Kalau yang merebutnya benar2 orang yang peduli dengan rakyat kemudian merebut 
kekuasaan dengan pertumpahan darah seminimal mungkin lalu berkuasa maka tidak 
masalah. Akan lebih baik.

Tapi kalau yang merebut kekuasaan justru lebih buruk, atau terjadi pertumpahan 
darah besar-besaran kemudian mati digebuk, ini malah lebih menyengsarakan 
rakyat.

BTW, siapa sih yang mau merebut kekuasaan politik? Apa yang sudah mereka 
lakukan untuk mensejahterakan rakyat banyak? Minimal menyejahterakan segelintir 
orang di lingkungan mereka.
 
===
Mari belajar Islam dan berdakwah melalui SMS 
Cara berlangganan:
REG SI kirim ke 3252
Tarif Rp.1000 ,- + PPN
content akan dikirim tiap hari 
 
Untuk berhenti ketik:
UNREG SI kirim ke 3252 
 
Sementara ini hanya bisa diakses provider selular Telkomsel 
 
Dapatkan tulisan-tulisan tentang Islam di:
http://www.media-islam.or.id

----- Original Message ----
From: Umar Said <[EMAIL PROTECTED]>
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Friday, December 28, 2007 4:31:58 AM
Subject: [ppiindia] Merebut kekuasaan politik










  


    
             (Tulisan ini juga disajikan di website

http://kontak. club.fr/index. htm)



Merebut kekuasaan politik



Menjelang ditutupnya tahun 2007,  berikut ini adalah sekadar bahan untuk

renungan bersama mengenai masa depan  rakyat beserta negara RI  :



Dengan datangnya tahun baru 2008,  maka mungkin ada banyak orang yang

bertanya-tanya apakah tahun baru ini akan bisa mendatangkan

perubahan-perubahan besar yang menguntungkan negara dan bangsa, serta bisa

memperbaiki kehidupan sebagian terbesar rakyat Indonesia?



Mohon ma’af terlebih dulu kepada para pembaca yang sekiranya mempunyai

harapan (atau ilusi?) bahwa tahun 2008 bisa merupakan tahun yang membawa

perubahan-perubahan besar yang menguntungkan rakyat. Sebab, tulisan ini

dengan terus-terang menyatakan bahwa tahun 2008 akan tetap mengecewakan atau

akan terus menyedihkan bagi sebagian terbesar rakyat kita.  Terutama bagi

rakyat miskin yang jumlahnya lebih dari 40 juta orang, serta bagi orang yang

menganggur (termasuk pengangguran di kalangan orang muda) yang juga puluhan

juta jumlahnya.



Di samping itu, korupsi akan tetap terus merajalela, baik di kalangan atas,

menengah maupun kalangan  bawah. Penyuapan, penggelapan,  penyalahgunaan

kekuasaan dan praktek-praktek bathil lainnya akan terus banyak terjadi di

berbagai bidang eksekutif, legislatif dan yudikatif. Ketidakjujuran dan

ketidakadilan para hakim, para jaksa, para pejabat kepolisian, akan tetap

menjadikan hukum di Indonesia dilecehkan oleh banyak orang. Kebejatan moral

yang sangat meluas ini akan terus  - dalam tahun 2008 – menjadikan bangsa

kita sakit parah.



Dan ketika sebagian terbesar rakyat kita mengalami penderitaan berat akibat

kehidupan sehari-hari yang sulit (bahkan banyak yang busung lapar) maka

kita akan menyaksikan juga bahwa sebagian kecil bangsa kita hidup dengan

kelewat mewah berlebih-lebihan. Yang patut kita kutuk atau kita hujat adalah

bahwa banyak kehidupan bermewah-mewah dan berfoya-foya itu adalah hasil

curian atau praktek-praktek kriminal lainnya, yang merugikan kepentingan

rakyat dan negara.



Orde Baru adalah sumber banyak penyakit parah



Seperti yang sudah kita saksikan atau alami sendiri masing-masing,

kebobrokan moral dan kebusukan mental ini sebenarnya sudah terjadi sejak

lahirnya kekuasaan rejim militer Orde Baru, yang diteruskan oleh berbagai

pemerintahan yang menyusulnya (pemerintahan Habibi, Abdurrahman Wahid,

Megawati dan SBY-JK sekarang). Dan bagi mereka yang benar-benar serius

mengamati perkembangan rakyat dan bangsa adalah jelas sekali bahwa terutama

sekali Orde Barunya Suharto-lah yang telah menimbulkan kerusakan moral dan

pembusukan mental di banyak kalangan masyarakat. Kerusakan moral ini tidak

hanya tercermin dalam pelanggaran HAM secara besar-besaran terhadap jutaan

golongan kiri pendukung politik Bung Karno saja. Dan,  juga, tidak hanya

terwujud dalam merajalelanya korupsi secara parah dan ganas. Jauh lebih luas

dan lebih besar  dari itu semua !



Orde Barunya rejim militer Suharto telah mengubur segala yang luhur dan

besar dari tradisi perjuangan banyak perintis kemerdekaan, hanya oleh karena

perintis kemerdekaan ini pada umumnya  dianggap “kiri”, atau  simpatisan dan

pendukung gagasan-gagasan besar Bung Karno. Seperti kita saksikan bersama,

selama pemerintahan Orde Baru perkataan “revolusi” tidak banyak terdengar

lagi, karena revolusi adalah musuh rejim militer Suharto. Begitu juga

perkataan “gotong royong”, “berdikari”, “kolonialisme” dan “imperialisme” ,

“sosialisme”, dan NASAKOM adalah kata-kata yang sering diucapkan oleh Bung

Karno, yang kemudian dijadikan “taboo”  selama jaman Orde Baru itu.



“De-Sukarnoisasi” yang dijalankan oleh Orde Baru adalah pada dasarnya

pengkhianatan terhadap perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan

masyarakat adil dan makmur, masyarakat sosialis à la Indonesia dan

penguburan jiwa revolusioner sebagian besar rakyat Indonesia melawan

imperialisme. Sejak diberlakukannya “de-Sukarnoisasi” ini Orde Baru bukan

saja menjadikan bangsa kita sebagai antek imperialisme (terutama AS), dan

negara kita sebagai ladang pengurasan kekayaan bagi kepentingan modal asing,

melainkan juga telah merusak besar-besaran jiwa bangsa lewat berbagai

indoktrinasi yang menyesatkan. Akibat buruk berbagai macam indoktrinasi yang

menyesatkan ini kita bisa saksikan di berbagai bidang kehidupan bangsa

sampai sekarang.



Jadi, proses pembusukan moral secara besar-besaran ini sudah berjalan lebih

dari 40 tahun, dan dimulai  sejak dibangunnya Orde Baru oleh “golongan tua”

TNI-AD di bawah pimpinan Suharto. Pembusukan moral inilah yang menimbulkan

di seluruh negeri kita berbagai masalah sulit dan parah sekarang ini di

bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, termasuk agama.



Tidak mungkin ada perubahan dan perbaikan, kalau  ......



Sampai akhir tahun 2007, kalau kita baca suratkabar atau majalah Indonesia

(dan kita lihat tayangan di TV), maka tercerminlah di situ betapa banyaknya

persoalan-persoalan besar dan rumit yang harus dihadapi bangsa dan negara.

Banyak persoalan-persoalan ini bertumpuk-tumpuk karena tidak bisa ditangani

atau diselesaikan secara baik dan tuntas. Karena banyaknya persoalan, dan

juga karena parahnya, maka tipislah harapan bahwa persoalan-persoalan itu

akan dapat diselesaikan dalam tahun 2008. Bahkan, juga tidak akan mungkin

dalam tahun 2009 atau 2010 atau 2015 sekalipun, kalau kekuasaan politik

masih terus dipegang atau didominasi oleh orang-orang yang berjiwa Orde

Baru. Sebab, patut selalu kita ingat bahwa justru orang-orang yang berjiwa

Orde Baru-lah yang menjadi sumber penyakit bangsa, atau yang menjadi

penyebab banyak persoalan-persoalan parah di negeri kita.



Artinya, selama jangka waktu yang cukup lama di masa mendatang tidak mungkin

ada perubahan-perubahan besar yang bisa membawa perbaikan hidup bagi

sebagian terbesar rakyat kita yang sedang sangat menderita karena

kemiskinan, pengangguran, kelaparan, dan kekurangan kesehatan. Tentu saja,

tidak akan ada perubahan-perubahan besar yang menguntungkan kepentingan

orang banyak, karena kekuasaan politik ada dalam genggaman orang-orang yang

tidak peduli terhadap nasib rakyat. Mereka yang bermoral begitu rendah ini

tidak menginginkan adanya perubahan-perubahan besar atau perbaikan-perbaikan

fundamental dalam pengelolaan negara, karena mereka takut kehilangan

kesempatan untuk mencuri kekayaan rakyat dan negara. Para penjahat yang

menempati banyak kedudukan penting-penting dalam bidang eksekutif,

legislatif dan yudikatif, merasa lebih diuntungkan dengan adanya kebobrokan

moral  dan ke-ambur-adulan pengelolaan kehidupan negara dan pemerintahan.



Hukum dan peradilan dapat “dibeli” dengan uang banyak



Para penjahat ini (di antaranya ada yang terdiri dari tokoh-tokoh

pemerintahan dan masyarakat, termasuk  anggota-anggota perwakilan rakyat,

dan tokoh-tokoh partai politik dan agama) merasa terancam kalau KPK

betul-betul bisa melaksanakan tugas-tugasnya dalam memberantas korupsi

dengan tegas,  konsekwen, jujur, tuntas, dan tidak pandang bulu



Sampai akhir tahun 2007, citra penegakan hukum (rule of law) di Indonesia

tidaklah cemerlang sama sekali. Menurut hasil survey, dunia peradilan di

negeri kita juga termasuk dalam kategori yang terkorup. Citra banyak hakim,

jaksa dan polisi dikotori oleh banyaknya berita dan desas-desus (yang

berdasar) tentang praktek suapan, sehingga penjahat-penjahat besar dapat

“membeli”  hukum dan pengadilan dengan uang yang banyak (ingat kasus Tommy

Suharto, antara lain). Oleh karena itu, apakah dalam tahun 2008 dunia hukum

di negeri kita akan ada perbaikan adalah soal yang sulit diramalkan. Sebab,

masih cukup banyak persoalan-persoalan di Mahkamah Agung yang “tidak jelas

juntrungnya”. Juga di Kejaksaan Agung. Jadi, kita akan sama-sama menyaksikan

bahwa seruan PBB dan Bank Dunia untuk membenahi hukum dan peradilan di

Indonesia, antara lain dengan program StAR Initiative, tidak akan mempunyai

dampak yang besar.



Dalam tahun 2008 tidak banyak perubahan yang akan terjadi, karena sebagian

terbesar tokoh-tokoh dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat, akan sibuk

sekali dengan kegiatan-kegiatan menghadapi Pemilu 2009. Kesibukan luar biasa

dari partai-partai politik dan berbagai kalangan masyarakat untuk

diselenggarakannya Pemilu tahun 2009 ini tidak akan banyak pengaruhnya untuk

perbaikan nasib sebagian terbesar rakyat Indonesia.



Pemilu 2009 tidak akan mendatangkan perubahan besar



Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, rakyat Indonesia perlu menyadari

bahwa  tidak perlu menaruh harapan terlalu besar atas hasil Pemilu 2009.

Sebab, akan sama-sama kita saksikan dan kita alami sendiri, bahwa Pemilu

2009 tidak akan mendatangkan perubahan-perubahan besar yang bisa memperbaiki

kehidupan rakyat banyak.



Pemilu tahun 2009 hanya akan tetap merupakan jalan bagi partai-partai

politik, yang  selama ini sudah memegang kekuasaan politik, untuk terus

berkuasa. Sedangkan kita semua melihat bahwa sebagian besar partai-partai

politik itu (antara lain Golkar, PDI-P, Partai Demokrat, PPP) sudah

menunjukkan “bhakti”-nya atau “jasa”-nya (harap perhatikan tandakutip di

sini) kepada rakyat Indonesia, yang hasil negatifnya  malah mendatangkan

penderitaan bagi banyak  orang.



Oleh karena itulah, kita tidak perlu (atau,bahkan,  tidak boleh !) menaruh

ilusi kepada hasil Pemilu 2009 yang akan datang. Seperti dibuktikan oleh

pengalaman yang sudah-sudah, pemilu yang diikuti oleh partai-partai

tradisional  itu telah terbukti  --  dengan jelas sekali ! -- tidak pernah

mendatangkan perubahan-perubahan besar yang menguntungkan perbaikan hidup

bagi sebagian terbesar rakyat, terutama rakyat miskin. Segala janji-janji

yang biasanya diuar-uarkan secara bagus-bagus dan muluk-muluk  itu ternyata

hanyalah  omongkosong saja , yang kemudian dicampakkan begitu saja atau

dilupakan, setelah pemilu lewat.  Anggota-anggota berbagai perwakilan rakyat

(di tingkat nasional, propinsi, atau kabupaten)  yang ditunjuk oleh

partai-partai, selama ini lebih banyak mengurusi kepentingan partai atau

golongan, daripada mengurusi kepentingan rakyat banyak, sambil melakukan

hal-hal yang haram atau terlarang.



Peran GOLKAR yang negatif dan merusak



Contoh negatif yang paling menyolok dalam hal ini adalah apa yang dilakukan

oleh Golkar selama lebih dari 40 tahun. Seperti yang sudah disaksikan oleh

banyak orang selama ini, Golkar, sebagai kekuatan politik yang paling besar

pendukung rejim militer Orde Baru sepanjang  32 tahun, tidak  berbuat banyak

untuk perbaikan nasib rakyat banyak. Sebaliknya, Golkar telah merupakan

kendaraan  politik Suharto dalam merusak cita-cita para pejuang kemerdekaan

dan menghancurkan segala yang baik dari gagasan-gagasan besar Bung Karno.



Itulah sebabnya, maka sekarang ini  -  dan juga di masa-masa yang akan

datang --  tidak bisa diharapkan adanya perubahan-perubahan  fundamental dan

besar-besaran, selama Golkar masih memainkan peran  penting dalam kehidupan

politik. Dan sudah dapat diramalkan bahwa dalam Pemilu 2009 akan tetap

memperoleh suara yang banyak sekali. Sebab, Golkar (dengan dibantu oleh

berbagai kekuatan pro-Suharto) masih menguasai sebagian besar birokrasi, di

samping menumpuk dana yang juga besar sekali, yang berasal dari

sumber-sumber yang bisa dipersoalkan “kebersihannya” .



Karenanya, perlu sekali menjadi kesadaran kita bersama bahwa Golkar (dan

para pendukung politik Orde Barunya Suharto) adalah kekuatan politik di

negeri kita yang menentang adanya perubahan-perubahan besar yang

menguntungkan kepentingan rakyat banyak (sekali lagi, terutama sekali rakyat

miskin). Dan bahwa perubahan-perubahan besar tidak akan mungkin dilakukan

oleh Golkar, atau bersama-sama Golkar. Itu pulalah penjelasannya mengapa

kita tidak boleh punya ilusi bahwa Pemilu 2009 akan mendatangkan perbaikan

kehidupan bagi rakyat banyak. Perubahan dan perbaikan besar-besaran hanya

dapat dilakukan kalau Golkar (dan para pendukung-pendukung Orde Barunya

Suharto yang lain) sudah tidak berdominasi lagi dalam kehidupan politik

negeri kita.



Pentingnya rakyat merebut kekuasaan politik



Oleh karena itu, seluruh golongan  dalam  masyarakat yang mendambakan

perubahan-perubahan besar demi kepentingan rakyat banyak perlu berusaha  --

dengan segala cara dan bentuk – untuk menghimpun, kemudian memperbesar dan

meluaskan kekuatan guna mendorong adanya perubahan-perubahan yang mendasar.

Perubahan yang mendasar dan perbaikan yang mendalam hanya dapat dilaksanakan

kalau kekuasaan politik ada di tangan kekuatan-kekuatan pro-rakyat dan

anti-imperialisme atau anti-neoliberalisme . Artinya, untuk lebih jelas lagi,

negeri kita akan bisa melakukan perubahan-perubahan besar untuk perbaikan

kehidupan rakyat, kalau kekuatan-kekuatan pro-rakyat sudah bisa merebut

kekuasaan politik di negeri kita.



Untuk bisa mendorong terjadinya perebutan kekuasaan politik ini, diperlukan

adanya dukungan dari banyak golongan, melalui berbagai macam kegiatan dan

aksi-aksi massa. Segala macam aksi atau gerakan rakyat, yang menuntut

perbaikan kesejahteraan hidup, dan melawan kejahatan korupsi, perlu

dikembangkan bersama-sama. Dan dengan digalakkannya aksi-aksi sosial dan

aksi-aksi politik di berbagai bidang dan dalam macam-macam bentuk ini

bisalah kemudian  diperdalam kesedaran politik banyak orang bahwa hanya

perubahan kekuasaan politik menjadi pro-rakyat-lah yang merupakan jalan

lapang bagi terciptanya masyarakat sejahtera, adil dan makmur.



Merebut kekuasaan politik untuk kepentingan rakyat banyak



Aksi-aksi atau gerakan yang dilancarkan oleh  berbagai golongan dalam

masyarakat untuk mendorong terjadinya perubahan-perubahan besar bagi

kepentingan rakyat banyak ini sangat mutlak diperlukan guna memungkinkan

terjadiya perebutan kekuasaan politik dari tangan-tangan para pendukung Orde

Baru (dan sisa-sisanya) . Dan bagi kita adalah perlu jelas, bahwa merebut

kekuasaan politik demi kepentingan rakyat banyak adalah tujuan yang sah dan

luhur dan tindakan yang mulia. Sebaliknya, membiarkan terus-menerus

dikangkanginya kekuasaan politik oleh kalangan-kalangan yang korup atau

rusak moralnya adalah sikap yang salah atau khianat. Supaya lebih jelas

lagi, merebut kekuasaan politik dari para penjahat negara dan pengkhianat

rakyat adalah perbuatan yang dibenarkan oleh fikiran atau nalar yang sehat,

dan adalah sikap politik yang benar. Apa yang terjadi di negara-negara

Amerika Latin akhir-akhir ini menunjukkan contohnya (antara lain :

Venezuela, Bolivia, Argentina, Brasilia, Cili, dengan kadar dan bentuk yang

berbeda-beda)



Sejarah bangsa kita sejak berkuasanya Suharto dan konco-konconya menunjukkan

dengan gamblang sekali bahwa berbagai masalah besar dan parah, yang

merupakan penyakit bangsa (antara lain ; korupsi yang merajalela, kerusakan

moral yang meluas, ketidakpedulian terhadap nasib rakyat banyak) tidak

mungkin lagi diatasi atau diselesaikan oleh kekuasaan politik yang dipegang

terus-menerus oleh orang-orang “lama” yang berjiwa pro-Orde Baru. Sebab,

justru mereka-mereka itulah yang merupakan penyakit bangsa!



Oleh karena itu, sudah makin terasa mendesaklah perlu tampilnya gerakan

besar-besaran dari berbagai golongan (terutama dari kalangan generasi muda)

untuk mempercepat atau mendorong terjadinya perebutan kekuasaan politik di

negeri kita.. Merebut kekuasaan politik dari genggaman kalangan pengkhianat

kepentingan rakyat, demi membangun masyarakat yang sejahtera dan demokratis,

adalah tugas luhur  kita bersama. Merebut kekuasaan politik dan

menggantikannya dengan yang benar-benar mentrapkan jiwa Pancasila-nya Bung

Karno (dan bukannya Pancasila “palsu” yang dijajakan selama puluhan tahun

oleh Suharto dkk) dan yang menjunjung tinggi-tinggi Bhinneka Tunggal Ika,

adalah tujuan perjuangan jangka panjang rakyat.



Jadi,  merebut kekuasaan politik, dengan arah yang demikian, sama sekali

bukanlah perbuatan yang tercela dan terlarang. Melainkan, (dan bahkan

sebaliknya !), adalah perbuatan yang secara politik dibenarkan, dan secara

moral dianjurkan. Dan syukurlah bahwa kesedaran ke arah ini sudah mulai

tumbuh di berbagai kalangan. Dan ini pulalah yang menjadi sumber harapan

kita untuk menyongsong hari depan yang lebih baik bagi rakyat.



Paris, 28 Desember 2007



No virus found in this outgoing message.

Checked by AVG Free Edition.

Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.17.9/1198 - Release Date: 26/12/2007

17:26



[Non-text portions of this message have been removed]





    
  

    
    




<!--

#ygrp-mkp{
border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;}
#ygrp-mkp hr{
border:1px solid #d8d8d8;}
#ygrp-mkp #hd{
color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;}
#ygrp-mkp #ads{
margin-bottom:10px;}
#ygrp-mkp .ad{
padding:0 0;}
#ygrp-mkp .ad a{
color:#0000ff;text-decoration:none;}
-->



<!--

#ygrp-sponsor #ygrp-lc{
font-family:Arial;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
margin-bottom:10px;padding:0 0;}
-->



<!--

#ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;}
#ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
#ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, 
sans-serif;}
#ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
#ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
#ygrp-text{
font-family:Georgia;
}
#ygrp-text p{
margin:0 0 1em 0;}
#ygrp-tpmsgs{
font-family:Arial;
clear:both;}
#ygrp-vitnav{
padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
#ygrp-vitnav a{
padding:0 1px;}
#ygrp-actbar{
clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;}
#ygrp-actbar .left{
float:left;white-space:nowrap;}
.bld{font-weight:bold;}
#ygrp-grft{
font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
#ygrp-ft{
font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666;
padding:5px 0;
}
#ygrp-mlmsg #logo{
padding-bottom:10px;}

#ygrp-vital{
background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
#ygrp-vital #vithd{
font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;}
#ygrp-vital ul{
padding:0;margin:2px 0;}
#ygrp-vital ul li{
list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;
}
#ygrp-vital ul li .ct{
font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;}
#ygrp-vital ul li .cat{
font-weight:bold;}
#ygrp-vital a{
text-decoration:none;}

#ygrp-vital a:hover{
text-decoration:underline;}

#ygrp-sponsor #hd{
color:#999;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov{
padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
#ygrp-sponsor #ov ul{
padding:0 0 0 8px;margin:0;}
#ygrp-sponsor #ov li{
list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov li a{
text-decoration:none;font-size:130%;}
#ygrp-sponsor #nc{
background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
#ygrp-sponsor .ad{
padding:8px 0;}
#ygrp-sponsor .ad #hd1{
font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor .ad a{
text-decoration:none;}
#ygrp-sponsor .ad a:hover{
text-decoration:underline;}
#ygrp-sponsor .ad p{
margin:0;}
o{font-size:0;}
.MsoNormal{
margin:0 0 0 0;}
#ygrp-text tt{
font-size:120%;}
blockquote{margin:0 0 0 4px;}
.replbq{margin:4;}
-->









      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke