Kapan terjadinya ? dimana ?

Cerita yang sangat sering terdengar namun kadang membuat saya geli untuk
membaca dan mendengarnya.

Cerita yang sangat tidak bertanggung jawab !

WDK

2008/1/16 Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]>:

>   (dikutip dari milis EMBA, dan debritto)
> ANAK YANG MENCORET MOBIL AYAHNYA
> Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar
> meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak
> tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.
> Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk
> bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang
> dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
>
> Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai
> tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari
> marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru
> ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak
> jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan
> kreativitasnya.
>
> Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin
> menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka
> ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya,
> gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut
> imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu
> rumah.
>
> Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil
> yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama
> lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus
> menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak
> dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah
> padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi
> diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak
> tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?"
> hardik si isteri lagi.
>
> Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
> kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "DIta yg membuat gambar itu
> ayahhh.. cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja
> seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang
> ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2
> ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis
> kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si
> ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
>
> Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas
> dengan hukuman yang dikenakan.
> Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa... Si ayah cukup
> lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.
> Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut
> menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
>
> Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil
> luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil
> menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga
> menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si
> pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan
> anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah
> tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan
> obat saja!" jawab bapak si anak.
>
> Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang
> menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi
> pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah
> menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari
> bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya
> ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk
> kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita
> dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
> Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu
> badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00
> sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah
> dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit
> karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap
> dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata
> dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong
> karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah
> bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus
> dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan
> terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti
> berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
>
> Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata
> isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan
> pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan
> habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua
> tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian
> ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua
> menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan
> air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak
> mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..
> sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa
> sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah
> pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
>
> "Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak
> akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?...
> Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil
> lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar
> kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah
> terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada
> akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan
> ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski
> sudah minta maaf...
>
> Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran
> bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya
> dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi...,
> Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb
> tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
>
> Mas Titi
>
> Kondur Petroleum S.A.
>
> "sumeleh nrimo ing pandum"
>
> __________________________________________________________
> Be a better friend, newshound, and
> know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
> http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke