Mbak Salma, mau nanya nih...! Kalau lihat artikel tadi, apakah bunda theresa 
yang berjuang sepanjang hidupnya untuk kaum miskin di calcuta india termasuk 
kategori diabolisme intelektual? Juga Gustavo Guiteres yang berjuang melawan 
rezim yang menindas rakyat keci di Amerika Latin, termasuk pula Martin Luther 
King tokoh pembebasan orang kulit hitam dari diskriminasi rasial di AS disebut 
diabolos? Mereka semua non-muslim, tidak mengimani Alquran dan Kerasulan Nabi 
Muhammad....!

Salam,
Patricia Devita

sFe wrote: 
>             Diabolisme Intelektual 
> tanggal : 10/01/2007 
> al-islahonline. com : 
> Oleh Dr. Syamsuddin Arif,MA * 
> Diábolos adalah Iblis dalam bahasa Yunani kuno, menurut A. Jeffery dalam 
> bukunya the Foreign Vocabulary of the Qur'an, cetakan Baroda 1938, hlm. 48. 
> Maka istilah "diabolisme" berarti pemikiran, watak dan perilaku ala Iblis 
> ataupun pengabdian padanya. 
>   Dalam kitab suci al-Qur'an dinyatakan bahwa Iblis termasuk bangsa jin 
> (18:50), yang diciptakan dari api (15:27). Sebagaimana kita ketahui, ia 
> dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam. 
> Apakah Iblis atheist? Tidak. Apakah ia agnostik? Tidak. Iblis tidak 
> mengingkari adanya Tuhan. Iblis tidak meragukan wujud maupun ketunggalan- 
> Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus persen. Lalu 
> mengapa ia dilaknat dan disebut 'kafir'? Di sinilah letak persoalannya. 
> Kenal dan tahu saja, tidak cukup. Percaya dan mengakui saja, tidak cukup. 
> Mereka yang kafir dari kalangan Ahli Kitab pun kenal dan tahu persis siapa 
> dan bagaimana terpercayanya Rasulullah SAW, sebagaimana orangtua mengenali 
> anak kandungnya sendiri (ya'rifunahu kama ya'rifuna abna'ahum). Namun tetap 
> saja mereka enggan masuk Islam. 
> Jelaslah bahwa pengetahuan, kepercayaan, dan pernyataan harus disertai dengan 
> kepatuhan dan ketundukan, harus diikuti dengan kesediaan dan kemauan untuk 
> merendah, menurut dan melaksanakan perintah. "Knowledge and recognition 
> should be followed by acknowledgement and submission, " tegas Profesor Naquib 
> al-Attas. 
> Kesalahan Iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya 
> karena ia membangkang (aba, QS 2:34, 15:31, 20:116), menganggap dirinya hebat 
> (istakbara, QS 2:34, 38:73, 38:75), dan melawan perintah Tuhan (fasaqa ?an 
> amri rabbihi, QS 18:50). Dalam hal ini, Iblis tidak sendirian. Sudah banyak 
> orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan 
> berprilaku seperti yang dicontohkannya. 
> Iblis adalah 'prototype' intelektual 'keblinger'. Sebagaimana dikisahkan 
> dalam al-Qur'an, sejurus setelah ia divonis, Iblis mohon agar ajalnya 
> ditangguhkan. Dikabulkan dan dibebaskan untuk sementara waktu, ia pun 
> bersumpah untuk menyeret orang lain ke jalannya, dengan segala cara. 
>   "Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, 
> dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan 
> kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri 
> janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka 
> melainkan tipuan belaka. (4)" (QS 17:64) 
> (4) Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk 
> menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala 
> tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang 
> benar-benar beriman. 
> Maka Iblis pun bertekad: 
>   "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan 
> (menghalang- halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan 
> mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari 
> kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur 
> (ta’at)." (QS 7:16-17) 
>   Maksudnya, menurut Ibnu ?Abbas ra, Iblis bertekad untuk menyesatkan orang 
> dengan menebar keraguan, membuat orang ragu dan lupa pada akhirat, alergi dan 
> anti terhadap kebaikan dan kebenaran, gandrung dan tergila-gila pada dunia, 
> hobi dan cuek berbuat dosa, ragu dan bingung soal agama (Lihat: Ibn Katsir, 
> Tafsir al-Qur'an al-?Az?im, cetakan Beirut, al-Maktabah al-?As?riyyah, 1995, 
> vol. 2, hlm. 190). 
> Tidak sulit untuk mengidentifikasi cendekiawan bermental Iblis. Sebab, 
> ciri-cirinya telah cukup diterangkan dalam al-Qur'an sebagai berikut. 
>   Pertama, selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu 
> dan faham, namun tidak akan pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya 
> Fir'aun berikut hulu-balangnya, zulman wa 'uluwwan, meskipun dan padahal hati 
> kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha anfusuhum). 
> Maka selalu dicarinya argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi 
> mempertahankan opininya. Sebab, yang penting baginya bukan kebenaran, akan 
> tetapi pembenaran. Jadi, bukan karena ia tak tahu mana yang benar, tetapi 
> karena ia memang tidak mau mengikuti dan tunduk pada kebenaran itu. Jadi 
> jangan heran bila selalu saja ada cendekiawan yang meskipun nota bene Muslim, 
> namun sifatnya seperti itu. Ideologi dan opini pemikirannya yang liar lebih 
> ia pentingkan dan ia pertahankan ketimbang kebenaran dan aqidah Islamnya. 
> Dalam tradisi keilmuan Islam, sikap membangkang semacam ini disebut juga 
> al-'inadiyyah (Lihat: Abu Hafs Najmuddin Umar ibn Muhammad an-Nasafi (w. 537 
> H/1142 M), al-'Aqa'id, dalam Majmu? min Muhimmat al-Mutun, Kairo: al-Matba'ah 
> al-Khayriyyah, 1306 H, hlm. 19). 
> Kedua, intelektual diabolik bersikap takabbur (sombong, angkuh, congkak, 
> arrogans). Pengertian takabbur ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW yang 
> diriwayatkan oleh Imam Muslim (no.147): "Sombong ialah menolak yang haq dan 
> meremehkan orang lain (al-kibru batarul-haqq wa ghamtu n-nas)". 
> Akibatnya, orang yang mengikuti kebenaran sebagaimana dinyatakan dalam 
> al-Qur'an atau hadis Nabi SAW dianggapnya dogmatis, literalis, logosentris, 
> fundamentalis, konservatif dan lain sebagainya. 
> Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, berpandangan relativistik dan 
> skeptis, menghujat al-Qur'an maupun Hadis, meragukan dan menolak 
> kebenarannya, justru disanjung sebagai intelektual kritis, reformis dan 
> sebagainya, meskipun terbukti zindiq, heretik dan bermental Iblis. 
> Mereka bermuka dua, menggunakan standar ganda (2:14). Mereka menganggap orang 
> beriman itu bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha'). 
> Intelektual semacam inilah yang diancam Allah dalam al-Qur'an : 
>   "Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi 
> tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat 
> tiap-tiap ayat (Ku) (4), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka 
> melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, 
> tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang 
> demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka 
> selalu lalai daripadanya. " (QS 7:146) 
>    (4) Yang dimaksud dengan ayat-ayat di sini ialah: ayat-ayat Taurat, 
> tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. 
> Ciri yang ketiga ialah mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa 
> kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan tidak tahu mana yang benar dan 
> mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Yang batil 
> dipoles dan dikemas sedemikian rupa sehingga nampak seolah-olah haq. 
> Sebaliknya, yang haq digunting dan di'preteli' sehingga kelihatan seperti 
> batil. Ataupun dicampur-aduk dua-duanya sehingga tidak jelas lagi beda antara 
> yang benar dan yang salah. Strategi semacam ini memang sangat efektif untuk 
> membuat orang lain bingung dan terkecoh. 
> Contohnya seperti yang dilakukan oleh para pengasong gagasan inklusivisme dan 
> pluralisme agama. Mereka mengutip ayat-ayat al-Qur'an (2:62 dan 5:69) untuk 
> menjustifikasi pemikiran liarnya, untuk mengatakan semua agama adalah sama, 
> tanpa mempedulikan konteks siyaq, sibaq dan lihaq maupun tafsir bi l-ma'tsur 
> dari ayat-ayat tersebut. 
> Sama halnya yang dilakukan oleh para orientalis Barat dalam kajian mereka 
> terhadap al-Qur'an dan Hadis. Mereka mempersoalkan dan membesar-besarkan 
> perkara-perkara kecil, mengutak-atik yang sudah jelas dan tuntas, sambil 
> mendistorsi dan memanipulasi (tahrif) sumber-sumber yang ada.. 
>   Hal ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat kebanyakan mereka adalah 
> Yahudi dan Nasrani yang karakternya telah dijelaskan dalam al-Qur'an 3:71, 
> "Ya ahla l-kitab lima talbisuna l-haqq bi l-batil wa taktumu l-haqq wa antum 
> ta'lamun?" 
>   "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil 
> (1), dan menyembunyikan kebenaran (2), padahal kamu mengetahui?"  (QS 3:71) 
> (1) Yaitu: menutupi firman-firman Allah yang termaktub dalam Taurat dan Injil 
> dengan perkataan-perkataan yang dibuat-buat mereka (ahli kitab) sendiri. 
> (2) Maksudnya: kebenaran tentang kenabian Muhammad s.a.w. yang tersebut dalam 
> Taurat dan Injil. 
> Yang sangat mengherankan ialah ketika hal yang sama dilakukan oleh mereka 
> yang zahirnya Muslim. 
> Karena watak dan peran yang dilakoninya itu, Iblis disebut juga Setan 
> (syaytan), kemungkinan dari bahasa Ibrani 'syatan', yang artinya lawan atau 
> musuh (Lihat: W. Gesenius, Lexicon Manuale Hebraicum et Chaldaicum in Veteris 
> Testamenti Libros). Dalam al-Qur'an memang ditegaskan bahwa setan adalah 
> musuh nyata manusia (12:5, 17:53 dan 35:6). 
>   Selain pembangkang ('asiyy), setan berwatak jahat, liar, dan kurang ajar 
> (marid dan marid). Untuk menggelincirkan (istazalla), menjerumuskan (yughwi) 
> dan menyesatkan (yudillu) orang, setan juga memakai strategi. 
>   Caranya dengan menyusup dan mempengaruhi (yatakhabbat) , merasuk dan 
> merusak (yanzagh), menaklukkan (istahwa) dan menguasai (istah'wadza) , 
> menghalang-halangi (yasudd) dan menakut-nakuti (yukhawwif), merekomendasi 
> (sawwala) dan menggiring (ta'uzz), menyeru (yad'u) dan menjebak (yaftin), 
> menciptakan imej positif untuk kebatilan (zayyana lahum a'malahum), 
> membisikkan hal-hal negatif ke dalam hati dan pikiran seseorang (yuwaswis), 
> menjanjikan dan memberikan iming-iming (ya'iduhum wa yumannihim), memperdaya 
> dengan tipu muslihat (dalla bi-ghurur), membuat orang lupa dan lalai (yunsi), 
> menyulut konflik dan kebencian (yuqi'u l-'adawah wa l-baghda'), menganjurkan 
> perbuatan maksiat dan amoral (ya'mur bi l-fahsya' wa l-munkar) serta menyuruh 
> orang supaya kafir (qala li l-insani-kfur) . 
> Nah, trik-trik inilah yang juga dipraktekan oleh antek-antek dan 
> konco-konconya dari kalangan cendekiawan dan ilmuwan. Mereka disebut awliya' 
> al-syaytan (4:76), ikhwan al-syaytan (3:175), hizb al-syaytan (58:19) dan 
> junudu Iblis (26:94). Mereka menikam agama dan mempropagandakan pemikiran 
> liar atas nama hak asasi manusia (HAM), kebebasan berekspresi, demokrasi, 
> pembaharuan, pencerahan ataupun penyegaran. 
> Semua ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru atau pertama kali terjadi, 
> seperti segera diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah pemikiran 
> Islam. Semuanya merupakan repetisi dan reproduksi belaka. History repeats 
> itself, kata pepatah bule. Hanya pelakonnya yang beda, namun karakter dan 
> perannya sama saja. Ada Fir'aun dan ada Musa as. Muncul Suhrawardi al-Maqtul, 
> tetapi ada Ibn Taymiyyah. Lalu lahir Hamzah Fansuri, namun datang ar-Raniri, 
> dan seterusnya. 
> "Al-Qur'an pun telah mensinyalir: Di antara manusia ada orang yang membantah 
> tentang Allah (1) tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang 
> sangat jahat, yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa 
> yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke 
> azab neraka." (QS 22:3-4) 
> (1) Maksud "membantah tentang Allah" ialah membantah sifat-sifat dan 
> kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu 
> adalah puteri-puteri Allah dan Al Qur’an itu adalah dongengan orang-orang 
> dahulu dan bahwa Allah tidak kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati 
> dan telah menjadi tanah. 
>   Maka kaum beriman diingatkan agar senantiasa menyadari bahwa: 
>   "........ Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. 
> Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka 
> membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah 
> menjadi orang-orang yang musyrik" (QS 6:121) 
> Ini tidak berarti kita dilarang berpikir atau berijtihad. Berpendapat boleh 
> saja, asal dengan ilmu dan adab. Wallahu a'lam. 
> *Penulis adalah peneliti INSISTS, kini menempuh program doktor keduanya di 
> Universitas Frankfurt, Jerman 
> Send instant messages to your online friends http://uk.messenger .yahoo.com 
> [Non-text portions of this message have been removed] 
>      


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke