Rukun Islam 2c : Kumandang Azan Melanggar Al-Quran 
   
  Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia) 
  Dalam banyak hal memang apa yang disebut dalam Al Qur'an diabaikan oleh 
pengikut agama bangsa Arab, bahkan dianggap tidak berlaku. 

Tidak memperdulikan ayat-ayat Al Qur'an atau mengabaikan ayat-ayat Al Qur'an 
oleh pengikut agama bangsa Arab dapat dijumpal di mana-mana terutama di 
Indonesia, misalnya menurut Surat 7 Al A'raaf ayat 205 yang berbunyi: 

"Dan sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dengan penuh kerendahan dan rasa takut dan 
dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau 
termasuk orang-orang yang lalai". 

Itulah bunyi ayat dalam Al Qur'an, akan tetapi dalam kenyataannya sebahagian 
besar pengikut agama bangsa Arab melalui mesjid-mesjid dengan sengaja 
mengeraskan suara sekuat-kuatnya dengan pengeras suara pada waktu menyebut nama 
Tuhan justru di pagi hari dan petang menjetang malam tanpa memperhatikan 
keadaan sekitarnya dan sama sekali mengabaikan apa yang diperintahkan dalam Al 
Qur'an. (hal. 41-42) 

    
---------------------------------
  
  Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus) 

Surat Al A'raaf ayat 205 tersebut mengatakan bahwa apabila menyebut nama Tuhan, 
hendaklah dilakukan dengan kerendahan hati, penuh rasa takut dan tanpa 
mengeraskan suara. Tapi maksudnya dalam konteks berdoa atau berzikir kepada 
Allah. 

Dalam ayat tersebut Allah memberikan tuntunan tentang etika zikir atau 
mengingat akan Allah, di antaranya adalah: 

1. Senantiasa mengingat Allah dalam hati serta merenungkannya. Sebab bila 
selalu kita renungkan yang mendalam, maka akan memperkuat rasa ikhlas dalam 
beramal. 

2. Senantiasa merendahkan diri dan tidak sombong, sebab di hadapan Allah yang 
Maha Mulia, Maha Kaya dan Maha Kuasa, manusia tidak lebih hanyalah seorang 
hamba yang berasal dari air yang hina dina saja. 

3. Senantiasa merasa takut akan Allah, sebab apabila pertolongan dan nikmat-Nya 
dicabut, niscaya manusia tidak kuasa menggantikan-Nya. 

4. Tidak boleh bersorak-sorak atau berteriak-teriak (mengeraskan suara) dalam 
menyebut nama Allah, sebab Allah itu tidak tuli dan dekat dengan manusia. 

5. Setiap saat senantiasa mengingat Allah di waktu pagi dan petang, agar jangan 
termasuk orang-orang yang lalai. 

Jadi, surat Al A'raaf ayat 205 tersebut jelas melarang berzikir dengan suara 
yang keras. Hal ini sesuai pula dengan penjelasan Hadits Nabi: 

Diriwayatkan oleh Abu Musa Al Asy'ari ra. berkata: "Seseorang mengangkat 
suaranya tinggi-tinggi ketika berdoa dalam suatu perjalanan. Maka Rasulullah 
menegur mereka: 
   
  "Hai sekalian manusia! Tahanlah diri kalian, karena kalian tidak menyeru 
orang tuli dan tidak pula Dia Ghaib. Yang kamu seru itu Maha Mendengar lagi 
sangat dekat, bahkan lebih dekat dari tempat dudukmu sendiri!" 

Hadits tersebut melarang bersuara keras-keras dalam berzikir kepada Allah, 
sebab suara yang keras dan gaduh bisa merubah keadaan menjadi tidak khusyu'. 
Oleh sebab itu Al Qur'an dan Hadits Nabi tidak bertentangan, sama-sama melarang 
bersuara keras-keras apabila berzikir dalam mengingat Allah. 

Rupanya yang dimaksud oleh Himar Amos dengan suara yang keras pakai pengeras 
suara di masjid-masjid adalah suara Azan saat masuk waktu shalat. Sebab dalam 
azan memang menyebut nama Tuhan beberapa kali dengan keras bahkan pakai 
pengeras suara. Sehingga menurut dia, hal itu bertentangan dengan surat Al 
A'raaf ayat 205. Akhirnya disimpulkan bahwa umat Islam Indonesia suka 
mengabaikan Al Qur'an. 

Maka kami berkesimpulan bahwa Himar Amos, penulis buku 'Upacara Ibadah Haji' 
benar-benar tidak bisa membedakan mana yang boleh dikeraskan dan mana yang 
tidak boleh dikeraskan suaranya. 

Dari sini dapat dilihat sejauh mana ilmu dan wawasan Drs. Himar Amos. Selama 58 
tahun beragama Islam, dia tidak bisa menbedakan antara zikir dan azan. Padahal 
bedanya sangat mencolok. Yang namanya zikir, pasti dengan suara pelan dan yang 
namanya Azan, pasti dengan suara keras. Lucu sekali kalau ada azan yang menyeru 
kaum muslimin, mengingatkan masuknya waktu shalat dan mengajak orang shalat 
jamaah, lalu harus berbisik-bisik ? 

Jangan-jangan selama beragama Islam Himar Amos ini tidak pernah berzikir kepada 
Allah, sehingga tidak tahu bagaimana berzikir itu. Pantas saja kalau dia sampai 
pindah agama menjadi murtadin, membedakan antara zikir dan azan saja tidak 
becus!! 

Oleh sebab itu untuk menjawab tulisan dia yang sangat tidak bermutu, tidak 
perlu harus dari seorang ustadz, kiyai atau sarjana muslim, dengan kami yang 
muallaf mantan Kristen dan baru punya sedikit ilmu Islam saja sudah lebih dari 
cukup 
  
---------------------------------
    Sumber: H. Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus) , PENDETA MENGHUJAT MUALLAF 
MERALAT . Penerbit: Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) .Cetakan 1, 
Juni 1999



 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke