jangan lupa, bung harsutejo ini punya pengalaman sebagai tapol 65, jadi gak 
sembarangan bercerita soal praktik kekejaman di jaman kegelapan.

kekejaman hitler ditayangkan setiap tahun secara periodik oleh tv belanda, tv 
belgia, dan tv inggris. kerna penduduk eropa musti diterangkan setiap tahun, 
apa itu artinya kekejaman hitler. selain untuk menahan gerakan fasisme juga utk 
mendidik generasi muda agar gak ketipu oleh rayuan si neonazi.

di indonesia lain lagi, kekejaman diktatornya disembunyikan dalam lemari besi 
tanpa hati. setega itu rupanya bangsa indonesia disiksa oleh bangsanya sendiri.

kepincangan sosial, dan penindasan yg masih berjalan sampai hari musti dilawan, 
membiarkan sejarah berdarah itu tinggal kenangan doang, berarti masih mau 
diperbudak uang haram.

demikian kira2 intisari surat kawan2 dari seluruh dunia di milis sastra 
pembebasan. ini baru 1 milis dari ratusan milis berbahasa indonesia.

jika pemerintah budeg gak mau dengeri swara hati rakyatnya, maka keterpurukan 
indonesia akan semakin parah, akibat mengabaikan keaslian indonesia punya 
sejarah.

heri latief
amsterdam

--- In [EMAIL PROTECTED], "Harsutejo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


NERAKA REZIM SUHARTO (UNTOLD STORY)

Oleh: Harsutejo

Judul di atas bukanlan bikinan saya, tetapi judul sebuah buku tipis (156 + xi 
halaman) yang kemudian diikuti sub-judul "Misteri Tempat Penyiksaan Orde Baru" 
susunan Margiyono dan Kurniawan Tri Yunanto, Spasi & VHRBook, Jakarta, 2007.

Bagi yang mengenal kekejaman rezim Orba, apalagi bagi mereka yang pernah 
menjadi tapol Orba, dari sebagian daftar isinya dapat membayangkan apa 
kira-kira kisah di dalamnya: Bab I Rumah Setan di Gunung Sahari; Bab II Rumah 
Hantu di Menteng Atas; Bab III Kekejaman di Kremlin [Kramat Lima]; Bab IV 
Jeritan di Rumah Meester Cornelis; Bab V Horor di Gang Buntu; dst. Kedua 
penulis muda ini tidak sedang bercerita tentang kisah horor yang banyak muncul 
di televisi belakangan ini, tapi tentang kekejaman yang dialami para tapol, 
para terculik yang dilakukan rezim militer Orba Suharto sejak 1965 sampai 1998, 
bagian dari sejarah kelam horor.

Rumah Setan di Gunung Sahari terletak di Gunungsahari III, sebuah rumah besar 
milik seorang Tionghoa yang dirampas dan dijadikan markas Operasi Kalong 
setelah tragedi 1 Oktober 1965. Operasi di bawah Mayor Suroso ini pula yang 
berhasil menangkap orang keempat PKI Sudisman karena pengkhianatan kawan dekat 
dan pembantunya. Algojo yang bernama Letnan Bob tersohor kekejamannya, setiap 
tapol di Jakarta gemetar jika dibon olehnya ke markas Kalong. Alat penyiksa 
standar berupa pentungan kayu dan karet, buntut ikan pari yang dipasangi paku 
kecil, kabel dengan lempeng-lempeng yang dialiri listrik. Setiap tapol baru 
dikejutkan dan dihancurkan mentalnya dengan siksaan alat-alat tersebut, apapun 
yang diakuinya. Sengatan listrik merupakan ujung kekuatan seorang pesakitan 
berakhir. Setiap tapol perempuan diperiksa dengan telanjang bulat, demikian 
juga dengan interogatornya.

Di Kalong tersohor pula legenda seorang aktivis Gerwani bernama Sri Ambar yang 
tetap bungkam meski telah disiksa dengan gebukan, setruman, kemudian digantung 
telanjang bulat di pohon mangga. Bokongnya kemudian ditusuk bayonet oleh 
seorang tentara penyiksa. Siksaan berlanjut dengan didatangkannya ibu dan dua 
orang anaknya yang masih kecil (ketiganya juga ditahan) untuk menyaksikannya.

Seorang pemuda tapol yang kuat badannya berumur sekitar 30 tahun disiksa 
habis-habisan dengan gebukan dan sengatan listrik di markas Zinpur 8. Ia juga 
digantung selama seminggu di Lenteng Agung, banyak bagian badannya mengucurkan 
darah karena diiris silet. Luka itu kemudian disiram bensin. Ia pun menjadi 
sasaran latihan lemparan pisau komando. Pada suatu malam badannya ditembus tiga 
peluru, karena keterangannya masih diperlukan, ia dibawa ke RSPAD Gatot Subroto 
dan mendapatkan transfusi darah sebanyak 10 liter. Dalam keadaan masih sakit, 
ia berkali-kali diinterogasi, bahkan dengan disetrum. Ia kemudian dilemparkan 
ke sel Kodim 0505 Jatinegara, salah satu tempat penyiksaan tapol. Dalam sel 5x6 
meter itu ia berjubel bersama 200 tapol lainnya. 

Di bagian akhir terdapat kesaksian sejumlah aktivis muda dan mahasiswa, di 
antaranya dari PRD. Seperti kita ketahui sejumlah aktivis diculik rezim Suharto 
pada pertengahan pertama 1998 sebelum diktator militer itu jatuh. Sejumlah 
aktivis setelah diculik, semula berada di instansi militer resmi seperti Kodim 
Jakarta Timur, disiksa dan diinterogasi di instansi militer [rahasia] dalam 
keadaan mata terus ditutup. Tiba-tiba mereka sudah dibawa ke Polda Metro Jaya. 
Sejumlah aktivis kemudia n dibebaskan dalam bulan Juni 1998 setelah tumbangnya 
sang diktator. 

Seperti kita ketahui masih ada 13 orang aktivis yang diculik oleh instansi yang 
sama di masa itu tidak pernah kembali, di antaranya aktivis buruh sekaligus 
penyair, Wiji Thukul dengan seruannya yang tersohor: HANYA ADA SATU KATA: 
LAWAN! Ketika itu seorang petinggi militer, Jenderal Syarwan Hamid yang amat 
ditakuti karena jabatannya, menyatakan bahwa Wiji Thukul telah menantang 
pemerintah. Rupanya rezim militer yang perkasa itu takut juga dengan seorang 
penyair miskin kerempeng.

Instansi militer penculik [rahasia] yang terang identitasnya di mata beberapa 
Kodim dan Polda Metro Jaya sampai saat ini belum diusut. Di mana 13 pemuda 
bibit bangsa itu telah dibunuh dan dikubur? Adakah HAM hanya untuk kaum 
koruptor dan tersangka koruptor serta Jenderal Besar (Purn) Suharto, dan tidak 
untuk para [bekas] tapol dan aktivis yang melawan kediktatoran rezim militer 
Orba?

Bekasi, 9 Januari 2008

http://progind.net/
jangan lupa ikut polling di progind.net

      
[EMAIL PROTECTED]
milisgrup opini alternatif

  
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/
penerbit buku sejarah alternatif

  
http://progind.net/
kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan

  http://herilatief.wordpress.com/




       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to