwayatkan bahwa para tabiin pada hari-hari itu mengucapkan, “Allahu akbar, 
allahu akbar, laa ilaha ilallah, walllahu akbar, allahu akbar wa lillahil 
hamdu.” 
   
  Artinya, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah (sembahan) selain 
Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah.”
  Dianjurkan mengeraskan suara saat bertakbir baik ketika di masjid, rumah, 
pasar, atau di jalan. Allah berfirman, “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah 
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [QS. Al-Baqarah (2): 185]
   
  Perbanyak taubat dan meninggalkan segala bentuk maksiat dan dosa. Maksiat 
adalah penyebab jauhnya hamba dari Allah swt. Sedangkan ketaatan adalah pintu 
mendapat cinta dan kasih sayang Allah swt. Dan Allah swt. lebih cinta kepada 
seorang hamba melebihi cinta sang hamba kepada Allah swt. 
   
  Bahkan, Allah swt. cemburu jika hambanya berbuat maksiat. Dari Abu Hurairah 
r.a., bahwa Nabi swt. bersabda, 
   
  “Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang 
hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” (Hadits muttafaq 
‘alaihi)
   
  4. Perbanyaklah amal shalih. Bukan hanya amal-amal yang fardhu saja. Sebab, 
Allah swt. suka dan mencintai seorang hamba yang mendekatkan diri kepadanya 
dengan melakukan nawafil, amalan sunah. Kita bisa memperbanyak shalat sunnah, 
bersedekah, berjihad, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. 
Kita sangat berharap semua amalan itu bisa mendatangkan banyak pahala. Tapi, 
kita lebih berharap lagi mendapat cintai dan ridha Allah swt.
   
  5. Disyariatkan pula kita melakukan takbir muthlaq –yaitu pada setiap saat, 
siang ataupun malam sampai shalat Ied– dan takbir muqayyad –yaitu takbir yang 
dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah. 
Bagi kita yanga sedang tidak berhaji, takbir dimulai dari sejak Zhuhur hari 
raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
   
  6. Berkurban. Bisa kita lakukan pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq. 
Ibadah ini adalah sunnah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad saw. 
mengukuhkannya menjadi syariat bagi kita. Sabda Nabi, “Berkurban dengan 
menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri 
yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan 
kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. (Hadits muttafaq ‘alaihi).
   
  7. Dilarang mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak 
berkurban. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah r.a. bahwa 
Nabi saw. bersabda: 
   
  “Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu 
ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan 
kukunya.” Dalam riwayat lain, “Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut 
atau kukunya sehingga ia berkurban.”
   
  Hal ini untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun 
hewan kurbannya. Firman Allah, “Dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, 
sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan.” [QS. Al-Baqarah (2): 196].
   
   Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban 
saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari 
mereka berkurban.
   
  8. Melaksanakan shalat Iedul Adha dan mendengarkan khutbahnya. Bahkan, 
anak-anak dan wanita-wanita yang sedang haidh pun diperintahkan Nabi saw. untuk 
hadir bersama jama’ah shalat ied di tanah lapang untuk mendengarkan khutbah. 


 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke