TEMPO
  Edisi. 45/XXXVI/31 Desember - 06 Januari 2008 
   
  Feisal Abdul Rauf: 
Pengertian terhadap Islam Membaik   
            Feisal Abdul Rauf, 59 tahun, orang yang sibuk. Sejak pecah tragedi 
11 September enam tahun silam, ia aktif menggelar diskusi atau dialog tentang 
Islam yang tidak identik dengan teror. 
   
  Langkahnya jelas: ia membangun dialog lintas agama di antara para pemuka 
agama. Dengan kata lain, ia berusaha menghapus sentimen masyarakat Amerika yang 
telanjur negatif terhadap Islam. Dan perlahan-lahan, menurut dia, kebencian itu 
memudar. 
   
  Feisal Abdul Rauf memang tak bisa lepas dari tragedi itu. Ia imam Masjid 
Al-Farah yang terletak beberapa blok dari menara World Trade Center. Bukunya 
yang berjudul What’s Right with Islam: A New Vision for Muslims and the West 
berisi pandangannya tentang kesamaan platform antara Islam dan Amerika. Islam 
dan Amerika, kata dia, sama-sama mempromosikan kebebasan, keadilan, kesetaraan, 
dan persaudaraan. 
   
  Tapi tentang terorisme? Terorisme lebih merupakan masalah ketidakadilan 
sosial, politik, dan ekonomi daripada persoalan agama. 
   
  ”Amerika Serikat dan Barat harus menyadari kesalahan yang diperbuat terhadap 
muslim sebelum terorisme bisa berakhir,” katanya seperti dikutip jihadwatch.org.
   
  Feisal kelahiran Kuwait. Semasa kanak-kanak, ia pernah tinggal di Malaysia 
selama 10 tahun. Kemudian ia melanjutkan studi di Mesir dan Inggris, sebelum 
kuliah di bidang fisika di Universitas Colombia, New York. Selain sebagai imam 
masjid, ia mendirikan Asosiasi Muslim Sufi Amerika (ASMA) untuk menjembatani 
dialog antara muslim Amerika dan masyarakat Amerika.
   
  Di tengah kesibukan memperkenalkan buku What’s Right edisi bahasa Indonesia, 
di Jakarta dua pekan lalu, ia memberikan wawancara kepada Bina Bektiati, 
Nugroho Dewanto, dan Yudono Yanuar dari Tempo. Berikut ini petikannya. 
   
  Bagaimana perkembangan pemahaman masyarakat Amerika terhadap Islam sekarang? 
   
  Di tingkat akar rumput, pengertian terhadap Islam lebih baik daripada enam 
tahun lalu. Banyak orang yang membaca Quran, banyak yang belajar Islam, banyak 
juga yang menjadi muslim. Setelah tragedi 11 September, jumlah muslim 
meningkat. 
   
  Tapi serangan 11 September sempat melahirkan sentimen yang mengidentikkan 
terorisme dengan Islam. 
   
  Itulah bahayanya sebuah perkataan, karena bisa menciptakan realitas. Kita 
sering mengatakan soal terorisme Islam, ekstremis Islam, tapi tidak ada 
terorisme Yahudi, ekstremis Yahudi. Kendati mereka melakukannya, hal itu tidak 
dikatakan. Kita harus melawan penggunaan kata-kata seperti itu.
   
  Jadi apa yang dilakukan orang-orang Islam di Amerika agar diterima masyarakat 
di sana? 
   
  Saya kira dengan melakukan perbuatan yang baik dan islami. Contohnya, istri 
saya tetap bekerja saat puasa, sehingga ia buka di kantor. Teman kerjanya 
menawarkan teh dan kue. Jadi mereka akan memberi respek jika Anda melakukan 
sesuatu dengan baik. Tapi, jika kita tidak melakukan amal saleh dengan baik, 
akan sulit. Di sisi lain, banyak anggota masyarakat kita yang masih melakukan 
korupsi, padahal itu tidak islami.
   
  Apakah muslim di Amerika mengalami diskriminasi? 
   
  Pencipta memberikan beberapa hak, yang tidak bisa diambil. Saya kira, di 
Amerika, hak-hak itu dijamin, yaitu hak hidup, kehormatan, agama, kekayaan, 
keluarga, dan intelektual. Saya kira ini merupakan konsep yang islami. 
   
  Tapi bukankah masih ada kesenjangan? 
   
  Harus diakui, kesenjangan tumbuh karena isu politik. Ada perang Irak, 
Afganistan, juga Iran. Ini mendorong peningkatan kesenjangan.
   
  Begitu besarkah pengaruh Timur Tengah? 
   
  Besar sekali. Isu yang sering menjadi pemicu adalah ketegangan di Palestina. 
Suatu hari akan ada dialog antar-agama di Islamic Center New York, tiba-tiba 
ada bom di Ramallah, maka kacaulah semua persiapan karena ada kelompok Islam 
yang sangat marah. Setiap kali ada kejadian penting di Timur Tengah, ketegangan 
meningkat di Amerika.
   
  Berdasarkan pengalaman, sulit mana, berbicara kepada warga Amerika atau 
kepada masyarakat muslim? 
   
  Tantangannya lebih besar untuk berbicara kepada muslim karena kebanyakan 
muslim seperti tahu padahal tidak tahu, apakah mereka warga Amerika atau bukan, 
apakah mereka tahu atau tidak tahu tentang Islam. Mereka lebih mempunyai ghirah 
terhadap agamanya daripada memahami agamanya. Lebih banyak emosi tentang 
agamanya daripada pemahamannya. Mereka bisa melakukan sesuatu yang salah.


 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke